Mencintai ajaran Islam, umat wajib sepenuhnya. Karena itu adalah bagian konsekuensi keimanan seorang muslim
Oleh. Yuyun Suminah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hi, Sobat, siapa sih yang tidak mau dicintai sepenuhnya? Pasti semua orang mau 'kan dicintai sepenuhnya oleh orang tua kita, suami ke istrinya, begitu juga sebaliknya? Tapi, bukan dicintai oleh pacar yang belum halal, kalau itu namanya dicintai sepenuh dosa.
Berbeda dengan mencintai ajaran Islam, umat wajib sepenuhnya. Karena itu adalah bagian konsekuensi keimanan seorang muslim. Kita sebagai seorang remaja muslim tidak boleh mencintai ajaran Islam hanya secukupnya, ala kadarnya alias setengah-setengah ambil yang mudahnya saja dan benci sama ajaran Islam lainnya.
Islam bukan Prasmanan
Kita pun tidak boleh pilih-pilih ajaran Islam seperti layaknya prasmanan, ambil yang disukai dan abaikan yang lainnya. Misalnya melaksanakan salat dan puasa, namun benci kewajiban menutup aurat bagi seorang muslimah.
Tak jarang para remaja muslim berpikiran yang penting hidup dengan value positif seperti baik dan jujur kepada orang lain sudah merasa cukup. Karena beredarnya info negatif tentang Islam, akhirnya beragama hanya secukupnywa karena tidak mau ribet.
Padahal, jika melihat fakta saat ini, tak sedikit para remaja muslim terjebak dengan pergaulan bebas tanpa batas, terjebak dalam aksi kriminal, tawuran, dan lainnya termasuk kasus pornografi dan pornoaksi baik sebagai pelaku maupun korban.
Para pelaku tersebut sudah hilang rasa malu ketika auratnya diumbar. Bahkan diekpos ke medsos dan justru merasa bangga ketika unggahannya tersebut mendapatkan respons dari Netizen. Miris!
Generasi Tak Baik-Baik Saja
Sobat, makin sedih melihat fakta bahwa negara kita Indonesia menempati peringkat keempat secara internasional dengan jumlah kasus 5.566.015 konten pornografi dan peringkat kedua dalam regional ASEAN. Hal ini berdasarkan data National Center for Missing and Explioted Children (NCMEC) (Republika.com 19 April 2024)
Dari fakta tersebut, membuktikan bahwa ajaran Islam hanya diamalkan secukupnya saja, solusinya tidak tuntas sampai ke akarnya. Maka, wajar banyak manusia yang bebas melakukan kemaksiatan keluar dari nilai agama. Itu semua karena sistem yang dipakai saat ini berasal dari sistem kapitalisme.
Sebuah sistem yang melahirkan aturan menjauhkan peran agama dari kehidupan, peran agama hanya sebatas mengurusi ibadah semata. Ketika dalam kehidupan, aturan yang dipakai menggunakan aturan buatan akal manusia.
Selain itu sanksi yang diberikan pun tidak memberikan efek jera bagi para pelaku kemaksiatan.
Padahal kita tahu, akal manusia itu banyak sekali kekurangannya dan lemah, seharusnya menjadikan kita yakin bahwa aturan hidup pun tak boleh dibuat oleh manusia tapi harus dari Sang Pencipta.
Cintai Ajaran Islam
Sudah semestinya kita mencintai ajaran Islam sepenuhnya, karena sebagai bentuk totalitas mencintai Allah Swt. Bukti ajaran Islam itu sempurna, karena mengatur tidak hanya perkara ibadah tapi perkara dirinya sendiri seperti berpakaian, akhlak, makanan, minuman, dan aturan yang mencakup banyak orang. Seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lainnya maka mencintai Allah Swt. harus dibuktikan dengan menerima, mengikuti, dan mengamalkan seluruh ajaran dan tuntunan Rasul-Nya. Allah Swt. berfirman yang artinya:
"Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” (TQS. Ali imron: 31)
Sobat, Lantas bagaimana cara agar kita mengetahui tanda-tanda mencintai ajaran Islam, supaya yang belum mencintai Islam akan berlomba-lomba belajar dan yang sudah mencintai ajaran Islam agar bisa istikamah, bahkan meningkat lagi dengan cara:
Pertama, sepenuhnya cinta dengan menaati segala aturan-Nya, tanda seorang hamba cinta kepada Allah wt. dengan mengikuti semua aturan dan menjauhi larangan-Nya yang mungkin menurut kita berat maupun ringan tanpa tapi tanpa nanti. Percaya deh, semua aturan-Nya membawa kebaikan bagi manusia.
Kedua, mengikuti semua risalah Rasulullah, Rasulullah adalah teladan bagi semua umat Islam, termasuk bagi para remaja muslim. Bagaimana teladan tentang akhlak, perkataan, sikap, dan diamnya Rasulullah itu semua panutan bagi kita.
https://narasipost.com/motivasi/05/2021/ramadhan-bukan-bulan-makan/
Ketiga, mendahulukan Allah dan Rasul-Nya, orang yang mencintai ajaran Islam akan sepenuhnya mendahulukan Allah Swt. dan Rasulullah. Dalam sejarah, kita akan banyak mendapati bagaimana para sahabat yang rela berkorban waktu, harta, bahkan nyawa hanya untuk mencari rida-Nya. Bahkan, harus kehilangan orang yang dicintainya, harus berpisah dengan orang tuanya, suami, istri, bahkan anaknya. Seperti kisah keluarga Yasir yang rela mati syahid karena lebih memilih keyakinannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Ada lagi kisah Mush'ab bin Umair yang harus berlepas dari orang tuanya yang musyrik. Bahkan ia rela hidup miskin padahal dulunya anak saudagar kaya. Dan masih banyak lagi kisah-kisah para sahabat dalam sejarah Islam yang lebih mendahulukan keyakinannya kepada Allah dan Rasulullah semata-mata semua itu memilih beriman dan taat kepada ajaran Islam sepenuhnya bukan secukupnya.
Allah Swt. berfirman yang artinya "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (TQS. At-Taubah:24).
Pertanyaannya, apakah layak beragama secukupnya tapi berharap masuk surga? Padahal menyadari masuk surga tidak punya orang dalam.
Khatimah
Semoga kita sebagai remaja muslim belajar dan mencintai ajaran Islam dengan sepenuhnya cinta dan mengamalkan tanda-tanda yang harus dimiliki oleh setiap muslim.
Pertama, totalis menaati-Nya.
Kedua, mengikuti semua risalah Rasullullah.
Ketiga, mendahulukan Allah Swt. dan Rasulullah.
Semoga kita semua termasuk didalamnya. Aamiin. Wallahu'alam.
Saatnya yang muda tunjukkan cinta pada Yang Kuasa
Bagus judulnya, nampol. Cintai Islam sepenuhnya bukan secukupnya. Betul, mba, Terapkan islam jangan setengah-setengah tetapi secara kaffah.