" Makanya, enggak aneh kalau produk hukum buatan manusia enggak bisa membuat jera para penipu. Keamanan pun makin jauh untuk dirasakan, karena kemunculan para penipu malah makin menjamur.”
Oleh. Renita
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Guys, siapa nih di antara kalian yang suka belanja online? Kalau belanja online biasanya customer check out produk via marketplace atau online shop, kemudian setelah pembayaran pastinya pesanan dikirim pakai jasa ekspedisi ‘kan, ya? Eitts, tapi hati-hati ya, Guys. Soalnya, sekarang lagi marak nih penipuan dengan berbagai modus. Salah satunya, penipuan berkedok jasa ekspedisi.
Seperti yang di alami warga Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, beberapa hari lalu. Dia ditipu oleh seseorang berkedok jasa ekspedisi hingga kehilangan saldo miliknya sebanyak Rp35 juta, lho. Modus kejahatannya dengan penyadapan atau sniffing untuk mencuri data. Awalnya sih, pelaku mengirimkan pesan lewat WhatsApp yang disertai tautan. Kemudian, diberi keterangan bahwa tautan itu untuk mengecek kebenaran paket yang dipesan si korban. Nah, ketika korban membuka tautan tersebut, pelaku akhirnya bisa menguasai semua akses milik korban. Ini seperti dikutip dari Kompas.com (7/12/2022).
Setelah modus penipuan berkedok ekspedisi, kemudian muncul lagi modus penipuan. Kali ini mengatasnamakan PLN, Guys. Nah, kabar ini tuh sempat dibagikan oleh seorang netizen bernama Evan Abu Muhammad melalui akun Facebook miliknya. Dalam postingannya, dia mendeskripsikan kalau pelaku berpura-pura menjadi petugas PLN dan menginformasikan tentang tagihan listrik miliknya dengan melampirkan nomor ID pelanggan yang sudah 3 bulan belum dibayar. Setelah itu, pelaku mengirimkan file ekstensi APK sebesar 8,1 MB dengan nama PLN.apk. (Kompas.com, 8/12/2022).
Hmm… makin hari makin kreatif aja ya, modus penipuan yang menimpa masyarakat kita. Si pelaku seolah sudah membidik targetnya dengan seksama sampai-sampai si korban bisa tertipu dengan begitu mudahnya. By the way, kenapa ya kok sekarang modus-modus penipuan gaya baru malah makin menjamur? Bikin parno banget enggak sih, Guys!
Social Engineering Bikin Ngeri
Guys, tahu enggak sih, ternyata modus penipuan yang terjadi pada dua peristiwa di atas itu, termasuk fenomena social engineering, lho. Apaan tuh? Jadi gini Guys, seperti kita ketahui, sekarang ini perkembangan teknologi tuh benar-benar melesat. Enggak bisa kita mungkiri, peningkatan penetrasi internet bisa menstimulus berbagai celah kejahatan siber, salah satunya ya social engineering ini.
Bahkan, menurut Kominfo saat ini kasus fraud (penipuan) transaksi online merajai daftar laporan pengaduan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Berdasarkan data layanan CekRekening.id dari Kemkominfo, sejak tahun 2017 hingga tahun 2022, laporan dari masyarakat terkait dengan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik sebanyak kurang lebih 486.000 kasus. (Kominfo.go.id, 22/10/2022)
Guys, social engineering tuh merupakan teknik manipulasi yang mengeksploitasi kekeliruan manusia buat memancing informasi pribadi, akses, atau barang berharga. Dalam cyber crime, metode human hacking ini cenderung menggaet pengguna yang enggak menaruh curiga buat membocorkan data, memublikasikan infeksi malware, atau membuka akses ke sistem yang dibatasi. Serangan ini tuh bisa terjadi secara online , langsung, ataupun lewat interaksi lainnya. Nah, social engineering ini tuh salah satu bentuk ancaman siber yang kudu kita diwaspadai, Guys. Soalnya, tindak kriminal ini bisa memantik risiko penyelewengan data pribadi seseorang.
Dalam social engineering ini, pelaku mengelabui targetnya dengan mengeksploitasi cara orang berpikir dan bertindak. Jadi, serangan social engineering ini useful banget buat memanipulasi perilaku korban. Penyerang bakalan memanipulasi korban secara efektif, setelah mencerna latar belakang perilaku targetnya, Guys. Mereka juga mencoba mengeksploitasi minimnya pengetahuan korban terkait berbagai ancaman tertentu, seperti unduhan drive-by, akses perangkat, perintah untuk mengklik link-link tertentu, serta tindakan persuasif lain yang digunakan untuk menipu korban. Aduh ngeri ya, Guys, ternyata para penjahat di dunia maya itu benar-benar melancarkan aksinya dengan terstruktur banget!
Biang Keladinya Sekularisme dan Kapitalisme!
Tahu enggak sih Guys, modus penipuan yang makin banyak ini, terjadi karena masyarakat sedang terpapar virus sekularisme alias pemisahan agama dari kehidupan. Ini nih yang bikin manusia enggak mau diatur pakai aturan agamanya. Enggak ada otoritas Allah Swt. dalam kehidupan mereka, kecuali di ranah privat saja. Dalam menjalani aktivitas, mereka bebas mau pakai aturan mana pun. Alhasil, dalam melakukan setiap perbuatan mereka enggak lagi melihat baik buruk, apalagi halal haram, Guys.
Apa pun bakal dilakukan untuk mencapai tujuannya. Walaupun harus bermaksiat dan merugikan orang lain, enggak dipikirkan tuh! Kalau lagi butuh duit, segala cara bakal diembat. Masalah Allah rida atau enggak, sama sekali bukan pertimbangan! Makanya wajar banget ‘kan, kalau modus-modus penipuan gaya baru makin merebak.
Ditambah lagi, hari ini masyarakat juga sedang dicengkeram oleh sistem kapitalisme. Sistem ini nih yang menambah andil kerusakan pada masyarakat. Manusia hari ini cuma hidup untuk menimbun materi sebanyak-banyaknya. Dalam otaknya, yang dipikirkan hanya gimana cara buat dapat cuan. Termasuk, mencuri data pribadi dengan berbagai modus penipuan dianggap fine fine aja, asalkan enggak ketahuan. Karena menurut pandangan mereka, menipu merupakan jurus instan untuk mendulang materi, enggak perlu tuh capek-capek, banting tulang ke sana ke mari.
Selain itu, sistem kapitalisme juga membuat masyarakat salah kaprah dalam memaknai kebahagiaan, Guys. Kebahagiaannya hanya disandarkan pada banyaknya harta, bukan rida Allah taala. Makanya, untuk memperoleh harta mereka berani menipu orang lain. Padahal, jelas banget perbuatan itu dilarang dalam Islam ‘kan, Guys.
Parahnya lagi nih, negara hari ini justru membiarkan masyarakat salah memaknai kebahagiaan. Jangankan diedukasi untuk menjalani kehidupan sesuai rida Illahi, yang ada malah dibiarkan menentukan kebahagiaannya sendiri. Sistem pendidikan hari ini juga menghasilkan generasi yang hanya memprioritaskan nilai akademik, mata duitan, namun minim akhlak. Wajar banget kalau sekarang banyak orang pintar tapi jago nipu. Terus nih, hukum di negeri ini juga lemah dalam menghukumi pelaku penipuan, Guys. Alhasil, praktik penipuan pun terus berulang, bahkan dengan modifikasi penipuan yang makin kreatif.
Ini nih celakanya ketika hukum diproduksi oleh manusia, bukan berasal dari Sang Pencipta. Padahal, manusia tuh mahkluk yang akalnya terbatas. Jangankan mengatur kehidupan orang lain, mengatur dirinya saja mereka enggak mampu. Makanya, enggak aneh kalau produk hukum buatan manusia enggak bisa membuat jera para penipu. Keamanan pun makin jauh untuk dirasakan, karena kemunculan para penipu malah makin menjamur.
Islam Berantas Modus Penipuan hingga ke Akar
Guys, yakin deh, selama kehidupan kita masih diatur dengan sistem kapitalis sekuler, maka kasus penipuan dengan berbagai macam modus dan aksinya enggak akan pernah musnah. Satu-satunya solusi yang mampu berantas praktik penipuan hingga ke akarnya, hanyalah dengan kembali kepada aturan Allah taala. Yaitu, dengan menerapkan aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan, melalui Institusi Khilafah.
Melalui penerapan Islam secara kaffah, negara akan mengupayakan penjagaan ketakwaan individu melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam. Sehingga, generasi yang dihasilkan merupakan generasi yang memiliki kepribadian Islam. Mereka senantiasa mempertimbangkan halal dan haram dalam setiap aktivitasnya. Jadi, enggak akan tebersit sedikit pun untuk melakukan penipuan karena takut dosa, Guys. Mereka memahami bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Sehingga, mereka akan menjadikan dunia ini sebagai tempat untuk mengumpulkan amal saleh dalam rangka menggapai keridaan Allah.
Selain itu, negara juga akan memberlakukan sanksi yang tegas, apabila terdapat orang yang melakukan penipuan. Sanksinya ini digali berdasarkan syariat Allah, bukan dari hasil kompromi manusia. Oya, sanksi dalam Islam berfungsi sebagai jawazir (penebus) dan jawabir (pencegah). Dengan sanksi ini, setiap orang pasti akan berpikir seribu kali untuk melakukan penipuan. Jenis sanksinya sendiri ditentukan oleh tingkat kejahatan dan akibat yang ditimbulkannya.
Gimana enggak, keamanan akan dirasakan masyarakat kalau hukumnya demikian tegas? Enggak kayak sekarang tuh, kita selalu merasa khawatir dan was was ketika berinteraksi dengan orang lain, karena takut kena tipu. Masyarakat satu sama lain saling menaruh curiga, rasa aman pun jauh untuk digapai. Pokoknya, hidup dalam sistem hari ini merupakan petaka terbesar bagi umat Islam. Karena terbukti semua aturannya enggak bisa menyelesaikan masalah.
Closing
Jadi Guys, masyarakat hari ini enggak akan pernah bisa menikmati rasa aman dari modus penipuan kalau masih terkungkung dalam jeratan sistem sekuler kapitalis. Hanya dengan penerapan Islam secara kaffah, berbagai modus penipuan dapat diakhiri dengan tuntas, Guys. Makanya, agar masyarakat makin paham bahwa Islam adalah solusi kehidupan, yuk kita dakwahkan Islam ideologis ke tengah-tengah masyarakat. Sehingga, mereka makin merindukan hidup dalam naungan Islam serta bersama-sama ikut berjuang untuk merealisasikannya. Insyaallah, dengan kembalinya Khilafah kehidupan kita akan menjadi berkah, baik di dunia maupun di akhirat.
Wallahu a’lam bish shawwab.[]