Toxic Femininity Bikin Galau? Yuk, Halau dengan Ngaji Islam Kaffah!

Supaya kita bisa membedakan perbuatan yang baik dan benar sesuai dengan standar atau aturan Islam, kita mesti mendidik diri kita dengan pemahaman Islam yang lurus dengan mengkaji Islam kaffah. Tujuannya agar kita punya mindset yang benar dan nggak mudah terjerumus ke dalam tren toxic famininity yang menyesatkan.

Oleh. Renita
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Guys, pernah nggak sih dengar ungkapan kalau perempuan tuh harus pintar dandan dan pintar masak? Atau kalau usia udah matang tuh harus cepat-cepat nikah, wanita tuh harus bisa begini, begitu dan lainnya. Hmm.. kalau pernah, bisa jadi orang yang mengatakan hal tersebut udah punya gejala toxic femininity nih, Guys! Katanya sih, itu tuh standar-standar yang harus melekat sama makhluk bernama ‘perempuan’.

Ternyata fenomena ini dekat banget ya, Guys sama lingkungan kita. Makanya, penting banget nih Guys buat kita-kita para perempuan kenal istilah toxic femininity ini. Supaya kita semua bisa mematahkan standar toxic femininity ini dan memilih standar yang benar sesuai dengan apa yang Allah turunkan. Apalagi sebagai seorang muslim, kita nggak boleh dong asal-asalan buat standar dalam perbuatan atau apa pun di dunia ini. Nah, sebenarnya apa sih toxic femininity itu? Ada nggak ya bahayanya buat para perempuan?

Apa Itu Toxic Femininity? Bahaya Nggak, sih?

Guys, kalau mengutip dari Study Breaks, ternyata arti dari toxic femininity itu adalah standar tentang sesuatu yang harus dimiliki atau dilakukan oleh perempuan. Standar yang dijadikan acuan tentunya yang dianggap normal oleh masyarakat zaman now. Ya, kaya tadi perempuan tuh kudu bisa masak, kudu pintar make-up, harus feminin ala mereka, dan parameter-parameter lain yang harus dimiliki perempuan kalau mau dibilang perempuan sejati. Ceileeh… ribet bin repot banget ya, Guys!

Adanya toxic femininity ini bahaya lho sebenarnya. Mereka yang terlanjur dicap nggak bisa masak atau nggak bisa dandan bisa jadi sulit memilih jalan sendiri, Guys. Sebenarnya, bukan soal nggak mampu, tapi takut kalau nantinya dapat stigma buruk dari orang lain ketika memilih atau melakukan sesuatu yang tak mengikuti standar orang-orang pada umumnya. Akibatnya, para perempuan jadi merasa tertekan hingga berujung kehilangan percaya diri alias insecure deh.

Contoh lainnya nih Guys, kalau ada seorang perempuan yang belum menikah walaupun usianya sudah matang. Mereka yang dikelilingi orang toxic femininity ini bukannya mendapat dukungan dan mendoakan, malah diejek atau dipanas-panasi yang justru membuat perempuan tersebut tidak nyaman. ‘Eh menikah itu asyik dan enak, lho. Kamu kenapa nggak nikah-nikah? Betah banget jadi jomlo?’ kira-kira pernyataan yang kaya begitu tuh yang membuat para perempuan merasa kondisinya saat ini adalah sebuah kesalahan. Walhasil, kebanyakan perempuan terpaksa mengikuti standar masyarakat karena takut mendapat label buruk dari orang lain. Hmm.. Miris ya.

Standar Hidup Nggak Jelas Karena Sistem Sekuler

Kalau dipikir-pikir ribet banget ya, ketika jadi perempuan keren harus bisa mencapai standar-standar orang zaman now. Tapi, wajar sih Guys, kalau standar perempuan baik dan keren saat ini seperti itu. Soalnya, saat ini manusia udah kaya makhluk bebas, nggak punya standar yang jelas, selalu berubah sesuai kondisi dan situasi. Mereka seolah lupa kalau mereka adalah hamba Allah yang harus selalu terikat dengan semua standar yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, Allah Swt. Ya, gini nih akibatnya kalau manusia diberi kebebasan untuk menentukan standar kehidupan. Padahal, manusia itu adalah makhluk dan tabiatnya makhluk itu sifatnya lemah, terbatas dan butuh kepada yang lain, ya kan Guys. Jadi, kalau membuat standar hanya berdasarkan kemampuan yang terbatas dan hawa nafsu saja, nggak heran kalau hasilnya nggak manusiawi, bikin pusing, ngawur sekaligus merusak tatanan kehidupan juga. Hmmm….

Itulah Guys, kita tuh nggak boleh membuat standar sendiri atau menyandarkan perbuatan pada penilaian manusia. Sayangnya, sistem kehidupan sekuler hari ini merestui manusia sebagai produsen yang bisa menentukan standar kehidupan bagi mereka. Aku kasih tau ya Guys, yang namanya manusia isi otaknya tuh beda, masing-masing orang kepentingannya juga berbeda, pasti aturan yang dibuat pun bakalan berubah-ubah sesuai selera kan? Ini nih yang akhirnya lambat laun bisa merusak tata kehidupan masyarakat. Gimana nggak merusak, wong mereka hanya membuat aturan menyesuaikan dengan kondisi saat itu. Apalagi, saat ini masyarakat juga sudah jauh banget dari pemahaman Islam yang lurus, jelas aja aturan yang dibuat sangat jauh dari tuntunan Allah Swt.

Belum lagi, mereka juga sering kali merasa aturan yang mereka buat seakan paling benar dan harus selalu direalisasikan, Guys. Parameternya tentu bukan perintah atau larangan Allah, tetapi berdasarkan hawa nafsu dan kepentingan pribadi doang. Wajar banget kan Guys, kalau mereka akhirnya membuat standar wanita yang baik plus keren itu yang pintar make-up, pintar masak, atau cepat laku alias bisa segera menikah. Alasannya nih, katanya kalau nggak pintar dandan nanti suaminya gampang ngelirik wanita lain, terus kalau nggak bisa masak nanti suaminya nggak betah di rumah plus gampang bosan dan kalau nggak nikah-nikah entar jadi perawan tua deh. Duh, semuanya standar duniawi kan, Guys?

Ditambah lagi nih Guys, negara kita juga berlepas tangan dari perannya dalam mengedukasi masyarakat, akibat landasan sistem pendidikan hari ini yang juga sekuler abis. Nggak aneh ya, kalau generasi yang dihasilkan jauh banget dari kepribadian Islam dan nggak punya pemahaman Islam yang benar. Coba lihat deh, gimana saat ini masyarakat banyak membuat standar sendiri dalam kehidupan. Mereka nggak punya pedoman kehidupan yang jelas dan gampang sekali terbawa oleh pemahaman rusak di tengah masyarakat. Akibatnya, mereka keliru mengambil pilihan-pilihan dalam hidup.

Yuk, Ngaji Islam Kaffah

Makanya nih Guys, supaya kita bisa membedakan perbuatan yang baik dan benar sesuai dengan standar atau aturan Islam, mau nggak mau kita mesti mendidik diri kita dengan pemahaman Islam yang lurus. Salah satu caranya, ya dengan mengkaji Islam kaffah dong. Tujuannya agar kita punya mindset yang benar dan nggak mudah terjerumus ke dalam tren yang menyesatkan tadi.

Dengan mengkaji Islam, kita bakalan paham kalau standar perbuatan itu adalah halal-haram, bukan penilaian manusia atau manfaat semata. Jadi kalau ada tren toxic femininity, kita tuh udah paham kalau pandangan ini salah, karena hanya memandang wanita dari aspek kewanitaannya saja. Kita juga bisa menilai kalau merebaknya isu ini akibat minimnya pemahaman masyarakat tentang bagaimana mulianya wanita dalam pandangan Islam. Akhirnya, kita nggak bakalan tuh ikut-ikutan pusing, minder, atau baper. Santai aja, nggak usah dipikirin alias bodoh amat hehehe…

Selama kita menyakini bahwa Allah rida sama kita, bukan karena kita jago dandan, pintar masak atau cepat nikah, tapi karena kita perempuan yang mau terikat terhadap aturan Allah dan menjalankan semua aturan Allah alias jadi wanita salihah. Sebab, kemuliaan wanita itu terletak pada ketakwaannya, Guys. Bahkan, Rasulullah saw. saja memuji seorang perempuan yang bertakwa alias wanita salihah sebagai perhiasan dunia. Dalam HR Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah. ”

Allah Swt. berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 71 yang artinya , “Orang-orang yang beriman, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka memerintahkan berbuat makruf dan melarang yang mungkar dan mendirikan salat dan menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan mendapatkan rahmat Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Nah, makin jelas nih Guys kalau Allah memandang makhluk-Nya bukan dari standar duniawi, tapi dari ketakwaannya. Kalau gitu semua orang pasti bisa mencapai derajat takwa dong? Ya iyalah bisa, tentunya dengan niat dan usaha yang kuat. Salah satu jalan untuk menjadi orang yang bertakwa yaitu menaati perintah Allah, misalnya dengan berdakwah Guys. Jadi kita kudu mendakwahkan Islam dan menyadarkan masyarakat bahwa satu-satunya standar yang benar adalah syariat Islam Guys bukan yang lain. Dengan begitu, si toxic femininity ini nggak bakalan laku dan bakalan ngeper deh. Masyarakat juga nggak bakal berani bikin standar-standar sendiri, karena mereka menyadari bahwa standar beramal atau beraktivitas dalam Islam adalah halal-haram. Gimana? Enak ya kalo masyarakatnya Islami kaya gini? Hidup juga bakal tenang, nggak dipusingkan sama standar-standar nggak jelas!

Baca juga:https://narasipost.com/2021/11/02/awas-virus-ttt/
:https://narasipost.com/2021/11/10/rekontekstualisasi-fikih-maksudnya/

Tapi nih untuk menghasilkan masyarakat Islami tuh butuh negara Guys. Bayangin aja, gimana bisa terbentuk masyarakat Islami kalau sistem aturannya jauh dari Islam alias sekuler? So, negara kudu menerapkan aturan Islam secara kaffah. Ini nih yang disebut Khilafah. Khilafah akan menciptakan sistem pendidikan yang berlandaaskan akidah Islam, Guys. Lulusan pendidikan Khilafah nggak bakalan deh menandingi standar Allah dengan membuat standar sendiri. Mereka juga nggak ambil pusing sama standar manusia. Kerennya lagi, generasi hasil didikan Khilafah Islam tuh memiliki kepribadian Islam dan menguasai tsaqafah Islam, nggak kaya generasi hari ini yang hanya menguasai IPTEK tapi minim akhlak dan minus iman.

Allahu A’lam Bish Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Renita Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Lansia Dibuang, Salah Siapa?
Next
Maraknya Begal, Bukti Hilangnya Rasa Aman di Dalam Sistem Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram