Jika tangan Abu Talhah harus lumpuh karena menjaga Nabi di Perang Uhud. Sebagai bukti cinta pada kekasih Allah Taala. Lantas, apa yang kita lakukan sebagai bukti cinta padanya? Adakah tangan kita patah melawan penghina Nabi yang kian merajalela?
Oleh: Messy Ikhsan
(Founder Diksi Hati dan Aktivis Mahasiswa)
NarasiPost.com- "Andai cintamu benar, niscaya kau taat kepadanya. Sungguh pencinta itu sangat taat pada yang dia cinta."
"Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia, dan seluruh manusia yang lainnya." (Mutafaq Alaih)
Iman dan Islam adalah nikmat yang luar biasa dari Allah Taala. Menjadi pondisi dasar bagi setiap muslim dan manusia. Keberadaannya tak bisa digantikan oleh gemerlap dunia. Tak bisa dibandingkan dengan sebongkah berlian dan permata. Karena, Dia yang memberikan kenikmatan iman pada siapa saja yang dikehendaki.
Sebab, dorongan iman menuntut kita menjadikan Allah dan Rasulullah di atas segala tangga prioritas. Termasuk di atas prioritas diri pribadi. Begitulah esensi mencintai pada kekasih-Nya. Meminta bukti dalam kehidupan nyata. Bukan sekadar kata yang sering berujung dusta. Tetapi, fakta dalam perbuatan yang nyata.
Aneh sih, jika ada yang mengklaim mencintai Nabi? Tetapi, anti dengan aturan syari. Jika ada yang mengatakan menggidolakan Baginda Rasulullah? Tetapi, mecampakkan risalah Allah. Yang jelas beliau bawa bersama Sunah.
Aneh sih, jika yang mengaku meneladani Nabi? Tetapi, menerapkan aturan Maxisme, Kapitalisme, Komunisme, dan Liberalisme di bumi. Yang jelas bertentangan dengan kalam Ilahi.
Aneh sih, jika ada yang mengklaim inginkan surga yang sama dengan Nabi? Tetapi, tawar-menawar di jalan perjuangan dan mengaji. Tak meletakkan Rasulullah di posisi kedua setelah Ilahi Rabbi.
Jika seperti itu, cinta kita hanya dusta! Astagfirullah!
Jika tangan Abu Talhah harus lumpuh karena menjaga Nabi di Perang Uhud. Sebagai bukti cinta pada kekasih Allah Taala. Lantas, apa yang kita lakukan sebagai bukti cinta padanya? Adakah tangan kita patah melawan penghina Nabi yang kian merajalela?
Jika Ali bin Abi Talib terancam mati ketika menggantikan Rasulullah di tempat tidur dan berhadapan dengan kaum Quraisy. Lantas, apa yang sudah kita lakukan sebagai bukti cinta padanya? Adakah nyawa kita terancam demi membela sunah Nabi yang diinjak tanpa henti?
Jika para sahabat dari kaum Ansar dan Muhajirin mengikhlaskan diri syahid di medan perang. Agar nyawa Rasulullah aman dan terjaga. Lantas, apa yang sudah kita lakukan sebagai bukti cinta padanya? Adakah kita sudi mati demi menerapkan aturan syari?
Jika seperti itu, cinta kita hanya bermodal kata! Astagfirullah!
Cinta Menuntut Fakta
Cinta tak cukup bermodal kata-kata. Namun, harus ada fakta dalam kehidupan nyata. Berupa tindakan secara realita. Cinta tak cukup hanya janji. Namun, meminta bukti dalam realisasi.
Hasan Al-Waraq berkata : "Engkau bermaksiat pada Allah, sementara engkau mengklaim cinta kepada-Nya. Sungguh orang yang mencinta itu sangat taat pada yang dicinta."
Cinta pada Allah dan Rasulullah menuntut bukti. Dengan meneladani Baginda Nabi sebagai pembawa risalah Ilahi. Untaian-untaian cinta yang akan membawa pada kebahagiaan hakiki.
Cinta hakiki menjadikan Rasulullah sebagai role model dalam kehidupan. Yang melahirkan ketaatan terhadap ajaran Islam. Teguh di jalan kebenaran. Sebab, ketaatan dalam perjuangan adalah bukti cinta.
Allah berfirman:
Katakanlah, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." (QS Al-Imran : 31)
Bukti ungkapan cinta pada Rasullulah dengan menerapkan Islam kaffah secara rinci. Tanpa tapi dan tanpa nanti.
Siapa saja anti pada aturan Pencipta. Mengabaikan Al-Quran dan Sunah Baginda. Terjangkit dengan virus Islamphobia. Sungguh, cintanya hanya dusta.
Kaum yang mencintai Nabi. Tak akan mencintai orang yang membenci risalah yang dibawa Nabi. Tak ada harga mati. Selain Allah, Rasulullah, Islam, dan orang-orang yang berjuang mengikuti Nabi.
Allah berfirman:
"Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (QS An-Nisa : 65)
*
Semoga tulisan cinta yang sederhana ini mampu menjadi memperberat hisab di hari akhir nanti. Bahwa kami, kaum yang mencintai Nabi. Tak pernah rida diatur dengan sistem birahi. Kami hanya ingin diatur oleh sistem Ilahi secara rinci. Tanpa tapi dan tanpa nanti.
Allah berfirman:
"Apa yang diberikan Rasul padamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Maka bertakwalah pada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukumannya." (QS Al-Hasyr: 7) []
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]