"Sebagai seorang muslim, standar hidup kita bukan pandangan manusia, tetapi pandangan Allah. Jika Allah bilang ini baik, lakukan. Jika memang Allah menyatakan perbuatan ini, misalnya flexing dibenci-Nya, ya sudah enggak usah ngeyel, hindari saja!"
Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Scroll medsos sana-sini, atas-bawah, kanan-kiri, hingga depan-belakang, isinya rata-rata flexing. Iya enggak, sih?
Ada yang pamer perhiasan mewah yang dikenakan di tubuhnya. Ada yang pamer tas, baju, sepatu, sandal , de el el yang branded. Ada yang pamer rumah, mobil, motor, gadget kekinian dan mahalnya minta ampun. Plus, berbagai hal mewah lainnya yang bikin netizen iri bin ingin punya yang sama.
Flexing ini ada seiring dengan perkembangan medsos yang luar biasa. Keinginan untuk disebut paling wow membuat fenomena generasi doyan flexing enggak bisa dihindari. Apalagi namanya juga manusia, keinginan untuk eksis di mata orang lain dari zaman dahulu hingga zaman now enggak ada habisnya.
Jika dahulu pamer kekayaan, kepandaian, kemahiran, atau yang lainnya cukup ke khalayak sekitar, kini medsos jadi tempat paling asyik untuk pamer. Ditambah lagi berbagai fitur yang ditawarkan memberikan wadah yang asyik banget buat pamer apa pun yang dimiliki. Enggak peduli sama sekitar yang enggak punya, yang penting flexing jalan terus. Hem?
Emang, ya, saat ini industri gaya hidup adalah industri yang sangat menggiurkan. Berbagai produk untuk memenuhi gaya hidup ala sosialita seakan menjadi kebutuhan. Tak pelak jika para pelaku industri pun banyak beralih pada industri gaya hidup ini.
Efeknya? Bisa dilihat di sekitar. Enggak cukup saat ini cuan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi kudu ada alokasi dana untuk gaya hidup. Entah, dari sisi makanan, pakaian, kendaraan, atau rekreasi. Semuanya dipenuhi agar bisa bergaya di dunia medsos.
Mirisnya, pemenuhan gaya hidup ini enggak dibarengi dengan pendapatan yang mumpuni. Walhasil, pepatah besar pasak daripada tiang alias besar pengeluaran daripada pemasukan berlaku. Akhirnya, utang pun jadi solusi agar gaya hidup enggak ketinggalan zaman.
Nah lo, gimana dong kalau utang sudah menumpuk? Bayar pakai apa jika jatuh tempo pembayaran utang sudah di depan mata, padahal gaya hidup tetap harus berlanjut?
Nyatanya gara-gara ingin flexing banyak yang terjebak pada pinjaman online (pinjol) ribawi yang jelas haram. Ada pula yang akhirnya menjual tubuhnya demi bisa memenuhi tuntutan gaya hidup. Pun, ada yang mengakhiri hidupnya alias bunuh diri gara-gara enggak kuat menanggung utang untuk memenuhi tuntutan flexing.
Astagfirullah, miris banget, ya? Hanya gara-gara ingin eksis di mata manusia banyak yang terjebak menghalalkan segala cara. Bahkan, yang haram pun berani diambil.
Btw, enggak bisa dimungkiri kalau manusia itu diciptakan Allah dengan naluri eksistensi diri atau bahasa kerennya gharizah baqa’. Naluri ini adalah naluri mempertahankan diri yang diciptakan Allah agar manusia bisa eksis. Namun, perlu digarisbawahi bahwa naluri ini cara memenuhinya enggak boleh sembarangan. Why? Karena Allah yang menciptakan, so dalam memenuhinya kudu mengikuti aturan Allah.
Nah, kira-kira flexing biar eksis di mata manusia boleh enggak, ya? Yuk, cek and ricek dulu!
Pamer kekayaan adalah bagian dari ria. Perbuatan ini adalah bagian dari syirik kecil yang enggak boleh dilakukan seorang muslim. Apalagi flexing ini biasanya diiringi dengan sifat sombong yang juga dilarang oleh Allah.
Allah Swt. berfirman dalam surah Luqman ayat 18 yang berbunyi:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۚ
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
Ish, ngeri banget lo, ya, kalau kita sampai dibenci Allah gara-gara flexing? Kelihatannya sepele hanya pamer ini-itu, nyatanya kita bakal dibenci Allah jika melakukannya.
Bayangkan Allah sebagai Rabb kita benci sama kita! Mau apa kita? Pahala? Enggak bakalan dapatlah. Status kebencian Allah ini menandakan bahwa perbuatan yang kita lakukan adalah dosa. Jika kita terus berkubang dalam dunia flexing ini, dosa kita bakal terus bertambah. Nauzubillahimindzalik.
Lalu, apa dong yang mesti kita lakukan? Satu-satunya cara adalah enggak ikutan tren flexing yang nyatanya bikin pening bin pusing ini. Why? Because, kalau kita menuruti pandangan manusia, enggak bakal ada habisnya. Standar manusia itu nano-nano.
Bisa jadi saat si A pamer kekayaan, kecantikan, plus lainnya dianggap si B keren banget. Namun, si C menganggap biasa aja. Bahkan, bisa jadi si C merasa lebih keren dari si A.
Maka dari itu, sebagai seorang muslim standar hidup kita bukan pandangan manusia, tetapi pandangan Allah. Jika Allah bilang ini baik, lakukan. Jika memang Allah menyatakan perbuatan ini, misalnya flexing dibenci-Nya, ya sudah enggak usah ngeyel, hindari saja!
Karenanya dengan memastikan hidup kita hanya berstandar baik dan buruknya mengikuti aturan Allah ini, kita bakal menjadi manusia yang dicintainya. Enggak hanya di dunia, tetapi juga kelak akan diberikan hadiah surga. Keren banget 'kan?
So, enggak usah deh sibuk jadi keren di mata manusia! Yuk, sibukkan diri jadi keren di mata Allah! Wallahu a'lam bishawab.[]
pamer bin dosa khawatirnya..
Miris plus nelangsa juga guys kalau lihat orang-orang yang memamerkan semua yang wah. Kapitalisme memang menggiring manusia untuk menonjolkan sisi materi, jadi gak heran kalau gaya hidup wow dipamerkan sana-sini. Andai kita hidup di sistem Islam, flexing gak akan bikin pusing
Gaya hidup hedonis ini yang bikin capek bin pegel termasuk flexing. Karena hawa nafsu yang selalu dituruti. Maka jalan satu-satunya menundukkan hawa nafsu yaitu dengan mengkaji Islam secara kaffah. Agar mengetahui hakikat hidup sebenarnya. Sehingga flexing yang bikin pening, tidak akan terjadi.
Miris banget, Bestie. Anak zaman now banyak yang terbawa budaya flexing. Bahkan rela ngelakuin hal dilarang agama demi bisa flexing.
Bener flexing bikin pening. Demi gaya hidup semuanya mesti dipamerin, untuk apa coba? Pastilah ingin dipuji kayalah, cantiklah de el el..Padahal semuanya milik Allah. Apa yang mesti dipamerin, coba??
Capek sendiri kalau ngikutin tuntutan gaya hidup, apalagi kalau pakai standar sekularisme kapitalisme...jadikan Islam aja satu-satunya patokan dalam memenuhi kebutuhan hidup