Awas, Miras Bikin Tak Waras!

Dengan pondasi keimanan dan aturan yang tepat dari negara, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan paham yang rusak dan merusak seperti sekularisme liberalisme.


Oleh: Amalidatul Ilmi (Tim Remaja Sobat Surga)

NarasiPost.com - Sobat, pembahasan soal miras akhir-akhir ini mencuat kembali di tengah publik setelah ada peraturan peletakan investasi miras. Namun, berita terbaru menyebutkan bahwa aturan tersebut sudah dicabut, sih.

Hmm, terlepas dari dicabut atau tidak aturannya, investasi miras tetap saja berbahaya, ya, Sobat. Bagaimana tidak? Dengan adanya investasi miras, maka produksi miras akan lebih banyak dan lebih luas lagi pemasarannya.

Kita semua nih, Sobat, pasti pada tahu, kan, kalau miras itu membahayakan jiwa serta akal manusia? WHO pun sudah mencatat bahwa 3 juta jiwa di dunia meninggal akibat mengonsumsi minuman beralkohol pada tahun 2016.

Angka itu setara dengan 1/20 kematian di dunia. Rata-rata, pengonsumsi alkohol adalah usia produktif, antara 15-34 tahun. Haduh...

Bukan hanya berbahaya bagi yang mengonsumsinya, tapi lebih dari itu karena miras sangat berpotensi menciptakan kerusakan bagi orang lain.

Mereka nih, yang sudah tertutup akalnya oleh miras, sangat berpotensi melakukan segala bentuk kejahatan, seperti bermusuhan dengan orang terdekat, membunuh, mencuri, merampok, memperkosa, dan kejahatan lainnya.

Polri menyebutkan bahwa ada 233 kasus tindak pidana yang dilatarbelakangi oleh miras sepanjang tahun 2018-2020. Dan yang paling banyak dan bikin ngeri adalah kasus pemerkosaan. Astaghfirullah.

Fakta ini sangat berkorelasi dengan sabda Rasulullah Saw. yang artinya:

“Khamar adalah induk berbagai macam kerusakan. Siapa yang meminumnya, salatnya selama 40 hari tidaklah diterima. Jika ia mati dalam keadaan khamar masih di perutnya, berarti ia mati seperti matinya orang Jahiliyyah.” (HR. Ath-Thabrani).

Islam juga sudah tegas melarang segala bentuk miras. Sebagaimana firman Allah Swt.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ , إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah rijsun termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al Ma-idah: 90-91).

Nah, dari sini sudah fix, ya, kalau khamar itu haram dan berbahaya. Tapi kenapa justru dilegalkan oleh negara? Waduh…

Ya, beginilah, Sob, ketika kita hidup dalam sistem sekuler. Aturan agama yaitu aturan syariah dicampakkan. Aturan dibuat sendiri oleh manusia yang serba terbatas dan didominasi oleh hawa nafsunya.

Akhirnya, aturan yang dibuatnya hanya berorientasi pada keuntungan materi dan manfaat bagi dirinya saja, Sob, terutama manfaat ekonomi. Asal menguntungkan, laku keras di masyarakat, banyak yang suka, ya, sah-sah saja diproduksi terus.

Selain itu, para generasi muda muslim hari ini sudah diracuni oleh pemikiran liberalisme, yang membuat hidup mereka semakin bebas tidak keruan. Asalkan bisa senang-senang, mengikuti tren biar dibilang keren, ya, dilakukan saja, tanpa peduli aturan halal dan haram.

Jika sudah begini, bagaimana kaum muslimin bisa bangkit? Kalau para pemuda sebagai tonggak peradaban justru kecanduan miras, bagaimana bisa? Bahkan, saat ditanya tentang siapa dirinya saja, ia bingung.

Kita juga hidup dalam kondisi masyarakat yang apatis (tidak peduli),  dengan segala bentuk kemaksiatan yang ada. Katanya sih, tidak mau ikut campur dengan hak kebebasan orang lain.

Padahal Sobat, azab Allah bisa turun kapan saja sesuai kehendak-Nya. Bukan hanya orang-orang yang berurusan dengan miras saja tapi bisa semua orang terkena.

Makanya, nih Sobat, kita harus memiliki standar dalam kehidupan ini. Sebagai muslim, sudah seharusnya kita menjadikan standar halal dan haram sebagai tolok ukur dalam berprilaku, bukan sekadar manfaat atau materi.

Muslim yang taat akan rela dan sungguh-sungguh dalam menetapi perintah Allah Swt. karena segala sesuatu yang berasal dari Yang Maha Pencipta tak akan salah untuk makhluk-Nya, dan akan selalu ada kebaikan dari setiap aturan-Nya.

Inilah yang harus kita raih agar hidup berkah dunia akhirat. Dengan ini pula, kita akan bisa terus istikamah dalam menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya tanpa keraguan.

Adapun segala pengharaman terhadap khamar adalah bagian dari kemuliaan syariat Islam dalam menjaga dan memberi perlindungan terhadap akal manusia. Dengan begitu, manusia dapat menggunakan akalnya secara maksimal untuk menjalani kehidupannya sesuai aturan Allah.

Maka tidak heran, para pemuda muslim di era kekhilafahan menjadi sangat produktif, menjadi ulama dan ilmuwan kelas dunia dan akhirat, sebagaimana Imam Syafi'i, Imam Bukhari, Al-Jazari, Ibnu Haitsami, Fatimah Al Fihri, Mariam Al Asturlabi dan lain sebagainya.

Tidak Main-Main

Agar bisa menumpas miras dan mewujudkan pemuda produktif, tidak bisa mengandalkan diri sendiri, Sob. Namun, diperlukan peran dari masyarakat apalagi negara yang menerapkan aturan Islam. Masyarakat turut peduli untuk menegur dan mencegah segala bentuk kemaksiatan, dan mendukung penuh segala bentuk kema'rufan.

Yang terpenting adalah peran negara, yang memberikan pendidikan berbasis akidah Islam kepada setiap individunya, agar terwujud masyarakat kepribadian Islam. Negara Islam atau Khilafah akan menyetop segala hal yang bisa merusak akal masyarakat seperti miras ini.

Dengan pondasi keimanan dan aturan yang tepat dari negara, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan paham yang rusak dan merusak seperti sekularisme liberalisme. Nah…. Maka dari itu, Sob, mulai saat ini kita harus sadar dan bangkit untuk kembali pada aturan Allah.

Sudah, buang saja pemahaman sekuler dan liberalismenya. Tidak ada kata terlambat untuk belajar dan berubah, Sob. Kita harus belajar Islam kaffah secara intensif. Sendirian itu berat, Sob, makanya carilah kelompok dakwah Ideologis yang terjaga dan tetap istikamah.

Jangan cuma belajar saja, Sob. Namun, lakukan dan dakwahkan Islam juga, ya. Berdakwah bersama-sama di tengah-tengah umat agar banyak umat yang memahami betapa pentingnya hidup di bawah naungan Khilafah Rasyidah Ala Manhaj Nubuwwah.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Ensiklopedia Juz Amma untuk Anak
Next
Lampu Kuning di Ujung Jalan Kehidupan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram