Al-Qur'an adalah mukjizat Rasulullah yang paling agung. Keagungan dan keberkahannya akan terus terpancar hingga akhir zaman.
Oleh. Bedoon Essem
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Assalamualaikum, Sobat. Apa kabarmu Ramadan ini? Semoga masih terus istikamah dalam ketaatan, ya. Meski ujian dan cobaan menerpa kita, tidak menjadi alasan kita untuk galau pada bulan mulia ini, 'kan? Pada bulan ini, Allah perintahkan kita untuk bahagia. Bagaimana tidak bahagia, Ramadan itu bulan istimewa, bulan penuh berkah, bulan ketika Allah menurunkan Al-Qur'an ke langit dunia untuk menjadi petunjuk bagi manusia.
Pada bulan Ramadan ini, Allah pun melipatgandakan pahala bagi siapa saja yang berpuasa dan beribadah di dalamnya. Ada banyak kesempatan bagi kita untuk menjadi hamba yang lebih baik lo, Guys. Puasa kita, salat tarawih, sedekah, berbakti kepada orang tua, tilawah, dan interaksi kita dengan Al-Qur'an, juga amalan saleh lainnya, semua akan dibalas dengan balasan yang berlipat dan melimpah. So, tak ada alasan kita untuk bersusah hati, ya.
Ramadan Bulan Al-Qur'an
Ramadan disebut sebagai bulan Al-Qur’an. Hal itu dapat kita saksikan dari kisah-kisah yang menceritakan kebiasaan para ulama terdahulu yang sangat akrab dengannya. Mereka rajin membacanya, mengkhatamkan dan bahkan menadaburi atau merenungkan kandungan di dalamnya. Hari-hari mereka diisi dengan Al-Qur'an. Mereka begitu bahagia dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَ الْفُرْقَانِ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).”
Dalam Tafsir Al-Quran al-‘Azhim (I/460-461, Darul Hadits), Imam Ibnu Katsir berkata mengenai ayat ini, “Allah menyanjung bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lain sebagai waktu yang dipilihnya untuk menurunkan Al-Quran. Oleh karena itulah, Dia mengistimewakan bulan Ramadan. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa kitab-kitab suci diturunkan kepada para nabi terdahulu juga pada bulan yang suci ini."
Al-Qur'an diturunkan oleh Allah secara langsung di Baitul ‘Izzah, di langit bumi, pada bulan Ramadan saat Lailatulqadar. Hal ini berdasarkan pada firman Allah, “Kami telah menurunkannya saat malam Lailatulqadar,” juga dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam yang penuh berkah.” Kemudian setelah itu, turun berangsur-angsur kepada Rasulullah.
Al-Qur'an Adalah Mukjizat
Al-Qur'an adalah mukjizat Rasulullah yang paling agung. Keagungan dan keberkahannya akan terus terpancar hingga akhir zaman. Ia adalah petunjuk bagi setiap hamba yang beriman dan pembimbing menuju kebahagiaan. Siapa saja yang menjadikannya sebagai pedoman, pasti akan selamat dunia akhirat. Akan tetapi, siapa pun yang mengabaikannya, pasti akan binasa. Membaca dan menadaburinya adalah ibadah, mengamalkan kandungannya adalah kewajiban. Ia adalah obat bagi segala kesusahan dan kegalauan.
Untuk itulah, jika Ramadan tiba, para generasi saleh terdahulu begitu gembira, Guys. Mereka senantiasa bersukacita dan mempersiapkan diri untuk menyambut bulan mulia ini. Mereka berlomba-lomba mengisinya dengan amalan ketaatan sehingga tidak tersisa di hati mereka kegalauan tentang dunia. Mereka bahagia karena berinteraksi dengan sumber kebahagiaan, yaitu Al-Qur'an pada bulan istimewa (Ramadan).
Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa, Darul Wafa’, 10/95-96 pernah berkata, "Al-Qur’an adalah obat mujarab bagi hati yang terkena syubhat berupa racun pemikiran dan syahwat, yaitu nafsu buruk untuk maksiat. Di dalam Al-Qur’an terdapat penerang yang jelas, kebatilan dihapus oleh kebenaran. Penyakit syubhat yang merusak bisa hilang sebab adanya ilmu dan keinginan untuk menjadi baik, dan hakikat sesuatu begitu jelas olehnya. Di dalam Al-Qur’an ada berbagai hikmah yang bisa diambil, ada berbagai nasihat yang baik untuk memompa semangat dalam beramal dan mengancam dari perbuatan buruk. Di dalamnya juga terdapat berbagai kisah yang bisa diambil pelajaran, yang dengannya hati pun menjadi baik. Ia memberi semangat pada hati untuk menyukai hal-hal yang bermanfaat dan memperingatkannya pula dari hal-hal yang membahayakan. Dengan begitu, hati makin cinta pada kebenaran dan membenci kebatilan."
Al-Qur’an menghilangkan penyakit hati yang berkeinginan pada hal-hal batil, dan berkeinginan menjadi baik sehingga hati akan kembali pada fitrahnya. Hati akan makin hidup dan sehat dengan adanya iman dan Al-Qur’an. Sebagaimana badan akan makin hidup dengan asupan tepat yang dapat menumbuhkan dan menguatkannya. Sehatnya hati itu semisal dengan tumbuh kembangnya badan lo, Guys.
Kebiasaan para Ulama
Nah, khusus aktivitas membaca Al-Qur'an, para salaf saleh punya perhatian yang sangat mendalam, Sob. Imam Ibnu Rajab dalam Lathaif Al-Ma’arif, beliau menjelaskan kebiasaan generasi saleh terdahulu pada bulan Ramadan yaitu dengan membaca Al-Qur'an dalam salat dan aktivitas mereka lainnya sehari-hari.
Malaikat Jibril pun selalu mendatangi Baginda Rasul pada setiap malam bulan Ramadan untuk mengajarkan Al-Qur'an. Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah bin Abbas beliau mengisahkan, "Rasulullah adalah sosok manusia yang paling dermawan. Lebih-lebih pada bulan Ramadan, dan pada saat Jibril menemuinya untuk mengajarinya Al-Qur'an pada setiap malam Ramadan. Sungguh ketika Jibril menjumpainya, Baginda adalah orang yang paling dermawan, sampai-sampai melebih angin yang berembus.”
Hal ini menunjukkan sunahnya memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada malam hari bulan Ramadan, Guys. Ini dikarenakan pada malam hari, biasanya kita sudah selesai dengan rutinitas yang menyibukkan kita.
Begitu pula dengan Imam Asy-Syafi’i yang kita kenal sebagai salah satu pendiri mazhab terkemuka. Beliau biasa menghabiskan waktunya untuk membaca dan berinteraksi dengan Al-Qur'an. Bahkan selama Ramadan beliau mengkhatamkan tak kurang dari 60 kali khatam, atau dalam sehari beliau dua kali khatam Al-Qur'an. Dalam kitab Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36, seorang murid Imam Asy-Syafi'i, Ar-Rabi’ bin Sulaiman menuturkan, “Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an sebanyak 60 kali pada bulan Ramadan.” Ibnu Abi Hatim menambahkan dalam satu riwayat bahwa khataman Imam Asy-Syafi'i tersebut dilakukan dalam salat.
Jadi, Sob. Tak ada alasan untuk kita tidak tadarus. Siang kau alasan tak sempat karena sibuk. Malam pun kau berdalih tak bisa tadarus karena lelah dan mengantuk. Begitu beratnya kita untuk membuka lembar demi lembar kalam Allah. Begitu sulitnya kita membangun hubungan dengan Al-Qur'an. Padahal kita sangat mudah untuk menghabiskan waktu bersama gadget dan teman-teman kita.
Sangat wajar jika kegalauan menggelayut dalam hati kita, menggerogotinya hingga layu menunggu mati. Padahal ketika hati kita mati, sungguh ia akan sulit menerima cahaya hidayah, akhirnya kebinasaanlah yang akan kita peroleh. Nauzubillah. So, yuk lekas berwudu dan mulailah interaksimu dengan Al-Qur'an. Wallahua'lam bishawab.[]
#GerakAksaraRamadan
#ChallengeRamadan
#NPselaludihati
Jadi teringat sebuah hadis bahwa barang siapa yang hatinya tidak ada ayat Al-Qur'an maka ia seperti rumah yang roboh.
Siapa yang berinteraksi dg Al-Qur'an ia tak akan pernah galau..