Separatisme Papua: Apa Kabar Pemegang Tampuk Kekuasaan?

"Apa yang terjadi di Papua tidak bisa lepas dari upaya memecah-belah Indonesia melalui separatisme. Ini merupakan wujud indikasi kuat bahwa ada kolaborasi agen lokal dengan agen asing untuk disintegrasi Papua. Umat harus sadar bahwa pihak asing seperti AS memiliki kepentingan terhadap disintegrasi Papua."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil Redpel NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ada berita yang sangat menyayat hati. Kisah 8 orang saudara kita yang sedang bertugas di Kabupaten Puncak, Papua dikabarkan meninggal dunia ketika diserang dan ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Identitas 8 saudara kita ternyata karyawan PT Palapa Ring Timur Telematika (PTT). Beruntungnya ada satu tim yang selamat dari kebrutalan KKB. Dia adalah Nelson Sarira. Sungguh miris ketika Sarira menyampaikan melihat langsung aksi leher temannya digorok oleh KKB.

Hal itu bermula ketika kamp mereka tiba-tiba diserang KKB dengan senjata tajam parang, kapak, dan lainnya pada pukul 03.00 WIT. Ini benar-benar pembantaian. Mereka yang awalnya datang ke Kabupaten Puncak untuk menjalankan tugas memperbaiki Tower Base Transceiver Station (BTS) 3 Telkomsel, namun nasib berkata lain. Mereka malah kehilangan nyawa akibat kebengisan KKB yang tanpa rasa belas kasih, tak ada rasa kemanusiaan menghabisi nyawa para karyawan PTT yang berada di lokasi tersebut.

Ya Rabb… sebegitu nggak aman kah tinggal di negeri sendiri. Memang benar wilayah timur Indonesia berbeda suku dan warna kulit dengan yang ada di Indonesia bagian barat dan tengah, namun kita masih sama-sama berkebangsaan Indonesia. Kita masih setanah air. Bahkan memegang erat simbol "Bhineka Tunggal Ika", tapi mengapa di wilayah timur ada kelompok yang sejatinya adalah teroris seolah bebas melakukan pembantaian kepada para pendatang? Seperti ada yang memberi ruang kepada mereka untuk melakukan aksi tersebut.

Mengapa KKB begitu ringan tangan membantai dan membunuh pendatang? Tak peduli dia muslim atau nonmuslim, semuanya dibabat habis. Patut ditelusuriditelusuri neh, Guys. Kelompok Kriminal Bersenjata itu awal kemunculannya dari mana sih sebenarnya? Dan apa tujuan KKB Papua terus melakukan aksi penyerangan?

Sejarah KKB Papua

Jadi, Guys, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ini bernama Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok ini adalah kelompok separatis yang sejak dulu ingin berdiri sendiri dan merdeka dari Indonesia. Mereka sering kali melakukan aksi menuntut referendum. Akhirnya, Pemerintah kita mengambil kebijakan berupa pemberian Otonomi Khusus (Otsus) bagi Papua dengan menggelontorkan anggaran besar ke Papua. Singkat cerita, anggaran Otsus ini ternyata hanya dinikmati kaum elite Papua saja dan nggak mengalir ke lapisan rakyat paling bawah.

Akhirnya, hal tersebut memunculkan gerakan perlawanan yang lebih masif dari rakyat Papua yang merasakan perlakuan diskriminatif tersebut. Dari sinilah mereka melakukan berbagai tindak-tindak kriminal. Lebih parahnya lagi, Guys, mereka ini nggak sekadar melakukan kriminal biasa, bahkan punya keinginan besar di balik setiap aksi kriminalnya selama ini.

Kita bisa saksikan sendiri kalau kelompok ini melakukan aksinya. Mereka nggak tanggung-tanggung membunuh orang-orang yang nggak bersalah. Apalagi mereka itu pendatang. Namun anehnya, Guys, kalau ada salah satu kelompok ini tertangkap, mereka ditahan hanya karena alasan kriminalitas saja. Padahal tindakan mereka sudah termasuk aksi terorisme. Yang bikin bertanya-tanya juga, kok kelompok bersenjata di Papua ini semakin bagus ya persenjataannya?

Cek per cek ternyata mereka mendapatkannya dari hasil selundupan atau rampasan, Guys. Pada aspek lain, Kelompok ini memiliki tiga bagian penting, yaitu kampanye politik di dalam negeri untuk meminta dukungan ASN dan TNI/Polri, kampanye politik luar negeri yang menyuarakan kemerdekaan Papua kepada kedutaan-kedutaan asing, dan bagian terakhir adalah kekuatan senjata.

Sampai sini udah bisa ditebak kan? Bahwasanya KKB Papua adalah kelompok yang ingin wilayah Papua melepaskan diri dari NKRI, alias separatisme atau kelompok yang melakukan gerakan separatis. Tentunya gerakan ini sudah mengancam keutuhan negara. Lalu, kenapa hanya dicap sebagai kelompok kriminal bersenjata saja ya oleh pemerintah bukan teroris? Padahal sejatinya kelompok ini pengacau keamanan dan separatisme yang seharusnya sudah ditumpas.

Gerakan Pengacau

Asal kalian tau, Guys, aksi kerusuhan, kriminalitas, pengibaran bendera OPM, hingga tuntutan referendum, adalah gambaran besar bahwa separatisme itu ancaman nyata. Mereka menuntut pembebasan Papua. Mereka melakukan aksi teror dengan menyerang dan membunuh warga, terutama aparat dan keamanan di wilayah Papua. Ironisnya, pemerintah justru mengambil pendekatan yang lebih lunak, dalam hal ini adalah pendekatan manusiawi di Papua, termasuk dialog dan pemberian amnesti.

Bayangin aja, Guys, kelompok ini terus-menerus melancarkan operasi militer pada warga dan aparat keamanan di Papua. Bahkan, serangan militer yang mereka lakukan terbilang brutal. Apalagi yang baru-baru ini terjadi pada ke-8 saudara kita yang hanya melaksanakan tugas, namun menjadi sasaran empuk kelompok separatis di Papua.

Seharusnya pemerintah membasmi dengan tuntas gerakan pengacau keamanan di dalam negeri, dalam hal ini adalah OPM atau KKB. Akan tetapi, pemerintah justru berada pada fokus yang berbeda. Perlakuan pemerintah terhadap kelompok Islam kritis, yang berseberangan dengan pemerintah, yang beramar maruf nahi mungkar serta memperjuangkan Islam justru dianggap pengacau, mengancam eksistensi NKRI, dan dicap radikal. Pemerintah lebih fokus ingin memberantas kelompok-kelompok yang kritis terhadap kebijakan Rezim. _I swear_rezim hari ini benar-benar membuat rakyat Indonesia bingung. Kasus ini seharusnya sudah tuntas jika pemerintah dan perangkatnya serius memberantas kelompok separatis, namun ternyata tidak demikian.

Diskriminasi Penguasa

Diyakini atau tidak, persoalan Papua memang kompleks, Guys. Ada unsur keserakahan, eksploitasi, pemiskinan, pembodohan dan campur tangan asing yang menahun di wilayah Papua. Begitu banyak industri yang masuk ke Papua, namun nggak sinkron dengan kesejahteraan yang seharusnya didapat masyarakat Papua di sana. Papua sudah puluhan tahun menjadi sumber kekayaan sejumlah perusahaan asing, terutama Freeport. Nahasya, kesejahteraan tak pernah diraih rakyat Papua.

Papua kini berada di peringkat pertama persentase penduduk miskin terbesar di kawasan Indonesia Timur. Badan Pusat Statistik Papua menyebutkan ada empat faktor penyebab angka kemiskinan naik di Papua, yakni inflasi, perekonomian, tingkat pengangguran, dan minimnya infrastruktur terkait pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan rakyat Papua.

Dunia pun tau jika Papua ini adalah kawasan "seksi" bagi asing untuk mengeruk keuntungan di sana. Pemerintah yang seharusnya mengambil alih mengelola kekayaan alam yang ada di Papua malah dilimpahkan kepada asing. Inilah perlakuan diskriminatif yang dirasakan rakyat Papua. Hingga perwakilan mereka tidak segan-segan mengetuk pintu internasional untuk memberikan dukungan atas tuntuan referendum. Atas dasar ini, negara-negara Barat, bahkan PBB pun terlibat sebagai bumper gerakan kaum separatis di Papua.

Jadi, nggak usah berharap banyak Guys, pemerintah negeri ini tak akan pernah bersikap tegas dan cepat menghentikan aksi separatisme di Papua, termasuk kelompok teroris OPM/KKB. Mengapa? Karena pemerintah kita akan merasa terancam kalau-kalau para investor hengkang dari Tanah Papua, bahkan penghentian bantuan luar negeri ke Indonesia.

Akhirnya timbul pertanyaan, mau sampai kapan persoalan ancaman separatisme Papua bisa dituntaskan? Apa kabar para pemegang tampuk kekuasaan? Bisakah kalian tidak bergantung pada asing. Selama masih bergantung pada asing, maka ancaman separatisme di Papua akan terus berlangsung seperti saat ini. Benar-benar miris.

Membangun Kesadaran

Melihat kondisi yang terjadi di Papua seharusnya diselesaikan dengan menggunakan sistem alternatif yang mampu memberi kesejahteraan bukan kesenjangan pada rakyat Papua. Namun sebelum itu, kita harus membangun kesadaran umum di tengah umat dulu, Guys. Jika kesadaran umum ini telah terbentuk, maka kita bisa dengan mudah menyingkirkan gerakan-gerakan separatis yang mengarah pada disintegrasi.

Kita harus sampaikan ke umat bahwa apa yang terjadi di Papua tidak bisa lepas dari upaya memecah-belah Indonesia melalui separatisme. Ini kan wujud indikasi kuat bahwa ada kolaborasi agen lokal dengan agen asing untuk disintegrasi Papua. Umat harus sadar bahwa pihak asing seperti AS memiliki kepentingan terhadap disintegrasi Papua.

Umat harus menyadari baik wilayah Papua maupun wilayah yang lain adalah satu kesatuan yang utuh dalam wilayah Indonesia. Tidak dibenarkan adanya ikatan ashabiyah atau fanatisme golongan, dalam satu wilayah, apalagi ingin memisahkan diri, sebab bertentangan dengan Islam, sebagaimana sabda Rasul saw., "Tidak tergolong umatku orang yang menyerukan ‘ashabiyah (fanatisme golongan), saling berperang atas dasar ‘ashabiyah dan mati karena ‘ashabiyah" (HR. Abu Dawud).

Khilafah Berantas Separatisme

Makin ke sini makin jelas ya, Guys. Oleh karena itu, sebagai perwujudan persatuan seluruh umat baik muslim maupun nonmuslim, maka Islam mewajibkan untuk hidup di bawah satu kepemimpinan atau negara. Dalam hal ini adalah Khilafah Islamiah. Dalam Islam jelas haram dong jika ada yang tercerai-berai di bawah kepemimpinan yang lebih dari satu. Dari sini kemudian Rasulullah bersabda, _"Siapa saja yang datang kepada kalian, sementara urusan kalian terhimpun pada satu orang (seorang khalifah), lalu dia hendak memecah kesatuan kalian dan mencerai-beraikan jemaah kalian, maka bunuhlah dia."  (HR. Muslim)

Hadis di atas begitu jelas menunjukkan adanya kewajiban umat untuk bersatu di bawah satu negara Khilafah. Tidak dibenarkan lho, Guys kalau umat ini memiliki lebih dari satu orang khalifah (imam). Jadi, hal terpenting yang diperlukan saat ini adalah tumbuhnya kesadaran umat Islam di seluruh dunia, khususnya Indonesia untuk menghapus bibit-bibit separatisme yang akan mencerai-beraikan mereka.

Yakin aja, Guys, jika umat sepenuhnya sadar, mereka akan berbondong-bondong melakukan penyatuan multipotensi kekuatan di seluruh dunia ke dalam institusi politik negara Khilafah Islamiah. Melalui institusi Khilafah inilah umat Islam akan mampu menghapus berbagai bentuk disintegrasi dan separatisme yang terjadi di berbagai negeri Islam, termasuk Indonesia. Wallahu a’lam bi ash-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Wahai Anak Perempuanku
Next
Menulis untuk Bangkit
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ummu Hezarfen
Ummu Hezarfen
2 years ago

Mau sampai kapan Papua dalam ancaman separatisme? Harusnya kasus ini sudah diberantas tuntas karena ulah KKB sudah sangat meresahkan, nyawa jadi taruhan. Para penguasa sadarlah!!! Ini masalah pokok yang mengancam eksistensi negara ini.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram