"Perjuangan yang tak mudah, di saat satu persatu sahabat perjuangan memutuskan tidak lagi satu barisan, ketika idealisme harus diikat dengan pemahaman dan kesabaran. Sejatinya, perjuangan adalah perjalanan menuju muara, panjang terbentang."
Oleh: Sifa Isnaeni
NarasiPost.Com-Awan mendung menyelimuti hati hari ini. Tak terasa, tetes bening terjatuh dari sudut mata, deras. Hari ini, salah seorang sahabat akhirnya tidak lagi berada dalam satu barisan dakwah.
Kaget, dan sedih bercampur jadi satu, teringat jalan-jalan dakwah yang kami lalui bersama. Kami mengetuk pintu dari rumah satu ke rumah yang lain, menyebar undangan kajian, meskipun banyak yang tak datang. Kami tertawa dan menangis bersama, berbagi bekal, bergantian mengasuh anak, saling meringankan beban.
Ketika keputusan itu tiba, hati tak percaya. Hanya sampai di sinikah kebersamaan kita dalam perjuangan? Banyak sekali pertanyaan ingin kuajukan, tetapi bibir ini tak mampu bersuara. Hanya derai air mata yang terus membasahi pipi.
Memang, sudah lama tidak kuketahui kabarnya. Pesan pun tak dibalas.
"Mungkin sibuk," pikirku.
Semoga ia selalu dalam keadaan terbaik. Itulah doa yang selalu kupanjatkan.
Ataukah ujian sedang datang menghampirinya? Mungkin ia memendam dan mengurai solusi sendiri. Semoga ia masih ingat firman-Nya, bahwa tidak dikatakan beriman ketika belum datang ujian.
Nasehat untukmu wahai diri. Memang jalan kebenaran tak mudah, yaitu jalan dakwah. Di sana banyak onak dan duri. Ujian akan datang menghampiri. Kesulitan harus dihadapi. Tidak mengapa, asal Allah bersama kita.
Mari belajar dari para sahabat Nabi, tentang dakwah tanpa henti dan tak takut mati, mengorbankan harta, bahkan nyawa. Kesulitan menjadi cambuk perjuangan.
Khalid ibn Walid pernah berkata,
"Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada malam aku mendapat pengantin cantik dan menerima berita kelahiran anak laki-laki."
Bisyr Al Hafi pernah berkata pada muridnya ketika bepergian bersama. Di tengah jalan muridnya kehausan,
"Bolehkah, saya meminum air dari sumur ini?"
Lalu Bisyr Al Hafi berkata,
"Sabarlah, sampai ketemu sumur yang lain."
Ketika sampai di sumur yang lainnya, Bisyr Al Hafi berkata,
"Sabarlah, sampai ketemu sumur yang lain."
Demikianlah, setiap kali bertemu dengan sumur selanjutnya, hingga akhirnya Bisyr Al Hafi berkata pada muridnya yang kehausan,
"Beginilah melintasi dunia. "
Sungguh, itu adalah perkataan dan dialog yang mengguncang akal dan jiwa. Perjuangan yang tak mudah, di saat satu persatu sahabat perjuangan memutuskan tidak lagi satu barisan, ketika idealisme harus diikat dengan pemahaman dan kesabaran. Sejatinya, perjuangan adalah perjalanan menuju muara, panjang terbentang.
Suatu saat, mungkin kelelahan akan memuncak, cobaan akan meningkat. Musibah datang beruntun. Ada yang datang dan pergi meninggalkan. Hanya kepada Allah memohon kekuatan. Berkata diri pada jiwa tentang amal shaleh yang sudah dirintis bermalam-malam. Lenyap, dalam tempo sekejap karena kurang sabar.
Ujian ibarat tamu. Bukankah tamu tidak akan lama berada dirumah kita. Silih berganti datang mengunjungi. Begitupun sahabat. Ketika satu pergi akan datang yang lainnya. Teruslah beramal, pekerjaan sebentar lagi selesai.
Islam menjadi kuat ditopang orang-orang dengan tekad baja. Islam kuat ditopang oleh orang-orang yang kokoh dengan amanah besar yang tidak mampu dipikul oleh langit dan bumi. Ia memegang panji kebenaran di tangan dan kirinya. Kakinya kuat mencengkram bumi. Tidak ada yang ditakutkan selain hari penghisaban di akhirat kelak.
Bukankah orang yang berpuasa di tengah hari yang panas, rasa hausnya akan hilang ketika menengguk air bila berbuka tiba. Kelelahan akan sirna saat kaki menginjakkan surga. Saat itu kelelahan yang dulu mendera tak lagi terasa.
Fajar pahala merekah dan cobaan berlalu tanpa bekas. Saat itu, kita sudah berada di tempat yang aman dan nyaman. Dalam dekapan Maha Rahman dan Rahim, bahagia kekal selamanya.
Kuhanya mampu menoleh sebentar, tatkala satu persatu sahabat pergi meninggalkan, dalam sebuah pengharapan. Semoga kelak dia akan kembali. Menemuinya kelak, yang masih setia dalam perjuangan, membasuh luka dan nanah dalam dakwah. Semoga ia kembali bersama, menyusuri bukit pegunungan, menyampaikan Islam kaafah.
Semoga Allah memudahkan urusanmu, menghilangkan kegalauan hatimu, meneguhkan tekad yang pernah ada. Aku masih berharap, bahwa engkau akan kembali berjuang bersamaku di sini. Kita bersenang-senang dalam kelelahan, meskipun mungkin amal tak seberapa. Akan tetapi, semoga mampu menjangkau surga.
Yakin doa pasti terkabul, siapa yang mengetuk pasti akan terbuka pintu tersebut. Doa itu untukmu karena suatu saat, yang pergi pasti kembali.
Wallahu'alam bi Shawab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]