Hati yang selesai adalah hati yang segera kembali kepada keceriaan setelah kesedihan, hati yang memiliki kelapangan setelah kesempitan.
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hati yang selesai, apakah gerangan itu? Hati, sesuatu yang ada dalam diri manusia. Wujudnya tak tampak secara kasatmata, tetapi hati memegang kendali penuh atas diri manusia. Jika tak diarahkan dengan baik, hati bisa membuat segalanya porak-poranda.
Pernahkah Sobat merasa kecewa? Atau marah? Sebagai seorang manusia biasa, kita tentu pernah merasakan itu semua. Itu hal yang sangat wajar. Saat rasa kecewa dan marah hadir, biasanya suasana hati pun menjadi tak karuan, resah, gundah gulana, dan tidak tenang. Jantung juga ikut berdebar-debar. Saat segala rasa itu menyapa, apakah yang Sobat lakukan? Apakah melampiaskan segala isi hati sembari berteriak penuh amarah? Atau hanya diam menyimpan luka dan dendam?
Sebelum menjawab pertanyaan itu, saya ingin mengajak sobat untuk merasakan sebuah kondisi terlebih dahulu. Coba bayangkan dan rasakan! Hari itu, Anda akan melaksanakan halaqah pekanan. Lalu, Anda pun menyiapkan semua kebutuhan halaqah, seperti kitab, buku, pena, bahkan bekal untuk anak.
Saat akan pergi halaqah, masalah pun mulai datang. Anak yang tadinya sudah siap sedia kita bawa pergi, malah meminta pergi ke kamar mandi untuk buang air. Lalu, masih dengan kesabaran, Anda pun menunggu dan kembali menyiapkan anak. Setelah itu, Anda pun segera pergi menaiki motor menuju tempat halaqah.
Lain harapan, lain pula realitas. Di tengah perjalanan, ban sepeda motor bocor. Akhirnya, Anda memutuskan untuk singgah ke bengkel. Saat menunggu ban sepeda motor diperbaiki, anak mulai rewel karena panas mulai menyengat. Anda sudah coba untuk menenangkan, tetapi tak berhasil. Tangisan anak makin kuat dan menjadi-jadi.
Tak lama kemudian, sepeda motor telah diperbaiki, Anda pun bergegas menuju tempat halaqah dan makin menambah laju kecepatan. Namun sayang, terjadi kemacetan yang membuat Anda kembali tak bisa bergerak. Macet, panas, anak rewel, dan terburu-buru tergabung dalam satu kondisi. Sungguh, suatu gabungan kondisi yang sangat melelahkan. Namun, Anda tetap berusaha sabar dan tetap mengupayakan untuk sampai di tempat halaqah.
Setibanya di tempat halaqah, masih dengan nafas yang terengah-engah, sang guru pun berkata kepada Anda, “Maaf, Anti sudah telat lebih dari 15 menit dan tidak boleh lagi mengikuti halaqah.”
Apakah yang Anda rasakan? Kecewa? Marah? Merasa sang guru tidak mengerti dengan kondisi Anda? Atau malah menyalahkan aturan dan menganggapnya tak manusiawi? Jujurlah. Jika itu saya, bisa jadi kedua kondisi itu saya rasakan. Marah pada sang guru dan menganggap aturan itu tidak manusiawi. Namun, dari sinilah hati kita tengah diuji, apakah akan lulus menjadi hati yang selesai, atau justru tertawan dan menjadi hati yang nelangsa?
Gambaran Hati yang Selesai
Hati yang selesai merupakan sikap hati yang senantiasa tenang dan tidak tergesa-gesa ketika menghadapi suatu kejadian atau peristiwa apa pun. Semua kondisi dapat dilalui dengan tegar dan tumakninah. Sikap sewot hampir-hampir tak pernah hadir, jiwa terbebas dari sikap murung, sedih, dan mampu untuk tak berdiri di atas bayang-bayang suatu peristiwa. Itulah hati yang selesai.
Hati yang selesai bukan perkara yang mustahil. Meski berat, tapi seyogianya semua manusia bisa memilikinya. Keyakinan bahwa setiap apa yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah perlu ditanamkan dan dikukuhkan ke dalam jiwa.
Tawakal kepada Allah juga menjadi pion terdepan dalam hidup sebab jika tidak demikian, semua bisa menjadi korban. Anak, suami, bahkan binatang peliharaan pun bisa menjadi sasaran kemarahan dan kekecewaan kita. Dengan kata lain, memiliki hati yang selesai berarti kita telah memasrahkan semuanya kepada Allah. Kita meyakini bahwa setiap apa yang terjadi adalah qada terbaik dari-Nya.
Ini sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 216,
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
Cara Menyemai Hati yang Selesai
Hati yang selesai bukanlah pasrah dan menyerah terhadap nasib, lalu malas-malasan untuk berusaha. Bukan! Hati yang selesai merupakan kemampuan untuk menata rasa dan sikap jiwa terhadap apa yang terjadi.
Hati yang selesai tidak akan larut dalam kekecewaan mendalam, tidak akan terikut dengan hati yang gundah gulana, tidak tunduk pada kesedihan, tidak penuh dengan amarah, tidak sesak oleh hawa nafsu, dan tidak terbelenggu oleh rayuan-rayuan setan.
Hati yang selesai adalah hati yang segera kembali kepada keceriaan setelah kesedihan, hati yang memiliki kelapangan setelah kesempitan yang menimpanya. Hati yang lebih mengutamakan kebahagiaan daripada kemurungan. Hati yang lebih mengikuti petunjuk daripada angkara murka.
https://narasipost.com/family/11/2020/mengajarkan-anak-bersabar/
Hati yang selesai akan membuat orang lebih berpikir positif. Selalu memandang bahwa semua yang terjadi adalah langkah untuk setingkat lebih baik lagi, tidak akan gamang dengan permasalahan, dan segera mencari jalan keluar.
Hati yang selesai adalah hati yang disinari oleh keimanan terhadap qada dan qadar. Hatinya tidak terjerat nafsu dan senantiasa terpaut dengan Allah Swt. Dengan hati yang selesai, kita telah memindahkan luasan dunia ke dalam hati kita, hati akan terasa lebih plong dan lapang. Orang yang berhati selesai ialah mereka yang hidup di dunia, tetapi hati, jiwa, dan cita-citanya menembus batas melesat jauh ke dalam surga.
Dengan hati yang selesai, kita juga lebih lapang menerima segala kenyataan yang terjadi. Jika pun marah dan kecewa hadir, dua rasa itu hanya singgah sebentar, lalu beranjak pergi sebab kita tahu bahwa tidak ada sesuatu yang sia-sia di dunia ini. Seperti kasus halaqah di atas, untuk apa kita marah pada guru dan menuduh bahwa guru tidak pengertian, lalu menyalahkan aturan yang ada. Jika amarah dan kecewa tetap kita ikuti, hati kita akan lelah dan penuh dengan kebencian. Semarah dan sekecewa apa pun, kondisi tetap tidak akan berubah. Andai kita tetap diizinkan halaqah, bisa jadi suasana tetap tidak kondusif karena anak kita yang tengah rewel.
Apa yang kita lakukan mulai dari menyiapkan kebutuhan halaqah sampai usaha memenuhi akad telah dicatat pahala di sisi Allah, tetapi semuanya menjadi cacat karena amarah dan kecewa. Sedangkan Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban terhadap akad yang tidak kita penuhi karena kita telah mengerahkan segala daya dan upaya yang kita miliki, tetapi ada uzur syar'i.
Begitulah hati yang selesai, mengupayakan yang terbaik, lalu melapangkan dada terhadap segala sesuatu yang terjadi.
Tiga Garda Penyemai
Untuk menyemai hati yang selesai maka kita perlu memiliki:
- Iman kepada qada dan qadar. Bukan menyerah kepada nasib, melainkan meyakini bahwa ada hal yang berada di luar kendalinya. Itulah perkara yang ditetapkan Allah. Qada harus kita imani dan yakini bahwa semuanya adalah kehendak Allah yang terbaik. Ini akan mewujudkan hati yang selesai.
- Kanaah. Sikap dan rasa haru serta puas terhadap apa yang diterima. Kanaah akan menciptakan rasa puas. Rezeki sedikit puas, saat sakit pun terasa puas. Puas karena yang sedikit itu mampu meringankan hisabnya pada hari akhir kelak dan puas karena di balik badan yang sakit, terdapat dosa yang berguguran.
- Tawakal. Sebelum memulai aktivitas, wajib menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah. Apa pun hasilnya, semuanya kehendak Allah. Kita hanya mengupayakan yang terbaik. Hati yang menyerahkan sepenuhnya kepada Allah adalah tawakal. Tawakal muncul karena keyakinan terhadap kekuasaan dan kehendak Allah. Jika Allah bekehendak menimpakan kemudaratan, tidak akan ada yang bisa menghindar dan jika Allah berkehendak memberi karunia, kita tidak bisa menolak. Mudarat atau karunia ini tidak akan dimintai pertanggungjawaban. Setan pun tidak berdaya pada orang tawakal. Dengan demikian, terwujudlah hati yang selesai.
Khatimah
Tanpa hati yang selesai, jiwa akan gundah, padahal realitas tak berubah. Dengan hati selesai, pikiran akan jernih dan urusan justru dipermudah.
Hati yang selesai, awalnya sulit, tetapi kebiasaan bisa kita ubah. Ala bisa karena biasa maka biasakanlah. Bukankah kita terbiasa mengetik tanpa melihat keyboard? Dengan demikian, biasakanlah, lalu rasakan perbedaan saat hati menjadi hati yang selesai!
Wallahu’alam bishawab.[]
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah
Bagus sekali naskah ini sangat menutrisi hati dan menjadi bahan renungan agar tak berlarut dalam kegamangan.
Masyaallah. Menyelesaikan permasalahan hati memang tak mudah, tapi bukan hal yang mustahil. Barakallah mba @Arum, isinya sangat menyentuh dan menginspirasi.
Benar, mbak.
Urusan hati memang perkara yang sulit, tp bukan berarti tidak mungkin..
Semoga kita bisa menjadi orang-orang dgn hati yg selesai yaa, mbak..
Dalam bahasa lain cepat move on. Jika sudah terjadi biarkan berlalu. Ambil hikmah dan pelajarannya. Tulisannya jadi sarapan bergizi hati pagi ini.. Jazaakillah khoiron katsiron.
Terimakasih sdh mampir, mbaak.. ❤️