Tahun Berganti, Saatnya Menghisab Diri Hasilkan Karya Berarti

“Salah satu naskah untuk Challenge NarasiPost.Com dengan tema:
Refleksi tahun 2020 dalam pandangan Islam
Persepsi Islam dalam tahun 2021
(Naskah asli penulis/tanpa editan dari TIM NP)”

Oleh: Ulfa Ni'mah

NarasiPost.com - Tak terasa tahun segera berganti, waktu bergulir cepat tanpa kita sadari. Tahun 2020 masehi kini akan kita tinggalkan, berganti tahun 2021 masehi siap dihadapan.

Di kala jemari ini diminta menghitung aksi, menghisab amalan diri, rasa sepi termenung menyudahi. Betapa tidak, saat menyusuri waktu ke belakang setiap sudut tinggal kenangan, tak mungkin kembali berputar mengulang.

Pun tinta telah tertoreh, semua termaktub tak ada yang terlewatkan, apapun episode kehidupan telah dijalankan mengikuti irama titah Sang Tuan.

Entah! Haruskah senang riang ataukah gundah tak berkesudahan. Kita semua berharap semoga kelak esok tidak berujung penyesalan.

Ya, waktu tak mungkin dapat kembali seharusnya menjadi catatan diri. Seandainya semua memahami betul bagaimana berharganya waktu mungkin tidak akan pernah menyiakan waktu terlewati tanpa hal berarti.

Namun sayangnya, tidak sedikit pula yang menghabiskan waktu tersia dengan berleha, bahkan diisi dengan hal yang tak berguna. Sungguh merugi yang didapatinya.

Maka, waktu laksana pedang adalah ungkapan yang sangat tepat saat waktu menjadi sangat berharga. Namun bila sebaliknya maka justru akan menjadi sebilah pedang baginya, hilang kesempatan, waktu yang disiakan akan menghunusnya. Hingga berharganya waktu sampai Allah telah memperingatkan manusia akan hal ini.

"Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran." ( QST. Al'Asr: 1-3)

Ya, kini tahun telah berganti, mari muhasabah diri. Merenungi dan mentafakuri apakah telah menjadi orang yang berarti.

Dengan bergantinya tahun tentu banyak impian dan harapan yang akan menjadi sebuah pencapaian. Namun kita pun tak hendak melupakan apa yang sudah dikerjakan.

Tengoklah kehidupan yang telah dilewati untuk menjadi cambuk pembelajaran diri dengan introspeksi. Bila memang banyak kegagalan akibat kesalahan bukan berarti ditinggalkan, namun kita diminta lebih kuat dalam berjuang. Pun bila pernah meraih kesuksesan, semoga tidak serta merta merasa puas dengan hasil yang telah dicapai namun justru harus menjadi lecutan baru untuk semangat membuat karya baru selanjutnya.

Whats next?

Karena kehidupan seorang muslim adalah kehidupan yang produktif, padat amal, tidak berleha-leha dan hanya diisi dengan kebaikan saja.

Maka tidak heran banyak ditemui kisah sahabat yang telah menorehkan banyak karya, yang dilalui dengan penuh perjuangan dan pengorbanan untuk Allah SWT.

Mereka hidup hanya untuk mengabdi kepada Allah menjadi hamba terbaik untuk Allah, hingga layaklah dunia menyematkan mereka sebagai pejuang Islam terpercaya.

Mari menengok diri, seberapa besar perjuangan dan pengorbanan ini untuk Allah. Harus diakui dan disadari jika ternyata banyak aktivitas yang justru lebih fokus pada urusan pribadi. Padahal setiap diri hampir ingin dikenang besok memberikan jejak berarti, dan hanya meninggalkan kebaikan sepeninggal nanti. Maka jika demikian, apakah tepat bila hanya fokus pada diri?

Sementara Rasulullahllah Muhammad saw bersabda "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia" (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).

Harus disadari, hidup kita bukan milik kita. Hidup ini tidak berkutat pada diri. Namun hidup ini harus diselaraskan dengan tujuan Sang Pencipta yang menciptakan.

Mari renungkan! Kenapa kita diciptakan? Tentu, Allah telah membuat skenario tersendiri dalam menciptakan alam semesta, kehidupan dan manusia.

Merujuk Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 56, Allah berfirman "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu." (QS. Adz Dzariyat: 56)

Sangat jelas ayat di atas bahwa Allah memerintahkan hambanya hanya untuk beribadah. Sehingga sudah tentu bahwa sejatinya manusia harus memahami bahwa hidup adalah mengabdi untukNya. Sebab Allah kelak akan meminta tanggung jawab apa yang telah dilakukan oleh hambaNya.

Mengutip kalimat Austin Kleon dalam bukunya berjudul Keep Going "Every day is a creating day." Setiap hari kita berkarya. Jelas bahwa inilah Muslim sejati yang harinya hanya untuk mengabdi dan berkarya menjadi lebih berarti.

Maka arti berganti tahun dimaknai muhasabah diri dan membenahi diri. Sudah saatnya memiliki resolusi dan tujuan hidup di tahun baru yang lebih berarti. Full energizer dan tentunya tetap muara hidup hanyalah ridha Allah. Keabadian di negeri akhirat tentu harus diperoleh dengan pengabdian terbaik dengan karya terbaik.

Hidup bukanlah hanya berkaitan dengan diri, anak dan keluarga. Tetapi hidup adalah mempersembahkan karya yang bisa dinikmati bersama. Menciptakan suasana yang diridhai oleh Nya. Maka bentuk nyata sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya adalah mendedikasikan dirinya berarti untuk umat, melakukan kebaikan dan menyebarkan kebaikan di tengah umat sehingga kehidupan umat hanya diliputi kebaikan saja. Dan tentunya umat akan dalam keadaan terbaik, manakala Islam telah menjadi tuntunan hidup di tengah umat hingga keberkahan hidup terlingkup dari langit dna bumi.

Inilah kehidupan seorang Muslim, meski tahun telah berganti hidupnya menjadi lebih berarti. Dimana tidak ada waktu luang berleha-leha tanpa amal dan ibadah, karena setiap detik dan waktu yang dilaluinya diupayakan dalam persembahan terbaik bernilai ibadah dan dakwah. Benarlah bahwa kehidupan Muslim adalah menjadi manusia produktif, padat amal dan sibuk dengan karya sebagaimana firman Allah dalam QS al-Insyirah :7 "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)."

Untuk mewujudkan hal ini, seorang Muslim pun harus memiliki sebuah konsistensi atas suatu perbuatan yang mengarahkan pada suatu hasil. Keistiqomahan ini diperlukan ketika berupaya meraih tujuan yang sudah ditargetkan. Kaidah-kaidah amal yang telah ditetapkan meraih tujuan dengan langkah tepat, rinci, dengan melihat peluang kegagalan dan kesuksesan. Mencari dan mencari, belajar dan terus belajar, berkarya dan terus berkarya.

Sebab harapan menjadi berarti itu terpatri kuat yaitu meninggalkan jejak kebaikan sepeninggalnya. Kelak dikenang sebagai apa adalah project besarnya.

Dengan demikian dia berupaya keras membangun personal branding tidak hanya dijajaran manusia namun sekaligus dihadapan pemilik alam semesta yakni menjadi hamba terbaik dengan persembahan terbaik adalah cita-citanya yang tinggi meski tahun telah berganti.

Picture Source by Google

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ulfa Ni'mah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Roller Coaster 2020, Antara Keresahan dan Harapan
Next
Refleksi Tahun 2020 dalam Islam: Krisis Covid-19 dan Waktu Monokronik
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram