Lima Pertanyaan Dalam Satu Perjalanan Panjang

Untuk kesekian kalinya mengantar jemaah haji menuju Jeddah. Berawal dari sana, lima pertanyaan dari lima kepala berbeda mengiringi perjalanan kapal Blitar Holland mengarungi Samudra Hindia. Pertanyaan pertama datang dari seorang guru mengaji anak-anak selama di kapal, Bonda Upe.


Nabila Aichidinansyah S.

Judul Buku : Rindu
Penulis : Tere Liye
Tahun Terbit : 2014
Penerbit : Republika Penerbit
Jumlah Halaman : 544
ISBN : 978-602-8997-90-4
Harga Buku : Rp79.900,00

NarasiPost-com - Wahai laut yang temaram, apalah arti memiliki? Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami.

Wahai laut yang lengang, apalah arti kehilangan? Ketika kami sebenarnya menemukan menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan.

Wahai laut yang sunyi, apalah arti cinta? Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai laut yang gelap, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja. (Tere Liye – Rindu)

Mengisahkan tentang pertanyaan-pertanyaan masa lalu yang memilukan, Tere Liye mengemas alurnya dengan sangat ciamik. Kisah ini dimulai kala kapal uap besar, Blitar Holland, tertambat di Pelabuhan Makassar. Untuk kesekian kalinya mengantar jemaah haji menuju Jeddah. Berawal dari sana, lima pertanyaan dari lima kepala berbeda mengiringi perjalanan kapal Blitar Holland mengarungi Samudra Hindia. Pertanyaan pertama datang dari seorang guru mengaji anak-anak selama di kapal, Bonda Upe.

“… Apakah Allah akan menerimaku di Tanah Suci? Atau, cambuk menghantam punggungku, lututku terhujam ke bumi, Apakah Allah akan menerimaku? Atau, mengabaikan perempuan pendosa sepertiku..” (hal. 310)

Adalah Gurutta, seorang ulama masyhur yang sederhana, yang menjawab dengan lembut kekhawatiran Bonda Upe.

“Apakah Allah akan menerima haji seorang pelacur? Hanya Allah yang tahu. Kita hanya berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya. Selalu takut atas azabnya. Belajarlah dari riwayat itu. Selalulah berbuat baik, Upe. Selalu. Maka semoga besok lusa, ada satu perbuatan baikmu yang menjadi sebab kau diampuni…” (hal. 315)


Melalui jawaban Gurutta, Tere Liye menyampaikan pentingnya taat dan patuh terhadap aturan-aturan Allah. Seperti biasa, nasehat-nasehatnya dibalut dengan gaya bahasa yang sederhana dan menenangkan, sehingga tidak menggurui dan tepat sasaran. Pembaca dapat dengan mudah memahami maknanya. Meskipun mengangkat topik yang berat, setting alur pada cerita kali ini dibuat se-natural mungkin seperti kehidupan sehari-hari. Ia mengambil kondisi kehidupan di atas kapal sebagai latar tempat dari cerita.

Tokoh lain yang kehadirannya mencuri atensi pembaca ialah kedua putri Daeng Andipati, Anna dan Elsa. Dua sosok kecil ini menjadi penyegar selama perjalanan panjang ibadah haji. Di bukunya yang ke-20 ini, Tere Liye menghadirkan wajah baru dalam karyanya. Ialah Ahmad Karaeng atau Gurutta. Dalam novel Rindu, Gurutta digambarkan sebagai sosok yang berkharisma, berilmu, bersahaja, dan berbudi luhur. Bahkan empat pertanyaan besar yang dibawa Blitar Holland terjawab tuntas melalui lisannya.

Secara mengejutkan, pertanyaan kelima datang dari seseorang yang mampu menjawab semua pertanyaan penumpang. Di sini penulis kembali mengingatkan bahwa ulama sekalipun hanyalah manusia biasa yang mengalami ketakutan dan kekhawatiran.

Lihatlah ya Rabbi, betapa menyedihkan dirinya. Orang yang pandai menjawab begitu banyak pertanyaan, sekarang bahkan tidak berani menjawab pertanyaan diri sendiri. (hal. 532)

Tere Liye benar-benar mengobrak-abrik emosi pembaca dengan alur yang tidak terduga, apalagi pertanyaan tersebut kemudian dijawab oleh seorang pelaut Bugis yang kabur dari takdirnya karena putus cinta.

Bukan hanya karakter tokoh yang unik, Tere Liye juga mengisi buku ini dengan konflik-konflik mengejutkan. Seperti saat kapal disandera oleh perompak Somalia, kerusakan mesin yang mengancam perjalanan, dan saat Gurutta ditangkap oleh tentara belanda.

Dalam percakapan Daeng Andipati dan Anna, Tere Liye juga menggambarkan tentang toleransi beragama dengan gaya yang berbeda.

“… Tanpa menghadiri acara itu, kita tetap menghormati mereka dengan baik, sama seperti Kapten Philips yang sangat menghormati agama kita. Pun tanpa harus mengucapkan selamat, kita tetap bisa saling menghargai. Tanpa perlu mencampur adukkan hal-hal yang sangat prinsipil di dalamnya..” (hal. 499)

Terlepas dari kisahnya yang menarik, terdapat beberapa kekeliruan dalam penulisan ejaan. Seperti kata shubuh yang seharusnya subuh (hal. 69), kata adzan yang seharusnya azan (hal. 50) dan penggunaan tanda titik pada kalimat langsung (hal. 54) Namun, hal tersebut tidak memengaruhi kehebatan cerita dan pesan moral yang disampaikan.


Bagi teman-teman yang mencari bacaan berkualitas, islami, tetapi ringan, novel Rindu adalah pilihan yang tepat. Cocok untuk remaja dan dewasa karena isi buku ini benar-benar full oleh ilmu.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Bocah Kleptomania, Bukti Kegagalan Aturan Manusia
Next
Hakikat Rasa Malu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram