Pasar Tanah Abang Membludak, Apa Kabarnya Pandemi?

"Jika kebijakan awal pemerintah mampu menyentuh akar masalah, maka pandemi tidak akan berlarut-larut seperti sekarang ini. Dampaknya pun perekonomian dipaksakan tetap melaju tetapi dengan mengorbankan kesehatan dan keselamatan jiwa rakyatnya."


Oleh. Putri Bunda Harisa

NarasiPost.Com-Beberapa waktu yang lalu kita dihebohkan dengan penampakan di pusat perbelanjaan terbesar di Asia Tenggara, yaitu pusat perbelanjaan grosir Tanah Abang. Bagaimana tidak? Di tengah kondisi pandemi yang masih terus mengancam justru pasar Tanah Abang dipadati pengunjung hingga melebihi kapasitas. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 100 ribu orang memadati pasar Tanah Abang pada hari sabtu dan minggu, tanggal 1-2 Mei 2021.

Penampakan pengunjung yang berdesak-desakan dan berkerumun seperti semut menggambarkan bahwa di bulan Ramadan kedua saat suasana pandemi melanda tidak membuat masyarakat urung untung berbelanja, terlebih menyerbu pusat perbelanjaan yang sudah berdiri sejak tahun 1735 tersebut.

Dan mirisnya, para pengunjung juga pedagangnya banyak yang mengabaikan protokol kesehatan, banyak yang tidak menggunakan masker terlebih menjaga jarak, sekalipun para petugas gabungan keamanan dari TNI, Polri, dan Satpol PP berjaga diluar gedung dan berulangkali mengimbau para pengunjung untuk mematuhi protokol kesehatan, nyatanya imbauan itu bagaikan angin lalu.

Kebijakan yang Tidak Efektif, Sumber Masalah

Apa sebab pusat perbelanjaan grosir Tanah Abang dipadati pengunjung, bahkan hingga melebihi kapasitas? Menurut Yusuf Umar, Ketua Koperasi Pedagang Tanah Abang salah satu pemicu membludaknya pengunjung pasar Tanah Abang adalah karena adanya larangan mudik, sehingga bagi mereka yang biasanya mudik dan kali ini tidak dapat mudik maka kesempatan bagi mereka untuk berbelanja. Begitukah?

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa adalah pemandangan yang biasa jika pusat perbelanjaan Tanah Abang saat menjelang lebaran selalu dipadati pengunjung. Jangankan lebaran, sehari-hari pun pasar Tanah Abang selalu ramai pengunjung. Terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia, Lebaran identik dengan berbelanja; membeli baju baru, sepatu baru, mukena baru, dan lain sebagainya. Hanya saja, masalahnya saat ini membludaknya pasar Tanah Abang terjadi di saat kondisi pandemi masih melanda negeri ini.

Dilansir dari detik.com hingga tanggal 9 Mei 2021, penambahan kasus terinfeksi Covid-19 bertambah sebanyak 3.922 kasus baru. Sehingga total kasus positif virus Corona di Indonesia sejak Maret 2020 hingga tanggal 9 Mei 2021 berjumlah 1.713.684 kasus. Dan kasus baru paling banyak ditemukan di provinsi DKI Jakarta, yaitu sebanyak 809 kasus.

Sehingga peristiwa membludaknya pasar Tanah Abang tersebut dikhawatirkan akan menjadi cluster baru penularan Covid-19. Terlebih kasus terinfeksi tertinggi masih diduduki oleh Ibukota Jakarta.

Adanya peristiwa pasar Tanah Abang tersebut semakin membuka mata kita bahwa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam menyikapi pandemi Covid-19 tidaklah efektif. Bukan hanya kebijakan yang diberlakukan saat menjelang Lebaran ini, tapi sejak awal pandemi melanda dunia dan Indonesia, kebijakan pemerintah selalu berganti-ganti hingga membuat bingung masyarakatnya. Ditambah pula kurangnya edukasi di tengah-tengah masyarakat terkait bahaya pandemi dan pentingnya protokol kesehatan.

Dan puncaknya adalah, saat menjelang Lebaran ini masyarakat dilarang mudik, tetapi pusat perbelanjaan dan tempat pariwisata tetap dibuka. Bisa saja mereka tidak pulang ke kampung halaman, tapi berkunjungnya mereka beralih ke pusat perbelanjaan atau ke tempat pariwisata, sehingga kerumunan pun tidak dapat dihindarkan seperti peristiwa pasar Tanah Abang tersebut. Bagaikan buah simalakama, membuat satu kebijakan untuk menutup laju penyebaran seperti larangan mudik, tapi membuka peluang penularan pada kebijakan yang lain, seperti tetap dibukanya pusat-pusat perbelanjaan dan tempat pariwisata.

Tentu saja alasan pemerintah tersebut adalah sebagai upaya tetap menggerakan roda perekonomian. Padahal jika kebijakan awal pemerintah mampu menyentuh akar masalah, maka pandemi tidak akan berlarut-larut seperti sekarang ini. Dampaknya pun perekonomian dipaksakan tetap melaju tetapi dengan mengorbankan kesehatan dan keselamatan jiwa rakyatnya.

Jika saja diawal pandemi masuk ke Indonesia dan pemerintah sigap untuk melakukan kebijakan penguncian wilayah pada daerah yang pertama kali ditemukan kasus adanya yang terinfeksi, dan menutup semua akses yang menghubungkan ke negera lain; baik di darat, laut, maupun udara, kemudian memisahkan orang yang terinfeksi dengan yang sehat dan mengobati mereka yang terinfeksi agar segera sembuh, maka penularan Covid-19 akan cepat teratasi dan pandemi tidak berlarut-larut, perekonomian pun dapat diselamatkan karena daerah yang bersih dari penularan akan tetap berjalan roda perokonomiannya, bahkan ditingkatkan.

Kebijakan penguncian wilayah saat pandemi adalah kebijakan efektif memutus penyebaran virus yang digambarkan oleh sistem Islam. Sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab saat terjadi wabah Thaun di salah satu wilayah kekuasaannya, yaitu di wilayah Syam. Dengan mengacu kepada Sabda Rasulullah Saw:
“Jika kalian mendengar wabah terjadi disuatu wilayah, janganlah kamu memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi ditempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu.”
(HR. Bukhari).

Maka, Khalifah Umar mantap untuk melakukan penguncian wilayah, sementara di wilayah wabah oleh Sahabat Amr bin al-Ash dilakukan upaya menjaga jarak agar virus tidak terus menular. Amr bin al-Ash berkata: “Sesungguhnya penyakit ini sifatnya seperti api yang membakar dan kalian adalah kayu bakarnya. Maka berpencarlah kalian ke gunung-gunung, dan jangan berkumpul satu sama lain, sehingga api ini tak menemukan kayu bakar, dan menjadi padam.” Tidak lama kebijakan itu diterapkan maka wabah Thaun pun berakhir.

Begitulah gambaran penguasa di dalam Islam, dengan berpijak kepada ketetapan aturan Islam maka setiap permasalahan kehidupan akan mendapatkan solusi. Begitupun dengan masalah wabah atau pandemi, Islam memiliki solusi yang jitu dan efektif. Sungguh, belajar dari karut-marutnya penanganan pandemi di negeri ini, membuat kita semakin merindu akan hadirnya sistem Islam, sistem yang melahirkan penguasa yang amanah dan mengedepankan kesehatan juga keselamatan rakyatnya. Wallahu’alam bi Shawwab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Ramadhan, Dirimu Teramat Istimewa
Next
Perpisahan ini
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram