Tak Sekadar All Eyes on Rafah

Tak Sekadar

Tak sekadar fokus pada slogan All Eyes on Rafah, sebab slogan tersebut tidak mampu memberikan solusi hakiki terhadap masalah di Palestina.

Oleh. Siti Komariah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-"All Eyes on Rafah" sebuah slogan yang belum lama ini menggema di berbagai media sosial. Slogan tersebut muncul sebagai reaksi terhadap apa yang dilakukan Yahudi Israel yang menyerang Rafah, di selatan Jalur Gaza, Palestina. Serangan brutal Yahudi Israel ke tanah Rafah menewaskan puluhan jiwa, termasuk anak-anak tidak berdosa dan perempuan.

"All Eyes on Rafah" dengan arti semua mata tertuju pada Rafah merupakan seruan kepada dunia agar melihat bagaimana kekejaman Israel kepada warga Palestina, di selatan Jalur Gaza. Padahal, diketahui bahwa Rafah merupakan jalur aman terakhir bagi pengungsi akibat serangan Israel di wilayah Gaza yang lain. Namun, kini Rafah pun tak luput dari serangan Israel (detik.com, 29-05-2024).

Israel Kembali Berdalih

Dalam kondisi ini, Israel kembali membuat drama, mereka berdalih bahwa mereka tidak menyerang zona pengungsi di Rafah. Israel berdalih bahwa mereka menargetkan bom tersebut kepada pasukan dan petinggi Hamas yang telah menyerang Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

Namun, apa yang dikatakan oleh Israel nyatanya bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Rafah. Menurut laporan berita TheNewHumanitarian.org (28-05-2024), serangan brutal Yahudi Israel ke Rafah telah menyebabkan kobaran api yang membakar tenda-tenda para pengungsi di sana. Serangan tersebut terjadi di malam hari ketika warga sedang tidur. Banyak korban yang terbakar hidup-hidup di pengungsian Tel Al-Sultan di Rafah yang di bombardir Israel.

Dalih Israel pun makin terbantahkan dengan ditemukannya pecahan-pecahan amunisi yang digunakan Israel untuk melakukan pengeboman di dekat lokasi serangan di sebuah perkemahan di Rafah. Selain itu, menurut laporan otoritas layanan kedaruratan Gaza, Palestina, tank-tank Israel bergerak ke pusat kota Jalur Gaza Selatan Rafah. Tank Israel tersebut melancarkan 4 peluru yang menghantam sejumlah tenda pengungsian di Al-Mawasi dan merenggut puluhan nyawa.

Diamnya Para Penguasa

Serangan brutal Israel ke Rafah pada Minggu (26-05) menimbulkan banyak reaksi dunia internasional, baik negeri muslim maupun nonmuslim. Mereka berbondong-bondong memberikan kecaman kepada Israel atas apa yang mereka lakukan kepada Palestina. Namun, apa yang dilakukan dunia hingga saat ini hanya sebatas kecaman yang tak berarti. Israel tidak bergeming dengan kecaman tersebut, bahkan terus melancarkan aksi kejinya di daerah Rafah yang menjadi tempat pengungsian terakhir bagi warga Gaza.

Para penguasa muslim juga diam seribu bahasa melihat saudara-saudara mereka dibantai habis oleh Yahudi Israel. Anak-anak tidak berdosa ikut menjadi korban kebengisan para tentara Israel. Akan tetapi, hal tersebut tetap tak menggugah hati para penguasa negeri muslim untuk bersatu menurunkan tentara mereka membantu Palestina. Padahal, ketika negeri-negeri muslim bersatu, pasukan militer mereka begitu banyak untuk bisa mengalahkan pasukan Israel dan menghentikan kebengisan mereka.

Diketahui ada 10 negeri muslim yang memiliki pasukan militer terbanyak, seperti Mesir dengan 438.500 personel aktif, 397.000 paramiliter dan 479.000 tentara cadangan. Kemudian ada Pakistan dengan 654.000 personel aktif, 291.000 paramiliter dan 550.000 tentara cadangan. Indonesia dengan 393.500 personel aktif, 280.000 paramiliter, dan 500.000 militer cadangan. Ditambah dengan negeri-negeri muslim lainnya, seperti Maroko, Iran, Afganistan, Arab Saudi, Turki, dan negeri muslim lainnya yang memiliki pasukan militer yang begitu besar (sindonews.com, 23-01-2023).

Namun, kekuatan yang begitu besar nyatanya tidak ada satu pun yang terjun membela saudara mereka. Mereka seakan tak mampu untuk menghentikan kebengisan Israel. Inilah imbas dari sekat nasionalisme yang ditanamkan sejak sistem Daulah Khilafah runtuh. Sistem perpolitikan dunia Islam dipecah belah menjadi negeri-negeri kecil yang tidak mampu berbuat apa pun ketika saudara muslim mereka dibantai. Penguasa muslim kehilangan taring dan jati diri mereka untuk mengejar kehidupan yang abadi yakni akhirat. Kemudian semuanya berganti dengan cinta dunia dan takut akan kematian. Alhasil, mereka sibuk dengan urusan negara mereka, bahkan menjadi pengkhianat terhadap saudara muslim mereka sendiri.

Di sisi lain, pengadilan tinggi PBB atau International Court Justice (ICJ) pun kini tak mampu berbuat apa-apa. Padahal, ICJ merupakan pengadilan tertinggi untuk menjaga perdamaian dunia. Lantas, bagaimana nasib perdamaian dunia ketika sekelas ICJ tak mampu untuk menghentikan kebengisan Israel? Masihkah kita berharap pada perdamaian dunia ala sistem kapitalisme untuk menyelamatkan Palestina?

Solusi yang mereka tawarkan pun hanya sebatas solusi dua negara. Solusi ini sejatinya hanya membuat kaum muslim di Palestina dibantai dengan halus. Bagaimana tidak, ketika mereka hidup berdampingan pastilah Yahudi Israel akan terus membuat kaum muslim sengsara. Sebab, tabiat dari Yahudi Israel sejak zaman Rasulullah adalah serakah dan kejam.

All Eyes on Rafah

Semua mata kini tertuju pada Rafah, Palestina akibat kebrutalan Yahudi Israel. Slogan All Eyes on Rafah terus menggema di berbagai media sosial hingga saat ini. Akan tetapi, patut dipahami bahwa kita tidak boleh hanya fokus pada slogan All Eyes on Rafah, sebab slogan tersebut tak mampu memberikan solusi hakiki terhadap masalah di Palestina. Kaum muslim di penjuru dunia harus sadar bahwa mata kita seharusnya tertuju pada Daulah Khilafah Islamiah "All Eyes on Khilafah". Sebab dia merupakan sebuah institusi yang akan mampu menghancurkan kebengisan Yahudi Israel.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah Islam, pembebasan negeri Baitul Maqdis atau Yerusalem yang dilakukan oleh para khalifah terdahulu, yakni dimulai dari Khalifah Umar bin Khattab yang berhasil membebaskannya dari cengkeraman Romawi pada tahun 16 Hijriah atau 637 Masehi. Kemudian, ada Khalifah Shalahuddin Al Ayyubi yang membebaskan kembali Palestina pada saat perang Salib, kemudian dijaga olen khalifah selanjutnya sampai pada masa kepemimpinan Turki Utsmani yakni Sultan Hamid II yang menolak keras usaha negosiasi Yahudi untuk menyerahkan tanah Palestina. Saat itu Yahudi bersekongkol dengan Inggris untuk menyerang Sultan Hamid II dan runtuhlah Khilafah Islamiah oleh Mustafa Kamal Attaturk. Kemudian Palestina di bawah kepemimpinan Inggris dan sebagian wilayahnya diserahkan kepada Israel hingga hari ini derita kaum muslimin di Palestina terus terjadi.

https://narasipost.com/world-news/05/2024/all-eyes-on-rafah-palestina-butuh-junnah/

Oleh karena itu, solusi satu-satunya yang mampu untuk membebaskan penderitaan kaum muslim di dunia, terutama Palestina yakni tegaknya Khilafah Islamiah. Khilafah Islamiah adalah sebuah institusi yang mampu menyatukan dan melindungi harta dan jiwa kaum muslim di mana pun mereka berada. Khalifah akan menurunkan tentara untuk mengusir dan memerangi kaum Yahudi, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an At-Taubah ayat 123,

"Wahai orang yang beriman! Perangilah yang di sekitar kalian dari orang-orang kafir dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas dari kalian dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang yang bertakwa."

Dakwah Politis Jalannya

Melihat situasi dan kondisi kaum muslim saat ini yang dikepung dengan berbagai penderitaan harusnya membuat kita semakin sadar bahwa Khilafah Islamiah adalah kebutuhan mendesak untuk menjadi solusi satu-satunya permasalahan tersebut, termasuk masalah Palestina. Sebab, hanya Khilafah yang menerapkan Islam secara kaffah dalam sendi kehidupan manusia yang mampu menyatukan kaum muslim kembali dalam satu barisan dan menghancurkan musuh-musuh kaum muslim, seperti Yahudi Israel.

Namun, penerapan Islam secara kaffah membutuhkan sebuah institusi yaitu Daulah Khilafah Islamiah. Institusi ini kini belum berada di tengah-tengah umat muslim, sehingga menjadi sebuah kewajiban kita untuk menghadirkannya kembali. Jalan untuk menghadirkan kembali institusi tersebut yakni dengan jalan dakwah. Dakwah pemikiran yang menyadarkan kaum muslim bahwa mereka adalah satu kesatuan dan tak terpisahkan.

Allah berfirman, "Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mereka mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (TQS. Ali Imran: 104)

Metode jalan dakwah yang dilakukan merupakan metode yang mengikuti metode dakwah Rasulullah seperti yang dikutip dalam kitab Takattul Hizbiyah yang ditulis oleh Syekh Taqiyuddin An-Nabhani.

Metode dakwah tersebut ada 3 tahapan:

Pertama, tahapan pengkaderan atau pembinaan. Pada tahapan ini para pengemban dakwah dibina agar ideologi Islam menginternalisasi dalam diri mereka. Dengan artian, akan terbentuk Syakhsiyah Islamiah (kepribadian Islam) dalam diri mereka, yaitu nafsiah (pola sikap) dan akliah (pola pikir) berjalan beriringan. Sebagaimana sabda, Rasulullah saw.,

"Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sebelum hawa nafsu kalian tunduk pada apa yang aku bawa (Islam)." (HR. Al-Hakim)

Kedua, tahapan interaksi (tafa'ul) di tengah-tengah umat. Pada tahapan ini para pengemban dakwah yang telah menghunjam ideologi Islam dalam jiwanya akan menyebarluaskan dakwah atau opini Islam di tengah-tengah umat. Pada tahapan ini pula dakwah Islam harus sampai kepada kesadaran umat bahwa ideologi Islam harus ditegakkan dan mereka siap menjadi pembela dari serangan-serangan musuh-musuh Islam, serta siap menolak ideologi asing, seperti kapitalisme, sosialisme, dan komunisme.

Ketiga, tahapan terakhir yakni tahapan penerimaan kekuasaan secara menyeluruh melalui dukungan dari umat dan atas pertolongan Allah. Umat yang menginginkan diterapkannya Islam dalam sendi kehidupan mendorong terwujudnya Daulah Islamiah. Dengan berdirinya Khilafah Islamiah, maka akan menerapkan aspek amaliah (praktis) yakni menerapkan sistem Islam dalam segala sendi kehidupan, termasuk mewajibkan jihad untuk memerangi Yahudi Israel.

Khatimah

Sejatinya kaum muslim tak sekadar fokus pada slogan ataupun boikot untuk menyelesaikan masalah Palestina. Namun, selayaknya kaum muslim sadar dan segera bergandeng tangan untuk ikut andil dalam barisan dakwah untuk memperjuangkan tegaknya kembali Daulah Islamiah. Sebab, berharap pada PBB atau siapa pun dalam dunia ini tidak akan pernah menyelesaikan masalah yang membelit Palestina. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Derita Tanpa Pembela
Next
Tawakal Menenangkan Akal
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Siti Komariah
Siti Komariah
4 months ago

Syukron jazakillah Mom dan Tim NP

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram