Gantungkan cita-cita skala keumatan setinggi langit dan berusaha mewujudkan tanpa harus berpikir bagaimana hasilnya, karena itu ranah Allah Yang Esa.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Halo Bestie, pernahkah kalian punya cita-cita? Apa cita-cita tertinggi kalian? Bisa jadi cita-cita kita akan berubah-ubah sesuai dengan tingkat kematangan berpikir. Masih SD ingin menjadi dokter karena melihat dokter bisa membantu dan menyembuhkan orang sakit. Eh, SMP dan SMA cita-citanya bisa berubah lagi sesuai dengan apa yang kita pikirkan saat itu. Dan dulu yang paling umum ketika ditanya cita-citamu apa? Berguna bagi nusa dan bangsa serta agama. Kamu juga begitukah?
Tapi benar juga, siapa yang tidak ingin menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agamanya. Tentu semua ingin. Hanya frasa berguna bagi nusa, bangsa, dan agama ini perlu dirincikan. Yang dimaksud berguna itu yang seperti apa? Apakah sebatas profesi saja seperti jadi dokter, guru, insinyur, arsitek, dan sebagainya? Atau berguna itu hingga mampu membangkitkan manusia yang lainnya?
Mereka Mempunyai Cita-Cita Besar
Misalnya kita sebut, Bung Tomo, tahukah Bestie siapa dia? Peristiwa apa yang ada dalam benak kita? Kebangkitan Nasional atau Hari Pahlawan? Ternyata Bung Tomo itu lebih dikenal dengan kepahlawanannya yang pada tanggal 10 November 1945 melawan penjajahan Inggris yang menyerang Surabaya. Sementara dr. Soetomo yang namanya mirip dengan Bung Tomo adalah salah satu pahlawan nasional pendiri organisasi Budi Utomo yang lahirnya organisasi tersebut ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei.
Terlepas dari kontroversi yang ada berkaitan dengan sejarah di Indonesia, dua-duanya adalah pahlawan bangsa yang akan dikenang sampai kapan pun karena jasa mereka. Karena cita-cita mulia mereka. Dari kalangan wanita tak kalah kerennya ada R.A. Kartini. Dengan kemampuan literasi yang tinggi dan keinginan yang mulia, Kartini ingin mengubah nasib sesamanya yang dipandang sebelah mata kala itu.
Perhatikan surat Kartini berikut :
“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidup. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap dalam melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri dalam tangannya; Menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.” (Surat Kartini kepada Prof Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902)
Sangat jelas cita-citanya adalah untuk mendapatkan hak pendidikan bagi para wanita. Bukan untuk kesetaraan gender tapi untuk meningkatkan nilai wanita agar mampu melaksanakan kewajibannya menjadi ibu dan pendidik generasi.
Ada yang lebih keren lagi yaitu Muhammad Al-Fatih. Demi mendengar sabda Rasulullah ;
“Sesungguhnya akan dibuka Kota Konstantinopel, sebaik-baik pemimpin adalah yang memimpin saat itu, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan perang saat itu“. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/235, Bukhori dalam Tarikh Shoghir hal. 139, Thobroni dalam Al Kabir 1/119/2, Hakim 4/4/422, Ibnu Asakir 16/223 dan lainnya.
Muhammad Al-Fatih bercita-cita menjadi pemimpin pasukan terbaik. Sejak masa kecil hingga remajanya ditempa untuk mempersiapkan diri menjadi pemimpin terbaik. Sejak masa balignya dia tidak pernah meninggalkan salat tahajud sebagai salah satu usaha merealisasikan impiannya. Al Fatih juga berlatih perang dan strateginya, belajar berbagai bahasa, Matematika, Geografi dan yang lainnya. Terbukti dengan perhitungan cermat dan penguasaannya terhadap medan perang, Muhammad Al-Fatih berhasil meruntuhkan benteng Konstatinopel yang melegenda tak pernah terkalahkan.
Lihatlah betapa kerennya mereka. Bagaimana dengan kamu? Iya kamu?
Gantungkan Cita-Citamu Setinggi Langit
Bisakah kalian melihat apa persamaan dari nama-nama besar di atas, Bestie? Mereka terkenal dan dikenang manusia karena jasa-jasa besar mereka. Karena prestasi yang telah mereka cita-citakan dan benamkan dalam diri. Cita-cita yang berskala keumatan bukan sekedar individu dan keluarga saja. Cita-cita membangkitkan dan mengubah tatanan peradaban dunia.
Mereka bisa dengan gigih mewujudkannya meski mereka tidak pernah tahu apakah cita-citanya akan terwujud pada masanya atau generasi setelahnya. Mereka hanya berusaha sementara hasilnya pasrahkan pada Allah saja.
Bestie, itulah seharusnya yang kita pikirkan, yaitu menggantungkan cita-cita skala keumatan setinggi langit dan berusaha mewujudkan tanpa harus berpikir bagaimana hasilnya, karena itu ranah Allah Yang Esa.
Cita-Cita Skala Keumatan Hari Ini
Kondisi remaja hari ini sedang tidak baik-baik saja, Bestie. Kenakalan remaja di mana-mana. Mulai dari yang ringan sekadar tawuran, bullying hingga menewaskan, bahkan sengaja menghilangkan nyawa seseorang, zina, pergaulan bebas, hingga narkoba meliputi generasi kita. Generasi kalian hari ini disebut generasi strawberry yang tampilannya cantik memukau tapi lemah. Hanya sekali remas sudah meleyot tak berbentuk lagi.
Melihat kondisi ini, maka sudah sepantasnya kalian menggantung cita-cita setinggi langit untuk memperbaiki kondisi mereka. Gantung dalam angan-anganmu keinginan untuk membangkitkan mereka dengan ideologi mulia, Islam saja. Langitkan cita-citamu untuk memperbaiki kondisi umat dan menyejahterakannya dengan tegaknya Islam dalam sebuah institusi negara. Dan mulailah tangga perjalananmu untuk meraihnya, seperti :
- Menuliskan impian bahkan jika perlu membingkainya agar selalu ingat dan semangat meraihnya.
- Memantaskan diri agar dikabulkan impian itu dengan taat kepada syariat Allah saja. Bagaimana kita bisa taat kepada Allah? Maka mulailah dengan mempelajari Al-Qur’an dan menerapkannya.
- Lakukan aktivitas dakwah mulai selagi masih muda
- Tingkatkan kapasitas diri dengan kemampuan ahli yang dibutuhkan hari ini, misalnya teknologi digital dan sebagainya
- Berkumpullah dengan sesama pemuda salih yang sevisi dan semisi
- Kuatkan doa dan tawakal agar Allah rida dengan apa yang kita usahakan.
Khatimah
Ada satu hadis dari Abu Qobil, ia berkata: “Kami berada di sisi Abdullah bin Amr bin Ash dan beliau ditanya tentang mana kota yang dibuka terlebih dahulu, apakah Konstantinopel ataukah Romawi? Maka beliau meminta untuk diambilkan sebuah kotak, lalu beliau mengeluarkan sebuah kitab lalu berkata: ‘Berkata Abdullah bin Mas’ud: Tatkala kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menulis, tiba-tiba beliau ditanya: Manakah kota yang terlebih dahulu dibuka, apakah Konstantinopel ataukah Romawi?’. Maka beliau menjawab: ‘Yang dibuka terlebih dahulu adalah kota Heraklius. Yaitu Konstantinopel“.
https://narasipost.com/motivasi/03/2021/cinta-itu-mulia-bukan-nafsu-yang-hina/
Konstantinopel telah runtuh pada masa Muhammad Al-Fatih, sementara Kota Roma belum ditaklukkan oleh kaum muslim. Apakah kalian ingin menjadi generasi yang akan menaklukkan Kota Roma, bestie? Kota Roma menantimu. Maka cita-cita besar itu pasti mampu kalian wujudkan dengan tekad keras dan mengerahkan seluruh kemampuan. Jangan lupa untuk selalu berdoa agar Allah mewujudkan seluruh cita-cita kita. Wallahu’alam bi showab. []
Jazakillah khoir mom dan tim NP yang sudah mempublish tulisan ini.
Punya cita-cita tinggi boleh dan gratis. Namun, butuh upaya untuk mewujudkannya agar tidak sekadar cita-cita.
Betul sekali mb.
Masyaallah luar biasanya generasi Islam tangguh terdahulu. Semoga naskah ini mampu memacu generasi strawberry kembali berpegang teguh pada Islam secara totalitas
Aamiin. Terima kasih ibu sudah mampir