“Salah satu naskah untuk Challenge NarasiPost.Com dengan tema:
Refleksi tahun 2020 dalam pandangan Islam
Persepsi Islam dalam tahun 2021
(Naskah asli penulis/tanpa editan dari TIM NP)”
Oleh: Asri Mulya
NarasiPost.com - Di penghujung tahun 2020, memasuki 2021 dimana pergantian tahun dalam penanggalan Masehi akan segera dimulai. Tentunya banyak hal yang terjadi baik maupun buruk selama satu tahun. Sebagai bahan perenungan dan evaluasi diri. Bila banyak mengalami kebaikan, tentunya hal itu harus dipertahankan dan bisa lebih dikembangkan. Apabila mengalami hal buruk, tentunya dijadikan suatu pelajaran berharga, agar tidak sampai terulang kembali. Sebagai bahan perbaikan diri.
Tahun 2020 ini. Saya mendapat kenikmatan dalam majelis ilmu, sungguh suatu karunia yang besar, apa yang menjadi doa Allah kabulkan yaitu diluaskan ilmu dan wawasan. Berawal dari keikutsertaan dalam grup komunitas menulis, saya banyak mendapatkan ilmu, tentang berbagai ilmu kepenulisan yang tentunya tetap terikat dalam hukum syariat agama. Dimana ilmu yang saya dapatkan itu mengantarkanku pada jalan dalan dakwan bil qolam.
Pernah nggak merasa seperti tersentil atau mengakui itu adalah "saya banget" … Saat mendengar tausiyah dari ustaz atau ustazah. Seperti dahulu saya pernah dapat tausiyah, merasa benar-benar tersentil, saat ustaz menanyakan amalan terbaik apa yang sudah dimiliki bila suatu saat menghadap Ilahi … Salatnyakah, sedekahnyakah, puasanyakah, jihadnyakah, atau amalan lainnya yang terbaik membawa sang hamba akan masuk ke dalam surga, sesuai tingkatan amalan yang dilakukannya.
Dalam hati ini merasa bingung menjawab dan ragu apakah memang benar saya sudah melakukan amalan terbaik? Sedih rasanya, sepertinya masih banyak kekurangannya. Memang amalan yang dilakukan baik hasbunallah (hubungan langsung vertikal hambanya kepada Allah) atau ibadah mahdhah tidak perlu ada yang tahu, dan hablumminanas (hubungan horizontal hambanya kepada sesama manusia) atau ibadah ghairu mahdhah tidak perlu dipamerkan atau pun mengharapkan pujian dari orang.
Meski begitu, tetap butuh modal untuk mendapatkan surga yang ingin dicapai dan diimpikan, setidaknya menyelamatkan diri dari azab yang pedih. Seperti dalam firman Allah Subahnahu Wa Ta'aala, surat As-shaff ayat 10 : "Wahai orang-orang yang beriman Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?"
Jawabnya pada surat As-shaff ayat 11: "Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rosul-Nya Dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahuinya."
Hasil dari modal tersebut :
- Allah akan ampunkan dosa-dosamu dan memasukkanmu ke surga.
*Mendapatkan pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat
Surat At-Taubah ayat 111: Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun dari harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.
Setiap amalan baik yang dilakukan bagaikan perniagaan, dimana Allah akan membelinya dengan bayaran surga. Tapi karena surga itu tidak nampak dan tidak langsung Allah berikan, kadang seorang hamba tidak bersemangat mengerjakan amalan baik. Coba kalau Allah langsung kasih balasan langsung seperti utang langsung lunas, atau langsung mendapat rumah besar dan lain-lain yang nampak, mungkin menjadikan motivasi tertentu hambanya untuk melakukan kebaikan. Itu tidak munafik karena sejatinya manusia memiliki rasa ingin mendapat balasan dari apa yang dikerjakan dan mengharapkan pamrih.
Dari ayat Al-Qur'an tersebut, saya berpikir: "Ilmu kepenulisan yang saya miliki saat ini, mampu menjadi salah satu modal sebagai jalan jihad dakwah bil qolam" Bismillah akhirnya saya azzamkan pada diri, untuk bertekad benar-benar terjun dalam dunia literasi, memenuhi panggilan hati karena Ilahi, bukan semata karena materi ataupun berharap pujian. Hanya dijadikan sebagai bentuk syukur kepada-Nya telah memberikan karunia dalam kemampuan menulis. Meyakini bahwa dari-Nyalah semua kemampuan itu. Untuk bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Menjadi alasan saya untuk menegakkan amar makruf nahi mungkar, menebar kebaikan dan kebenaran melalui rangkaian aksara demi aksara. Hanya berharap keridaan dan mengharapkan surga-Nya.
Usaha apa saja yang harus dilakukan dalam refleksi akhir tahun:
Melakukan ibadah mahdhah dan ghaira mahdhah
Surat At-taubah ayat 112: Mereka itulah orang yang bertaubat beribadah, memuji Allah, mengembara (demi ilmu dan agama, rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf, dan mencegah dari yang mungkar dengan memelihara hukum-hukum Allah. Gembirakanlah orang-orang yang beriman.
Namun sebenarnya, bagi orang yang benar mengimani firman Allah. Janji Allah itu benar, kadang hamba-Nya saja yang kurang bersyukur selama ini dan tidak menyadarinya. Meski balasan Allah tidak langsung atau nampak, tapi sesungguhnya banyak karunia yang Allah berikan seperti kesehatan, memiliki keluarga yang lengkap, pekerjaan yang bagus. Namun merasa masih kurang dan merasa tidak beruntung. Padahal kalau mau bersyukur meski sedikit, sungguh Allah akan membalasnya, namun jika mengingkarinya sungguh azab Allah sangat pedih.
Bersyukur
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala dalam surat Ibrahim ayat 7 :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Banyak nikmat yang Allah berikan, sewajarnya manusia harus pintar bersyukur dengan menjalankan perintah dan larangan-Nya. Berproses terus menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bertakwa.
Manusia memikirkan kehidupan di akhirat
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS: Al-Hasyr: 18).
Maka jadikan pergantian tahun ini, sebagai bahan muhasabah diri dengan memperbaiki diri. Bukan justru lalai akan kesenangan duniawi hingga terlena, berpesta pora, merayakan tahun baru yang sebenarnya dalam pandangan Islam itu dilarang karena merupakan salah satu perbuatan bid'ah mengikuti suatu kaum.
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka." HR. Abu Daud no. 4031, dishahihkan oleh Al Albani
Ambil peran dalam kegiatan yang lebih bermanfaat
Saat pergantian tahun, karena sebagai muslim dilarang ikut merayakannya. Isilah dengan suatu hal yang lebih bermanfaat seperti mengikuti kajian, lomba menulis dan sebagainya. Sehingga itu sudah melakukan kewajibannya menuntut ilmu, sebagai makhluk yang diberi amanah untuk memimpin dunia sebagai Khalifah. Gunakan potensi yang Allah berikan, sebagai salah satu yang berguna bagi agama. Ambil peran dari setiap kebaikan yang ada dan lebih manfaat.
Picture Source by Google