Bandwagon Effect: Cognitive Bias

Bandwagon Effect

Bandwagon effect membuat seseorang berpikir di bawah alam sadar, sehingga akan menimbulkan kesalahan berpikir, memproses, dan memaknai informasi.

Oleh. Fitria Zakiyatul Fauziyah CH
(Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta)

NarasiPost.Com-Hai, Guys! Sudah lewat tanggal 14 aja, nih. Kali ini beda, Guys, sebab tanggal 14 kemarin diadakannya pemilu serentak 2024. Bagaimana kabar mentalmu? Apakah masih aman atau malah tidak?

"Ah, hari gini masih percaya sama lembaga survei?". Kalimat ini sering muncul di grup-grup WhatsApp dan Facebook, cuitan-cuitan di X, dan komentar-komentar TikTok. Sampai-sampai ada 81 nama lembaga survei yang KPU rilis dalam Pemilu 2024. Namun ternyata, Guys, ramainya gemuruh lembaga survei menggiring arah dukungan rakyat.

Bagaimana tidak, sebagian rakyat apatis dengan hasil survei, lantaran banyak survei tidak akurat. Tapi tak sedikit juga orang yang percaya dan terpengaruh dengan lembaga survei, padahal telah "diduga kuat" manipulasi survei. Bisa bahaya, Guys!

Bandwagon effect

Menurut salah satu artikel di laman cnnindonesia.com, Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunyoto melihat fenomena banyaknya survei Pilpres 2024 yang ada bisa jadi dibuat hanya untuk membuat bandwagon effect atau efek ikut-ikutan pada diri pemilih. Bandwagon effect ini istilah yang dipakai untuk menilai psikologis seseorang atau sekelompok orang condong ikut tren atau pilihan yang sedang dilakukan oleh banyak orang. Atau juga disebut dengan ikut-ikutan.

Mirisnya Guys, masyarakat kurang bisa menilai dengan jeli hasil survei yang bermunculan, sehingga tergiring dan hidup dengan efek ikut-ikutan. Aduh, jangan sampai kita sebagai generasi muda terjun bebas pada bandwagon effect dengan prasikap kognitif. Yang ketika berpikir tapi di bawah alam sadar, sehingga akan menimbulkan kesalahan berpikir, memproses, dan memaknai informasi.

Hadudu Guys, saat ini survei tidak lagi jadi sarana informasi dan mencerdaskan publik, tapi malah dijadikan alat politik berkampanye dan memengaruhi opini.

Jangan salah fokus, ya, bisnis di lembaga survei itu sangat menggiurkan. Lembaga-lembaga survei untuk politik bukan lagi dalam bentuk yayasan seperti awal muncul di Indonesia, tetapi sudah menjadi korporasi. Sekali survei biayanya bisa sampai miliaran, lo. Apalagi sekalian jadi konsultan politik, angkanya bisa tembus ratusan miliar. Santapan lezat dan tentu bisa membuat lembaga-lembaga survei itu bergelimang harta.

Jadi jangan heran, Guys! Namanya juga demokrasi, memanipulasi data, responden, mengambil sampel dari daerah pendukung, dan wilayah lain yang kurang pendukung, sampelnya diambil sedikit jauh dari kata proporsional, serta menyajikan data tidak sesuai dengan temuan survei.

Biasanya lembaga survei seperti ini rajin dan suka banget merilis hasil surveinya. Karena tujuannya tidak lain dan tidak bukan untuk branding calon tertentu, juga untuk memengaruhi opini publik. Sesering mungkin harus dirilis dan diviralkan. Lucunya lagi, buru-buru deklarasi kemenangan dari lembaga survei. Hal ini biasa terjadi.

Jadi jelas, ya, demokrasi hanya menilai suara rakyat dari kuantitasnya, bukan pada benar atau salah. Terus bagaimana seharusnya , Guys?

Kenali Sistem Islam

Dalam Islam gak ada fenomena bandwagon effect atau efek ikut-ikutan pada diri pemilih. Hal ini karena sistem pemilihan dalam Islam punya konsep tersendiri dan terperinci. Dari istilah pemimpin saja sudah berbeda makna dengan pemipin dalam sistem demokrasi saat ini, Guys.

Allah Swt. berfirman di dalam Al-Qur'an surah An-Nisa ayat 59 yang artinya,

“Hai orang-orang beriman, taati Allah dan taati Rasul-Nya, dan ulil amri di antaramu. Lalu apabila kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (hadis), apabila kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kelak. Yang seperti itu lebih utama (bagi kamu) dan lebih baik akibatnya.”

Guys, inilah terminologi umat Islam, pemimpin tertinggi punya beberapa istilah seperti imam, khalifah, ulil amri, dan amir. Dalam Islam, pemimpin itu mengemban tugas dan amanah sangat strategis. Selain ia sebagai pemimpin negara, juga menjadi pemimpin spiritual untuk rakyatnya. Sebab peraturan negara, pemerintahan atau politik harus didasari pada ajaran agama. Negara dan agama tidak bisa dipisahkan. Keduanya berjalan beriringan.

Di dalam sebuah kitab karya Prof. Dr. Abdullah Ad Dumaiji, seorang guru besar di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin, Universitas Ummul Qura, yang berjudul Konsep Kepemimpinan Dalam Islam. Di dalamnya dijelaskan secara detail terkait pemimpin dalam Islam, mulai dari hukum dan tujuan imamah, ahlul halli wal ‘aqdi, hak dan kewajiban seorang imam, pemakzulan imam, dan lain-lain. Menarik, ya, Guys!

Berikut penjelasannya:

Pertama, imamah. Ibnu Khaldun mengartikan bahwa imamah adalah mengatur seluruh umat yang mengacu pada pandangan syariat dalam mewujudkan kemaslahatan mereka, tujuannya akhirat dan dunia yang akan mengantarkan kembali pada akhirat. Sebab, secara syari’ (pembuat syariat), penilaian atas seluruh persoalan dunia dikembalikan pada kemaslahatan akhirat.

Kedua, kewajiban mengangkat imam. Mayoritas kaum muslimin sepakat dalam pengangkatan seorang imam. Dalilnya di dalam Al-Qur’an, hadis, ijmak, maupun kaidah syar’i. Dalil Al-Qur’an, yaitu QS. An-Nisa ayat 59, Al-Maidah ayat 48-49, Al-Hadid ayat 25, dan ayat-ayat tentang qishash, hudud, dan hukum-hukum lain yang penerapannya harus oleh imam.

Ketiga, tujuan imamah, yaitu menegakkan perintah Allah Swt. di muka bumi sesuai yang Allah syariatkan dan amar makruf nahi munkar.

Keempat, sistem pengukuhan imamah. Ketika menganalisis nas-nas Al-Qur'an dan hadis, kita tidak akan mendapatkan adanya penjelasan tegas tentang sistem untuk menentukan imamah bagi seorang imam. Maka, sistem pengukuhan syar’i dapat diamati dan ditelusuri dari pengangkatan khulafaurasyidin.

Kelima, metode pengangkatan imamah. Pemilihan imam dilaksanakan oleh ahlul halli walaqdi. Ahlul halli walaqdi ialah sekelompok orang dengan tingkatan-tingkatan tertentu dalam agama, akhlak, pengetahuan kondisi di tengah-tengah masyarakat, dan memiliki kecakapan mengatur segala sesuatu. Tugas ahlul halli walaqdi adalah memilih dan membaiat seorang khalifah, serta menyeleksi para calon untuk memegang imamah.

https://narasipost.com/opini/03/2021/pemuda-dan-politik-kekinian/

Keenam, baiat. Baiat adalah janji yang diberikan kepada seorang yang berbaiat untuk mendengarkan dan taat pada amir dalam segala persoalan di luar dari kemaksiatan, baik saat giat ataupun segan, susah maupun senang, tidak mengambil kekuasaan dari tangan amir, dan memberikan segala urusan kepadanya.

Ketujuh, syarat-syarat yang menjadi imam. Syarat in’iqad (syarat sah), yaitu muslim, laki-laki, balig, berakal, adil, merdeka, dan mampu. Syarat afdhaliyyah (syarat utama), yaitu keturunan dari Quraisy, mujtahid, ahli menggunakan senjata, dan lain sebagainya.

Guys, demikianlah konsep kepemimpinan dalam Islam. Sekali lagi gak akan ditemukan bandwagon effect. Bukan hanya itu, kepemimpinannya sederhana, murah (low budget), dan mudah. Sangat berlainan dengan pemilu dalam sistem demokrasi. So, aku, kamu, dan kita semua menginginkan konsep kepemimpinan ini tegak di muka bumi Allah Swt.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Fitria Zakiyatul Fauziyah CH Kontributor NarasiPost.Com dan Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta
Previous
Kampus Bersuara, akankah Ada Perubahan Nyata?
Next
Represif dalam Pembangunan, Paradoks Demokrasi
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
9 months ago

Masyaallah tulisannya keren

Lembaga survei naik daun. Sampai masyarakat awam banyak yang taklid buta. Naudzubillah
Barokallahu fiik, penulis

Firda Umayah
Firda Umayah
9 months ago

Penggiringan opini melalui lembaga survei memang makin marak. Makanya sebagian masyarakat enggak percaya sama penghitungan cepat dari lembaga survei.

Haifa
Haifa
9 months ago

Astaghfirullah. Ada 81 lembaga survei yg terdaftar di KPU yg semua ini menggiring opini rakyat. Maka sangat wajar jika sampai hari ini, di tengah2 masyarakat masih sibuk membahas hasil pemilu bahkan tidak jarang berakhir dengan perseteruan. Padahal yang diatas sudah berpikir koalisi. Jahat betul sistem demokrasi ini

Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

Teringat video salah satu caleg yang menyatakan bahwa hasil survei didesain dan dipesan oleh oknum untuk memengaruhi masyarakat.. hmm.. ada2 saja yaa.. pokoknya kebohongan itu legal jika menguntungkan di dalam kapitalisme..

Rosmiati
Rosmiati
9 months ago

Masyaallah, keren tulisannya. Ya, benar lembaga survei hadir untuk kepentingan sekelompok elit saja. Mirisnya, mereka bahkan bisa dibayar ratusan juta gitu?! Demokrasi memang gini amat ya!

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
9 months ago

Wah betul mesti kenali Islam secara benar dan pahami dengan jelas sehingga suara yang kita berikan tidak mengundang dosa.
So siapapun presidennya, wajib Islam yang menjadi landasan dalam memimpin dan aturan Allah yang diterapkan

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Masyaallah, betul. Lembaga survei itu juga tidak independen. Bahkan, saya sempat baca berita, katanya ada lembaga survei yang diintervense oleh seorang jenderal agar mengeluarkan survei begini dan begitu.

Chyn
Chyn
9 months ago

Maa syaaAllah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram