Pemuda dan Politik Kekinian

Politik tidak sekadar menyampaikan aspirasi, tidak sekadar masuk dalam partai politik, dan tidak sekadar memilih pemimpin lewat pemilu. Pemuda harus melek politik yang sesungguhnya, karena sejatinya politik adalah mengurusi urusan rakyat.


Oleh. Isna Yuli
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)

NarasiPost.Com-Baru-baru ini lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengadakan survei kepada 1.200 anak muda tentang kepercayaan mereka terhadap politik dan pelaku kebijakan di negeri ini. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan kepada responden mereka, di antaranya yang patut kita soroti adalah; Sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politikus di Indonesia tidak baik sama sekali dalam mewakili aspirasi masyarakat.

Terlepas dari keterwakilan seluruh suara pemuda di negeri ini, hasil dari survei tersebut telah memberikan gambaran kepada kita soal apa yang menjadi pandangan mereka. Angka 64,5 persen itu cukup besar bahkan bisa jadi menjadi mayoritas ketika angka responden dinaikkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap partai politik beserta politikusnya sudah hancur. Hal ini bisa disebabkan oleh perilaku individu dari politikus yang benyak tersandung kasus korupsi, bisa juga disebabkan karena banyaknya perpecahan dan ketidakharmonisan yang terjadi dalam parpol.

Sebenarnya dari awal tercetusnya reformasi 1998 dulu, pemuda negeri ini memiliki keinginan untuk lepas dari sistem korup demokrasi, namun karena aksi reformasi hanya bertujuan menggulingkan kekuasaan saja, maka sistem korup demokrasi masih saja menyelimuti parpol dan politikusnya. Alhasil hingga saat ini sebaik apapun politikus jika ia masuk ke dalam sistem demokrasi maka mau tidak mau dia akan terseret arus korupsi. Bahkan tidak hanya masalah korupsi, tapi juga berbagai penyalahgunaan jabatan. Hal tersebut bisa menjerat siapa saja yang tak kuat imannya.

Semakin ke sini pemuda semakin paham bahwa yang rusak di negeri ini bukan hanya perilaku individu pemilik jabatan atau parpol. Tetapi ketidakmampuan demokrasi dalam menyelesaikan masalah, itulah yang menjadi permasalahan utama. Faktanya, angka survei Indikator di atas membuktikan hal tersebut. Namun bagaimanapun juga pemuda dan masyarakat secara umum masih berharap bahwa penyempurnaan praktik demokrasi akan mampu mengurai permasalahan negara.

Sayangnya, berapa kali pun pergantian kepemimpinan dalam demokrasi tidak akan pernah membawa negeri ini pada perubahan hakiki. Sebab sistem yang diberlakukan masih sama. Jika negeri ini diibaratkan sebuah perjalanan dengan berkendara mobil rusak, maka kita tidak akan pernah sampai dan menikmati tujuan, sebab yang dilakukan hanya mengganti sopirnya saja.

Semangat perubahan dalam jiwa pemuda tidak akan pernah padam, namun dikarenakan tidak adanya arah perjuangan yang jelas, menjadikan semangat tersebut mudah sekali terbelokkan, dimanfaatkan bahkan dengan mudah padam. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemuda generasi penerus negeri, jika masih menginginkan perubahan yang nyata bagi bangsa.


Pertama, semangat untuk berubah menjadi lebih baik harus tetap berkobar dalam jiwa setiap pemuda. Karena energi panas dari semangat pemuda mampu menyebar menjadi energi positif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kedua, pemuda harus paham permasalahan utama negeri ini, jika pergantian oknum dalam kepemimpinan tidak pernah berhasil membawa perubahan berarti, maka kesalahan utama bukan pada individu pemimpin, namun pada sistem yang diterapkan. Oleh sebab itu, menyadari ketidakmampuan sistem demokrasi dalam menyelesaikan masalah sangat penting. Sebab jika perubahan yang dilakukan masih berpijak pada sistem ini, maka tujuan perubahan hakiki tidak akan pernah tercapai.

Ketiga, mencari sistem alternatif. Setelah menyadari bobroknya sistem yang sedang berjalan, maka pemuda harus tanggap mencari sistem yang lebih sempurna. Adapun sistem kehidupan bernegara di dunia ini pangkalnya hanya ada tiga; sosialis komunis, sekuler kapitalis dan Islam. Kepemimpinan sosialis komunis telah menunjukkan kelemahan dari kediktatoran penguasanya, hingga saat inipun kita masih bisa melihat pelaksanaannya di beberapa negara yang menerapkannya. Sedangkan sistem sekuler kapitalis sudah sangat kita rasakan, meski negara kita bukan penerap sekuler murni, namun secuil kebijakannya sudah cukup membuat negeri ini menderita berpuluh-puluh tahun di setiap sisi kehidupannya.

Bagaimana dengan sistem Islam? Sistem ini tercatat dalam sejarah pernah menguasai 2/3 wilayah dunia, dengan berbagai kegemilangan dan peradabannya yang tinggi. 13 abad penerapannya bukanlah waktu yang singkat. Hanya saja banyak sejarah emas dari peradaban ini yang sengaja dikubur dan dihilangkan dari catatan sejarah dunia. Namun sistem Islam dan cara penerapannya masih bisa kita pelajari hingga saat ini. Tidak sedikit cendekiawan muslim yang berpendapat bahwa sistem Islamlah yang mampu menyelamatkan negeri ini.

Keempat, jika sistem alternatif sudah ditemukan, maka langkah terakhir adalah memperjuangkan bagaimana terwujudnya perubahan negeri ini menuju negeri yang memiliki peradaban mulia.

Pemikiran politis semacam inilah yang harus tergambar dalam benak setiap pemuda bangsa. Politik tidak sekadar menyampaikan aspirasi, tidak sekadar masuk dalam partai politik, dan tidak sekadar memilih pemimpin lewat pemilu. Pemuda harus melek politik yang sesungguhnya, karena sejatinya politik adalah mengurusi urusan rakyat.[]

Picture:Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Hadirmu, Membangun Sabarku
Next
Lelah Berjuang
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram