"Gawai enggak bakal maksa kita untuk bikin konten yang berfaedah atau nirfaedah. Kitalah yang memilih. Bikin konten yang membuat kita makin taat pada Allah atau malah bermaksiat pada-Nya. Kamu pilih mana?"
Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Di era 4.0 ini, gawai rasanya enggak bisa dipisahkan dari genggaman kita kapan pun, di mana pun, dan saat apa pun. Barang yang ditenteng ke mana-mana ini adalah hasil teknologi komunikasi berbentuk gepeng alias slim bisa di bawa ke mana pun. Entah di rumah, jalan, tempat umum, ataupun tempat-tempat nongkrong lainnya. Sampai-sampai ada lo yang ke toilet saja bawa HP. Huft!
Sudah tersohor pula pernyataan bahwa dunia digital yang ada di gawai mampu mendekatkan yang jauh. Sayangnya, berbanding terbalik malah menjauhkan yang dekat. Kok bisa?
Lihat saja di kanan kiri kita! Saat bertemu dengan kawan, saudara, atau keluarga serumah, yang ada di genggaman adalah gawai. Bukannya bercengkerama dengan orang-orang yang ada di sekitar, eh malah sibuk dengan teman-teman di berbagai akun media sosial. Sapa dan cengengesan sana-sini dengan warga medsos, sampai lupa ada yang ingin diajak bicara di kanan kiri. Heeemmm, benar enggak tuh?
Selain membuat kita jauh dari orang-orang di sekitar, nyatanya gawai menyajikan konten berbeda arah pandang. Enggak hanya yang berfaedah, yang nirfaedah pun banyak beredar di benda gepeng ini. Dari konten yang berbau biasa saja, positif, hingga negatif berjubel ingin mendapat perhatian.
Tahu dong ya, ibarat pisau, gawai memang memiliki dua sisi yang berbeda. Tajam atau tumpul. Baik atau buruk. Berfaedah atau nirfaedah. Semua ini pilihan. Tinggal siapa dulu yang menggunakannya.
Ada kaidah fikih yang menyatakan:
الأصل في الأشياء الإباحة
"Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah"
Ini berarti, jika suatu benda enggak ada penjelasan yang tegas dalam nas syariat tentang halal haramnya, maka ia halal hukumnya. Salah satu contohnya adalah hasil karya manusia berupa teknologi komunikasi bernama gawai ini.
Hal ini sesuai banget dengan surat cinta Allah untuk kita yang artinya:
"Dan Dia telah menundukkan untuk kalian semua yang ada di langit dan di bumi, (sebagai rahmat) dari-Nya.” (TQS. Al-Jatsiyah: 13)
Masyaallah, luar biasa bukan Rabb kita? Apa yang ada di langit dan di bumi ditundukkan agar kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Bukan malah menggunakannya untuk keburukan.
Gawai bisa disamakan dengan pisau dari sisi wujudnya sebagai benda karya manusia. Sama-sama mubah alias boleh digunakan. Pisau ini enggak bakal bisa maksa kita untuk menggunakannya dalam ketaatan atau kemaksiatan. Penggunaannya ada pada kita. Jika pisau digunakan untuk memutilasi ayam potong untuk diolah menjadi ayam kecap yang lezat, berarti perbuatannya berpahala. Sebaliknya, jika pisau ini digunakan untuk memutilasi manusia, dosa yang bakal ditanggungnya. Astaghfirullah!
Nah, begitu pula dengan gawai. Benda ini enggak bakal maksa kita untuk bikin konten yang berfaedah atau nirfaedah. Kitalah yang memilih. Bikin konten yang membuat kita makin taat pada Allah atau malah bermaksiat pada-Nya. Kamu pilih mana?
Pilihan inilah yang bakal dimintai pertanggungjawaban oleh Allah kelak. Jika konten yang kita like and share adalah konten sesuai aturan Allah, ada pahala yang menanti. Kalau kita bikin konten porno, merusak citra Islam, mengajak maksiat, atau yang nirfaedah lainnya bisa dipastikan dosa yang bakal kita tuai. Ngeri ya?
Coba deh renungi ayat yang pastinya kalian kenal banget. Yakni, surah di juz 30 ini. Surah yang mengabarkan bahwa baik buruk apa yang kita lakukan bakal diberi balasan oleh Allah..
Allah Swt. berfirman:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
“Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ ࣖ
“Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Maha Adil ya, Rabb kita yang satu ini? Enggak bakalan ada satu titik pun amalan kita yang luput diperhitungkan oleh Allah. Setiap kebaikan atau keburukan pasti bakal dapat balasan setimpal.
So, dengan kesadaran ini jangan sekadar menggunakan gawai untuk hal-hal yang enggak ada manfaatnya buat meraih rida-Nya! Mending dibuat like and share konten-konten positif yang bikin orang lain taat dan menjauhi maksiat. Atau, buatlah konten-konten yang memperkenalkan Islam dengan gaya oke punya. Bisa enggak?
Pasti bisa. Syaratnya kita mau keluar dari circle sekularisme yang bikin kita jauh dari Islam. Paham rusak ini bikin otak kita hanya mikirin konten nirfaedah. Padahal, konten yang berfaedah banyak dibutuhkan umat untuk mencerdaskan mereka dengan Islam.
Selain membuang jauh-jauh ide sekularisme dari benak, kita pun kudu bergegas nyari circle positif. Circle yang membuat kita paham Islam versi yang benar. Bukan versi liberal.
Pasca kita mengkaji Islam, lanjut amalkan dalam kehidupan. Apa cukup? Enggaklah. Kita juga kudu ikut menyebarkan Islam dengan berbagai akun yang kita miliki. Entah itu lewat tulisan, vlog, video, atau apa pun yang berfaedah. Insyaallah, dengan menyebarkan konten-konten berfaedah kita sudah mulai mengikuti jejak langkah Rasulullah dan para ulama untuk menebarkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamin. Siap ya?
Oh ya, ada satu lagi yang butuh kita tanamkan kuat-kuat di benak, "Bikin konten nirfaedah, ogah!"[]
Wallahu a'lam bish shawab
Yups sistem yang telah rusak berujung merusak, banyak yang hanya memikirkan tentang materi dari konten yang mereka hasilkan sendiri. Hanya tentang materi bukan syariat yang Allah beri. Miris sekali terutama pemikiran anak muda dizaman ini, Gak ngonten Gak Bergengsi.
Barakallah Tulisannya semoga hati umat tercerahkan, dan selalu bermanfaat.
Di sistem sekularisme saat ini gak peduli halal haram yang penting bisa menghasilkan duit konten nirfaedah pun dilakukan. Na'udzubillah min dzalik.
Di sistem sekularisme saat ini gak peduli halal haram yang penting bisa menghasilkan duit konten nirfaedah pun dilakukan. Astagfirullah.
Kalau dulu ada ungkapan "mulutmu harimaumu", zaman sekarang jari pun sama. Jemari tangan kita hari ini bisa jadi pahala atau dosa melalui teknologi gawai ini. Semoga kita bisa menghindari keburukan melalui gawai ini. Karena semua akan ada pertanggungjawabannya.
Benar banget...jangan bikin konten nirfaefah apalagi yg justru bikin dosa bisa-bisa jadi dosa jariah