”Meskipun harus merevisi tulisan, hal itu tidak membuat saya patah semangat. Justru sebaliknya, saya bersyukur karena ada media yang mau mengoreksi dan memberikan masukan atas tulisan yang saya kirim.”(Challenge True Story )
Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam kehidupan setiap orang pasti menemui ujian. Ujian hidup bisa beraneka ragam. Termasuk ujian dalam keistikamahan menulis opini sebagai sarana untuk mendakwahkan Islam. Inilah yang saya rasakan setelah saya bergabung menjadi kontributor media NarasiPost.Com hingga pertengahan tahun 2021 lalu.
Ujian dalam Keistikamahan Menulis
Ya, ujian dalam menjaga keistikamahan menulis saya alami sejak bulan Mei tahun 2021. Karena harus mempersiapkan kelahiran buah hati ketiga, saya harus pulang kampung ke rumah orang tua di desa yang sulit mendapatkan sinyal dan jaringan internet. Kewajiban mendidik dua orang anak tanpa bantuan suami karena hubungan jarak jauh membuat saya memutuskan untuk berhenti sementara dari aktivitas menulis.
Awalnya, ada rasa sesal saat saya tidak bisa kembali menulis seperti bulan-bulan sebelumnya. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan, saya menjadikan kondisi itu sebagai upaya pemakluman terhadap diri saya. Dari pemakluman itulah yang membuat saya berhenti dari aktivitas menulis untuk waktu yang cukup lama. Yaitu selama satu tahun. Astagfirullah.
Selama berhenti menulis, saya hanya bisa membaca tulisan para penulis ideologis melalui gawai di waktu luang yang saya miliki. Lama tak menulis juga membuat kemampuan menulis saya tidak semudah sebelumnya. Ibarat pisau, karena lama tak diasah, maka pisau pun akan menjadi tumpul. Begitulah yang terjadi pada saya.
Sudah beberapa sahabat yang memotivasi dan mengharapkan saya untuk kembali menulis. Namun, bagaikan seorang hamba yang tidak mendapatkan hidayah, semua motivasi yang diberikan tidak mendapatkan respons dengan aksi nyata yang saya berikan. Hingga, pada bulan April 2022 Allah semakin menguji saya dengan menghilangkan gawai saya karena terjatuh dalam sebuah perjalanan menuju ke suatu tempat.
Ya, gawai satu-satunya yang berisikan banyak grup WhatsApp, banyak kontak redaksi media dan yang lainnya raib begitu saja. Raib bersama semua kenangan yang ada di dalamnya. Usaha untuk mencari dan melacak pun tak membuahkan hasil. Mungkin inilah teguran dari Allah ketika saya belum memaksimalkan harta yang saya miliki untuk jalan dakwah Islam.
Kehilangan gawai saya anggap sebagai peringatan bagi Allah. Bahwa sungguh sangat mudah bagi Allah jika Allah telah berkuasa. Harta yang kita anggap berharga tidak ada nilainya ketika semua sudah diambil oleh-Nya. Rasa sedih yang sempat menghampiri membuat saya teringat akan firman-Nya,
وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
"… Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu buruk bagimu. Dan Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216).
Menyambut Kesempatan Kedua
Pascakehilangan gawai dan serangkaian ujian lainnya membuat saya sadar bahwa sesibuk apa pun kita, maka kita harus menjadikan dakwah sebagai poros hidup. Bukan dakwah yang mengikuti aktivitas kita, termasuk dalam menulis. Maka meluangkan waktu untuk menulis adalah penting dan harus. Bukan sebaliknya, menulis ketika ada waktu-waktu sisa. Sehingga, ketika si bungsu usia satu tahun saya kembali menata diri agar hati ini tergerak dan memiliki tekad untuk menulis.
Saya bermunajat kepada Allah, berharap Allah kembali memberikan petunjuk dan hidayah-Nya agar saya dimudahkan kembali dalam menulis. Berbekal dengan sebuah tekad dan keyakinan atas firman-Nya. Perlahan tapi pasti, Allah mengabulkan permohonan doa saya. Inilah jawaban atas firman Allah Swt.,
فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
"… Maka apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali Imran : 159).
Pada bulan Juli 2022 saya kembali menulis opini setelah mencari tahu ulang alamat email dan beberapa kontak redaksi media yang sebelumnya pernah saya kirimi tulisan. Saya pun kembali mengirimkan naskah opini ke media NarasiPost.Com pada bulan September 2022 setelah mengirim pesan melalui WhatsApp Mom Andrea yang tertera di flyer event NarasiPost.Com sebelumnya. Namun, tulisan saya kali ini tidak seperti biasanya. Ada beberapa koreksi tentang tulisan saya. Sehingga, saya harus memperbaikinya dan mengirim ulang naskah revisinya.
Meskipun harus merevisi tulisan, hal itu tidak membuat saya patah semangat. Justru sebaliknya, saya bersyukur karena ada media yang mau mengoreksi dan memberikan masukan atas tulisan yang saya kirim. Sehingga, tulisan saya menjadi lebih baik dan berkualitas dari tulisan sebelumnya. Koreksi inilah yang jarang saya jumpai di media lain. Rasa syukur pun saya panjatkan kepada Allah karena masih bisa kembali bersua dengan media NarasiPost.Com yang turut mendidik saya dalam literasi.
Sejak akhir bulan September 2022 itulah saya kembali aktif mengikuti semua event yang diadakan media NarasiPost.Com sembari terus memperbaiki diri dan belajar mengirimkan berbagai rubrik naskah yang belum pernah saya lakukan. Seperti mengirim naskah rubrik remaja, syiar, motivasi, worldnews, food, dan story telling.
Penutup
Rasa syukur selalu saya panjatkan kepada Allah Swt. karena atas izin-Nya di kesempatan kedua saya bisa lebih banyak menghasilkan tulisan dengan berbagai kategori atau rubrik. Tak hanya itu, saya pun semakin mengenal para penulis ideologis yang istikamah dalam mendakwahkan Islam melalui tulisan. Semoga Allah Swt. juga senantiasa memberikan kemudahan dan keistikamahan bagi saya dan para penulis ideologis lainnya dalam menorehkan tinta aksara untuk menyambut peradaban Islam yang mulia.