"Kalimat demi kalimat yang diucapkan Alexis bagaikan cambukan dalam telingaku. Mataku terasa perih dan ingin menangis dengan apa yang kusaksikan. Selama dua hari aku harus menyaksikan nuansa pelangi di rumah itu."
Oleh. Andrea Ausie
(Pemred NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hmm … Pelangi adalah fenomena alam yang merupakan proses optik terbentuknya matahari yang melibatkan tiga tahap, yaitu refleksi, dispersi dan refraksi. Seringnya kita melihat pelangi selepas turun hujan, kan?
Eh ternyata ada juga "pelangi" yang tidak terbentuk dengan proses optik, lho. Yang kumaksud adalah mereka yang jeruk makan jeruk atau pisang makan pisang alias para LGBT. Ngomong-ngomong soal kaum pelangi, aku jadi teringat dengan pengalaman hidup bersama mereka. Eits, bukan berarti aku termasuk kaum pelangi. No way!! Ssstt, biar enggak penasaran, yuk baca kisah pengalamanku, ya.
Tahun kedua di Sydney, aku mendapat tawaran kerja dari perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan milik Alexis dan Betrict. Perusahaan ini mendapat predikat terbaik kedua di Australia. Ada 48 cabang dengan 142 orang staf. Aku ditempatkan di kantor pusat, yaitu di Narrabeen, New South Wales. Gajinya cukup tinggi dan biasanya aku dibayar per jam.
Sebenarnya aku sudah memiliki pekerjaan tetap di Vaucluse, di mana waktu kerjaku selama 5 hari dalam seminggu. Sementara pekerjaan di Narrabeen cuma dilakukan 2 hari dalam seminggu. Praktisnya aku tidak pernah memiliki waktu libur.
Jarak yang cukup jauh antara Vaucluse ke Narrabeen membuatku memutuskan untuk tinggal di Narrabeen selama 2 hari dalam seminggu tersebut. Alexis sebagai pimpinanku menyediakan salah satu rumahnya untuk kutempati. Jaraknya cukup dekat dengan kantornya. Alexis memiliki 7 rumah, sementara Betrict memiliki 3 rumah.
Hubunganku dengan rekan kerja dan keluarga Alexis terjalin sangat baik. Aku satu-satunya seorang muslim, kebanyakan mereka beragama Kristen dan ateis. Sering kali aku ditanya hal-hal seputar syariat Islam, seperti kenapa laki-laki muslim boleh mempunyai 4 istri, mengapa harus berjilbab dan berpuasa, mengapa harus wudu padahal sudah mandi yang justru lebih bersih daripada wudu, dan sebagainya.
Kadang kala Alexis memintaku datang ke perkebunan yang dikelola adiknya. Dia sering bertanya banyak hal tentang dunia perkebunan yang kebetulan kukuasai. Alexis berpendapat bahwa tanganku "dingin" untuk dunia tanaman. Aku cuma ketawa. Dalam hati kuucap syukur atas ilmu yang pernah kudapatkan dari my mom. Alexis juga sering pamer tentang dunia fotografi yang merupakan salah satu hobiku. Biasanya kami berbagi ilmu setiap hari Minggu sepulang dari kantornya.
Bagiku, Alexis dan Beitric adalah sosok pribadi yang menyenangkan dan hangat. Setiap kali kami bertemu, mereka akan memelukku hangat sambil menanyakan kabar. Kami saling menghargai privasi masing-masing dan berusaha profesional dalam pekerjaan.
Pernah juga aku menyaksikan Alexis marah besar saat kami sedang berbelanja di sebuah supermarket. Alexis memarahi seorang kasir yang berasal dari Cina gara-gara tak mau meladeni belanjaanku. Kasir itu tidak mau meladeniku karena aku seorang muslim. Dampak kemarahan Alexis menyebabkan kasir asal Cina itu langsung dipecat oleh manajer supermarket terbesar di Sydney tersebut.
Hingga suatu hari, jantungku berdegup kencang saat pertama kali aku memenuhi undangannya untuk datang ke rumah paviliunnya yang megah. Alexis memintaku bermalam 2 hari sehubungan acara pembukaan klinik terbarunya yang selama ini kutangani. Sendiku terasa kaku dan batinku ingin menjerit. Aku berusaha tersenyum dan menyambut saat Alexis memperkenalkan 2 orang tamunya, Edward dan Conrad dari Jerman.
Kalimat demi kalimat yang diucapkan Alexis bagaikan cambukan dalam telingaku. Mataku terasa perih dan ingin menangis dengan apa yang kusaksikan. Selama dua hari aku harus menyaksikan nuansa pelangi di rumah itu.
Sungguh, aku tidak tahu kalau ternyata Alexis dan Betrict adalah pasangan lesbian. Edward yang dulu pernah kujumpai saat aku berada di Dubai, UEA, ternyata pasangan gay dengan Conrad dan memiliki dua anak kembar dari Alexis. Rasanya dunia terbalik ketika menghadapi kenyataan itu. Batinku bergejolak. Aku tidak bisa menerima pelangi di depan mataku.
Teringat akan peringatan-Nya dalam surah Al-A'raf ayat 80: "Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya: 'Patutkah kamu melakukan perbuatan yang keji, yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun dari penduduk alam ini sebelum kamu?'"
Aku mengutuk diriku sendiri. Menyalahkan diri sendiri yang terlalu lugu dan polos selama aku bekerja dengan mereka. Aku selalu menghargai privasi mereka sebagai pimpinan perusahaanku tanpa secuil pun berpikir bahwa mereka adalah pasangan lesbian. Aku hanya berpikir bahwa sikap hangat mereka kepada seluruh karyawan adalah suatu hal yang lazim bagi orang Barat.
Selama tinggal di berbagai negara, aku sering menyaksikan atau berpapasan dengan kaum LGBT saat aku sedang jalan-jalan. Itu pun tanpa sengaja. Namun, untuk tinggal bersama walaupun hanya dua hari, sungguh membuatku merasa jijik.
Foto-foto perkawinan sesama jenis terpampang di dinding rumahnya. Belum lagi ada foto tanpa busana di bawah air yang hanya tertutupi secarik selendang tipis menutupi area privatnya. Dan di depan mataku, kusaksikan seorang pria berlaku gemulai layaknya seorang istri. Juga menyaksikan seorang wanita bersikap sebagai suami kepada wanita lainnya. Bercumbu ria seolah tidak paham dengan perasaanku yang terasa perih bagaikan dalam kobaran api neraka. Dan aku tercenung saat memikirkan bagaimana psikologi anaknya kalau mengetahui ternyata orang tua kandungnya memiliki kelainan seks?
Sekuat apa pun aku berusaha bersikap tenang, aku tidak bisa membohongi jiwaku. Aku menangis diam-diam di salah satu ruangan dekat kolam renang. Aku merasa sangat terpukul dan berdosa berada di lingkungan kaum pelangi. Terlalu banyak mataku berzina dengan apa yang kusaksikan di rumah itu. Walau aku berusaha memejamkan mata semampuku, namun tetap saja otakku sempat merekam apa yang kulihat tanpa sengaja.
Benar, mata adalah satu pancaindra yang terpenting. Dengan mata, kita dapat melihat dan menatap seluruh alam semesta. Namun, mata juga merupakan pintu pertama yang akan dimasuki setan. Imam Ghazali pernah berkata: "Nasihatkan kepada orang mukmin supaya mengawasi pandangan mata mereka."
Nabi Isa a.s. pun pernah menasihati: "Awasilah pandangan dan penglihatan kamu karena pandangan itu boleh memercikan nafsu keinginan dan ini cukup membuat seseorang terpesona."
Begitu juga dengan Rasulullah saw. pernah bersabda: "Melihat kecantikan perempuan adalah panah beracun daripada panah-panah iblis. Siapa yang dapat mengawasi matanya, maka Allah akan memberikan satu kenikmatan ibadah yang membahagiakan."
Dinginnya malam mengantarkanku pulang ke rumahku di Vaucluse. Perjalanan 2 jam yang harus kutempuh di waktu tengah malam seolah memberi ruang jiwaku untuk menyesali kebodohanku.
Entah berapa banyak air mataku tumpah dalam perjalanan pulangku ke rumah di Vaucluse. Tubuhku terasa kotor dan menjijikkan. Kuusap-usap wajahku yang sering kali menerima ciuman hangat dari mereka. Bahuku yang sering di tepuk-tepuk hangat, tubuhku yang sering dipeluk, dan lenganku yang kadang kala sering di usap saat sedang sibuk di depan macbook-ku dan sebagainya. Rasanya aku ingin muntah.
Tekadku semakin bulat bahwa aku harus segera keluar dari pekerjaan di Narrabeen. Aku tidak bisa menerima bahwa lingkungan kerjaku, terutama pimpinanku adalah kaum pelangi yang selama ini tersimpan rapi.
Kususun rangkaian kata demi kata sebagai surat pengunduran diriku untuk Alexis dan Betrict. Aku berusaha tidak menulis sepatah kata pun yang bisa menyinggung perasaan mereka sebagai kaum pelangi. Kukatakan alasan pengunduran diriku karena jarak yang sangat jauh yang harus kutempuh antara Vaucluse dan Narrabeen serta mulai merebaknya Covid-19.
"Goodbye 56 million rupiah. Money doesn't always make anything happiness. Islam is my way."
Double Bay Sydney, 1 Juni 2022[]
Photo : Pinterest &pribadi
Ini kisah penuh ibrah. Banyak hikmah yang bisa dipetik. Dari kisah ini kita belajar tentang mempertahankan akidah, ikhlas melepas iming-iming dunia, dan mengedepankan jual beli dengan Allah... Very inspiring mom Andrea... Thank u so much.
Saya mempunyai 2 buku tersebut warna hijau dan choclate kalau tdk salah. Di beli saat berkunjung ke Yogya belasan tahun yang lalu. bagus bukunya
Ya Allah sebebas itu kaum pelangi bertebaran di sana. Aku yang membaca ceritanya saja jijik apalagi penulis yang melihat secara langsung. Astaghfirullah...
Benar mbak, di western hal yang biasa bagi kaum tsb..
Syukron jazakillah Mom sharing pengalamannya. Banyak pelangi di sekitar kita. Na'udzu billahi min dzalik.
Kebayang Mom terpukul banget saat tahu mereka kaum pelangi.
Sistem yang ada saat ini semakin mengokohkan eksistensi mereka. Astaghfirullah...
Benar mbak, terpukul banget dengan kejadian tsb..
Tanpa disadari kaum pelangi berada di sekitar kita yang sengaja dirawat oleh aturan kehidupan yang rusak. Tak heran kaum pelangi semakin merekah berkembang di mana-mana.
Terima kasih kisah Bu Andrea. Dunia tidak selebar daun kelor untuk meraih rezekinya. Masih banyak yang halal.
Benar sekali..
Done kereenMaasyaAllah komplit bgt pengalaman hidupnya Mom, pelangi yang mampu menggores mata dan hati ini sih
Iya mbakku. makasih ya atas suportmu slm ini..
Wow keren tulisan nya. Serem yaa hidup di luar negeri yg penuh dengan kebebasan sex. Astaghfirullahalazim....
kaum pelangi sudah hal umum disaksikan..
Astaghfirullaah ...
Jika orang tuanya adalah kaum pelangi, anaknya akan jadi kaum apa ya? Apakah mereka juga akan mengikuti jejak orang tuanya? Jika seperti itu, kehancuran manusia hanya tinggal menunggu waktu.
Belum tentu sich mbak. karena banyak koq anaknya normal dr ortu yang pelangi..
Luar biasa pengalaman Sang Penulis. Tentu kaget luar biasa dan ingin berontak begitu tahu berada dalam lingkungan pelangi. Terima kasih pembelajaran liar biasa untuk segera mengambil langkah menyelamatkan aqidah. Harta, tahta dan popularitas memang sering menjebak manusia melawan fitrahnya. Alhamdulillah Mom diberikan kesempatan diperlihatkan dunia pelangi yang tak indah itu dan segera berlepas darinya. Semoga Allah senantiasa menjaga Mom.
Aamiin ya Rabb. Indeed mbak..
MasyaAllah..
Merinding bacanya, sungguh kapitalisme dengan segala kebebasannya telah membuat dunia pada puncak kehinaan dan ambang kehancuran..
Serasa mereka sengaja mengundang azab Allah untuk mereka..
Astaghfirullah..
Sudahlah..
Umat harus segera terjaga..
Hanya Hukum Allah Ta'ala yang dapat menyelamatkan dunia..
Atau kita akan turut tenggelam dalam azab-Nya..
Na'udzubillahi tsumma na'udzubillah...
Maaf mba afwan minta nomor yang bisa dihubungin mba. alhamdulillah mba menjadi salah satu pemenang komen terbaik
Benar sekali mbakku..
Pelangi-Nya adalah fenomena alam yang indah. Kalau 'pelangi'-nya sama sekali tak indah, malah jadi masalah yg membuat susah. Mereka, kaum lgbt, telah menodai indahnya pelangi.
Naam mbakku...Di tunggu naskahmu ya..
Ga kebayang shock nya. Semoga Allah berkahi pilihan mom.. Insyaallah diganti dg yg lbh baik ya mom
Pelangi memang mnjadi tak seindah warnanya lagi sejak kaum sodom memakainya mnjd lambang mereka... Bisa trbayang perasaan mbak andrea... Seandainya mrk bilang dr awal pastilah mrk tahu akan ditolak..
So inspiring!
Gaji 56 juta per bulan dan sejumlah fasilitas mewah, bagaikan remah-remah duniawi saja di mata seorang Andrea Ausie. Dengan ringan, dilepasnya semua itu demi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beginilah seharusnya kita. Harta dan kesenangan duniawi, dijadikan wasilah untuk meraih pahala. Bukan sebaliknya, menjadi hiburan melenakan yang menjauhkan diri dari Tuhan Semesta Alam.
Semoga Allah memberkahi hidupnya dan mengistikamahkan di barisan para pejuang agama-Nya.
Sudah baca, g bisa berkata apa-apa hanya bisa bilang ternyata oh ternyata. Untung mom segera ambil sikap. Ketika mom sudah g kerja lagi sama mereka, hrsnya mom sedikit banyak memberi nasehat, bahwa yg dilakukan mereka itu salah besar. Bukan dipandang dari sudut agama Islam, karena mereka pasti tdk mengerti, tapi pandangan hrs dari sudut kesehatan. Itu merupakan virus yg bisa menimbulkan berbagai macam penyakit. Dan virus itu pasti menular, ibarat bom waktu, yg sewaktu-waktu bisa meledak kapan pun.
Tapi terkait mom langsung risign dari pekerjaan itu, good job.
Satu lagi, bila melihat kemungkaran di depan mata, ada 3 yg harus dilakukan, merubah dgn tangan, merubah dgn lisan, merubah dgn hati, yaitu mendoakannya, dan itu selemah-lemahnya iman.
Kebayang perang batinnya seperti apa mom. Jumlah yang fantastis untuk dilepas begitu saja ya. Tapi jual beli dengan Allah, Insyaa Allah pasti lebih menguntungkan. Maasyaa Allah. Keren mom
Masyaallah ... tulisan ini membuat aku mikir bahwa sejatinya kaum pelangi tampak normal bila bertemu dengan kebanyakan orang. Namun kecenderungan terhadap sesama jenisnya akan tampak jika bertemu dengan sesamanya.
Pelajarannya dari kisah ini yang bisa saya petik, sepertinya kita mesti berhati-hati dalam bergaul dan bersosialisasi dengan siapa pun. Apalagi jika tinggal di negeri nun jauh di sana. Sebab, orang atau teman yang tampak normal pun, belum tentu sepenuhnya normal.
Pelangi itu indah, tapi kaum pelangi membuatku jengah
Subhanallah.. pastinya sulit berada dekat dengan kaum pelangi. Terasa sesak dan menjijikan, karena pelangi ini bukan pelangi yang indah. Melainkan pelangi yang menyalahi fitrah manusia.
Sungguh langkah yang tepat untuk mengundurkan diri dari lingkungan kerja seperti itu. Karena menurutku itu salah satu langkah agar kita tetap waras. Semangat...
hiks.. berat ya melihat orang yg selama ini kita hargai ternyata tak patut dihargai. Btw, kisah mom yg di market, seing ku baca di novel romance china. wjwkwkw
Ya Allah Mom, pengalaman getir meski banyak pelajaran yang bisa diambil. Kebayang gimana lisan Mom pasti ngga pernah berhenti istighfar waktu itu.