Prancis Larang Abaya, Potret Rusaknya Sekularisme

Prancis larang abaya

Sesungguhnya, kebijakan Prancis yang bernuansa islamofobia menggambarkan rusaknya peradaban sekularisme.

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Prancis sebagai negara sekuler makin menunjukkan taring kebenciannya terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan syariat Islam. Di tengah ketidaktahuan masyarakat Barat tentang kebenaran Islam, rasisme terus dipompa melalui perang melawan radikalisme dan terorisme. Alhasil, gerakan kebencian dan anti-Islam terus memburuk, bahkan telah mencapai titik kritis. Tak cukup melarang hijab pada 2004 dan nikab pada 2010, kini Prancis terus bergerak maju memerangi dan membatasi kaum muslim untuk terikat dengan hukum Allah Swt. melalui pelarangan penggunaan abaya.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menegaskan akan mengerahkan aparat hukum untuk memastikan penegakan aturan larangan penggunaan abaya bagi perempuan muslim di lingkungan sekolah. Meskipun aturan tersebut menuai protes dari sebagian masyarakat, Macron menegaskan tidak akan kompromi untuk kebijakan tersebut. Menurutnya, sekolah Prancis bersifat sekuler sehingga simbol-simbol agama apa pun tidak diperkenankan hadir di sekolah, tak terkecuali bagi para guru dan kepala sekolah. (CNN Indonesia, 3/9/2023)

Akibat kebijakan tersebut, di hari pertama tahun ajaran baru, beberapa sekolah terpaksa memulangkan puluhan siswi yang menolak melepas abaya. Di antara 300 siswi muslim yang mengenakan abaya, 67 di antaranya menolak untuk melepaskan dan akhirnya dipulangkan. Para siswi yang dipulangkan diberikan surat oleh pihak sekolah yang bertuliskan “sekularisme bukanlah sebuah kendala, namun sebuah kebebasan”. (CNN Indonesia, 5/9/2023)

Pertanyaannya, jika sekularisme adalah kebebasan, mengapa pemerintah Prancis malah “merampas kebebasan” umat Islam dengan memaksa cara hidup perempuan muslim agar sesuai dengan nilai-nilai Barat? Padahal, kita tahu bahwa perempuan muslim memakai hijab bukan karena dipaksa, melainkan sesuai dengan keinginan dan keyakinan mereka terhadap aturan Allah Swt.

Sekularisme Tegas Menentang Islam

Sejak awal, prinsip kebebasan ala sekularisme memang absurd karena tidak memiliki standar baku. Buktinya, Prancis sebagai negara demokrasi yang menjunjung prinsip kebebasan beragama, justru mengeluarkan kebijakan yang kontradiktif dengan prinsip tersebut. UU antimuslim sengaja dibuat untuk melindungi pihak berwenang dalam membatasi hak dan kebebasan perempuan muslim dalam menjalankan tuntunan agamanya.

Sikap diskriminatif, terstruktur, masif, dan sistematis yang dilakukan Prancis terhadap syariat Islam semata-mata akibat kebencian Barat terhadap kemajuan Islam. Terlebih saat migrasi besar-besaran dari negara-negara Afrika Barat dan Timur Tengah membuat Prancis mempunyai porsi muslim terbesar di antara negeri Barat. Persepsi masyarakat Prancis yang menganggap umat Islam menentang sekularisme membuat islamofobia mempunyai arti politik yang sangat penting.

https://narasipost.com/opini/11/2020/permusuhan-dunia-barat-terhadap-islam-politik/

Berbagai aturan kontroversial terhadap kaum muslim bukan pertama kali diterapkan di Prancis. Sebelumnya, anggota parlemen Prancis dari partai sayap kanan, Les Republicains mendukung larangan menggunakan simbol agama yang mencolok, seperti kerudung dalam kompetisi olahraga. Selain itu, sejak 2004 silam, Menteri Pendidikan Prancis Gabriel Attal menegaskan bahwa dirinya telah mencoba menekan simbol keagamaan di lembaga pendidikan.

Anehnya, sikap kebencian dan permusuhan terhadap syariat Islam ini didukung media massa dan para politisi seantero negara Eropa yang mencap umat Islam sebagai “orang asing”, barbar, diskriminasi gender, terorisme, dan radikalisme. Akibatnya, pelanggaran HAM dan kebebasan beragama oleh pemerintah Prancis tersebut memicu terjadinya insiden yang menimpa kaum muslim. Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan bahwa pada 2019, jumlah insiden antimuslim meningkat sebesar 54% dari tahun lalu, yakni sebanyak 154 insiden. Selain itu, lonjakan insiden akibat islamofobia meningkat sebesar 53% dengan 235 insiden.

Standar Ganda

Sesungguhnya, kebijakan yang bernuansa islamofobia menggambarkan rusaknya peradaban sekularisme. Prancis sebagai negara yang membanggakan paham sekuler dan liberal ternyata gagal menjamin dan merawat keharmonisan pluralitas masyarakatnya dari persoalan diskriminatif dan rasialisme. Liberalisme yang katanya menjamin kebebasan beragama pun ternyata hanya mitos bagi minoritas muslim.

Perlakuan kontradiktif yang ditunjukkan Prancis makin membuktikan adanya standar ganda pada ide HAM yang diterapkan Barat. Barat yang selama ini sangat lantang meneriakkan kebebasan,  kesetaraan atas perempuan, dan secara khusus mengampanyekan hak asasi perempuan, ternyata melarang perempuan muslim menjalankan aturan agamanya. Di sisi lain, melalui kebebasan, Barat terus mengampanyekan hak untuk mengelola tubuh perempuan melalui kampanye My Body is My Own. Pada akhirnya, tubuh perempuan hanya sebatas objek seksual dan reproduksi bagi laki-laki menurut pandangan sesat mereka.

HAM sering digaungkan, namun bentuk diskriminasi terus menimpa kaum perempuan muslim dengan mengucilkan mereka dari masyarakat. Dengan memaksa perempuan muslim membuka aurat, Prancis justru telah membongkar sendiri kekurangan, kelemahan, dan kecacatan sekularisme sebagai ideologi yang intoleran. Mereka membatasi kaum muslim untuk “membebaskan nafsu” mereka, lalu mengkriminalisasi Islam hanya untuk “kemerdekaan” mereka. Semua ini menjadi bukti bahwa HAM yang bersumber dari keterbatasan akal telah gagal dalam mewujudkan keadilan, bahkan sengaja dibuat untuk melanggar hak kelompok minoritas.

Islamofobia secara sistematis ini tak bisa dilepaskan dari iklim politik negara sekuler Barat yang menjadikan Islam sebagai sasaran kebijakan zalim dengan dalih melawan terorisme dan radikalisme. Ketakutan dan ketidaktahuan mereka terhadap Islam menimbulkan rasa takut dan kebencian ekstrem yang tak terkendali di tengah masyarakat sekuler.

Semua ini membuktikan bahwa slogan HAM yang selalu digembar-gemborkan Barat hanyalah omong kosong. Upaya konversi sekuler secara paksa semata-mata dilakukan agar kaum muslim mengganti akidah Islam dengan nilai-nilai sekularisme. Larangan simbol-simbol Islam merupakan tindakan putus asa yang diambil pemerintah Prancis untuk membendung kebangkitan kaum muslim yang menolak liberalisme.

Tetap Berpegang Teguh pada Islam

Kekhawatiran Barat dan sekutunya terhadap Khilafah memicu serangkaian konspirasi, strategi, dan kebijakan politik untuk mencegah bangkitnya peradaban Islam. Secara sistematis, kaum muslim dijauhkan dari agamanya sendiri dan dipaksa menerima sekularisme sebagai akidah mereka. Barat sadar betul bahwa Khilafah akan mempersatukan umat Islam dunia dengan segenap potensi dan kekuatan untuk meluluhlantakkan hegemoni kapitalisme.

Perang melawan terorisme hanyalah strategi dan akal bulus mereka untuk melakukan kamuflase demi menghindari konflik terbuka, dan memuluskan rencana pendekatan dengan kaum muslim yang terinfeksi islamofobia. Sejatinya, inilah wajah sekularisme yang akan terus menentang dan mengadang kebangkitan ideologi Islam.

Akar persoalan di Prancis muncul dari ideologi kapitalisme yang dibangun atas dasar hawa nafsu manusia yang rusak dan merusak. Sungguh aneh jika kaum muslim mencampakkan keislamannya lalu dengan bangga mengadopsi sistem kufur yang amoral dan arogan ini. Padahal, Islam sebagai agama juga termasuk ideologi yang bersumber dari Allah Swt. dan akan memberikan kebaikan pada seluruh umat manusia.

Syariat Islam kaffah akan sesuai dengan fitrah, memuaskan akal, dan menenteramkan hati manusia sehingga layak untuk diterapkan  dan diperjuangkan oleh seluruh kaum muslim. Namun, seluruh aturan Islam dengan kebaikannya hanya bisa terwujud dalam Khilafah dan mustahil dapat terwujud dalam negara sekularisme. Itulah mengapa Imam empat mazhab (Imam Hanbali, Imam Syafii, Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah) sepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib.

Bandingkan saja sikap negara sekuler dengan Islam dalam menghadapi individu maupun kelompok yang memiliki keyakinan/agama yang berbeda. Jauh sebelum adanya HAM, Islam telah mengajarkan untuk menghormati pemeluk agama lain dengan prinsip “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Dalam Khilafah, sangat jelas disebutkan bahwa warga nonmuslim atau kafir zimi dilarang untuk dizalimi.

Barang siapa menyakiti seorang zimi (yang tidak memerangi umat Islam), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku (Rasulullah saw.). Dan barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.” (HR. At-Thabrani)

Sesungguhnya pangkal segala kemungkaran hari ini, baik yang terjadi di negeri Barat maupun di negeri-negeri kaum muslim berasal dari sikap kaum muslim yang enggan menerapkan syariat Islam kaffah. Penguasa negeri muslim yang seharusnya berada di garis depan melindungi kaum muslim, justru membiarkan agamanya dinista dan mengkhianati kaum muslim dengan mengadakan kerja sama bersama negara Barat.

Maraknya persoalan islamofobia di dunia saat ini tidak akan tuntas hanya dengan mengangkat pemimpin yang beragam Islam tanpa penerapan syariat Islam kaffah. Sudah saatnya kaum muslim sadar akan pentingnya penerapan Islam secara total dalam naungan Khilafah yang mampu memberikan perlindungan terhadap jiwa, harta, kehormatan, akidah, serta keamanan manusia.

Perlindungan hakiki bagi seluruh umat manusia hanya dapat diperoleh dalam negara Islam, dan mustahil terwujud dalam negara sekuler yang menentang kehadiran agama dalam kehidupan. Sekali lagi, sekularisme hanya akan menjadikan kaum muslim tertindas karena sistemnya akan memaksa mereka untuk meninggalkan agamanya. Iklim ketakutan yang semakin intens di negeri-negeri Barat semata-mata bertujuan agar kaum muslim tunduk terhadap nilai-nilai sekularisme dan demi melanggengkan ideologi kapitalismenya di kancah dunia.

Wahai kaum muslim di Prancis, meskipun mereka mencegah dan merampas hak-hak kalian, tetaplah bersabar dan berpegang teguhlah pada iman, kesucian, pakaian takwa, dan penolakanmu terhadap sekularisme. Musuh-musuh Islam tidak tahu bahwa sebesar apa pun usaha mereka memerangi dan mencegah kaum muslim, kebangkitan Islam akan tetap terwujud dengan izin Allah. Tetaplah istikamah dalam berjuang menegakkan kebenaran Islam, karena apa pun yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya adalah yang terbaik bagi kaum muslim dan seluruh umat manusia.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istikamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati.” (TQS. Al-Ahqaf: 13)

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Bencana Berulang Melanda Kota Carica
Next
Menakar Untung-Rugi Investasi Smelter Titanium
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Angesti Widadi
8 months ago

Waaaa tulisannya legitt sekali dibacaa seperti membacaa bukuuuu

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Angesti Widadi
8 months ago

Alhamdulillah, jazakillah khoir sudah berkunjung Mbaku

Bedoon Essem
Bedoon Essem
8 months ago

Islamofobia menjangkiti negara-negara Barat begitu parah

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Bedoon Essem
8 months ago

Iya Mba, propaganda melawan terorisme sebenarnya adalah propaganda melawan Islam...

Wd Mila
Wd Mila
8 months ago

Jazakunallah Khoir Mom dan Tim NP

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram