Mati Listrik Total, Negeri Cerutu Gelap Gulita

Mati Listrik Total

Mati listrik secara terus menerus juga membuat aktivitas publik menjadi terhenti. Akibatnya, warga Kuba melakukan demonstrasi sebagai protes atas ketidakpastian dan kestabilan perekonomian.

Oleh. Tutik Haryanti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Mati listrik total dialami Negeri Cerutu pada Jumat (18-10-2024). Hampir seluruh negeri tampak gelap gulita setelah mati listrik secara total di negeri tersebut. Mati listrik juga rutin terjadi selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan di beberapa provinsi. Pemadaman listrik secara total menunjukkan terhentinya kehidupan sehingga berdampak pada terhambatnya aktivitas bisnis dan lembaga-lembaga setempat.

Sekilas tentang Negeri Cerutu

Cerutu adalah gulungan utuh dari tembakau yang sudah dikeringkan atau difermentasi, kemudian dibakar salah satu ujungnya dan diisap oleh mulut dari ujung lainnya. Cerutu ini hampir serupa dengan rokok.

Negeri Cerutu berada di Benua Amerika, merupakan pertemuan antara Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan Samudra Atlantik. Tepatnya di Semenanjung Yucatan (Meksiko), selatan negara bagian Florida, Amerika Serikat, Bahama, di barat Haiti, di utara Jamaika dan Kepulauan Cayman. Negara tersebut bernama Kuba dengan ibukota Havana dan berpenduduk lebih dari 11 juta orang.

Pada 2021, Kuba menduduki peringkat ke-83 dari 191 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia dengan kategori tinggi. Di tahun 2012, utang masyarakat mencapai 35,5% dari PDB, inflasi 5,5% dan pertumbuhan PDB sebesar 3%. Warga Kuba mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa pendidikan, perawatan kesehatan, dan pangan. Biaya perumahan dan transportasi juga relatif rendah. (Wikipedia.org)

Negara Kuba merupakan salah satu negara yang membudidayakan tembakau untuk diproduksi menjadi cerutu. Bahkan, Kuba masuk nominasi 10 penghasil cerutu terbesar dunia. Oleh karena itu, cerutu Kuba diambil sebagai ikonnya. (Merdeka.com)

Penyebab Mati Listrik Kuba

Dilansir dari CNNIndonesia.com (19-10-2024), menurut Kementerian Energi Kuba Lazara Guerra, mati listrik total di Kuba diawali dari penghentian mendadak pembangkit listrik Antonio Guiteras yang sudah tergolong tua dan sedang mengalami sistem kolaps sehingga tidak dapat beroperasi lagi pada Kamis (17-10-2024).

Kerusakan pembangkit listrik tersebut salah satunya disebabkan oleh angin kencang dari Badai Milton dan Badai Ian, yang menerjang Kuba beberapa minggu lalu sehingga menyulitkan kapal-kapal di lepas pantai untuk memasok bahan bakar. Embargo perdagangan dan sanksi AS membuat Kuba sulit untuk mendapatkan bahan bakar dan suku cadang untuk mengoperasikan dan memelihara pembangkit listrik. Sebab, adanya pembatasan impor bahan bakar ke Negara Kuba oleh AS.

Dampak Mati Listrik

Mati listrik total di Kuba mengakibatkan seluruh fasilitas publik yang sifatnya tidak darurat semisal sekolah-sekolah, serta lembaga yang tidak terlalu penting terpaksa dipadamkan. Pasokan listrik dialihkan ke rumah-rumah warga. Sedangkan untuk rumah sakit dan pelayanan penting lainnya akan tetap dibuka dengan menggunakan bantuan generator.

Mati listrik secara terus menerus juga membuat aktivitas publik menjadi terhenti. Akibatnya, warga Kuba melakukan demonstrasi sebagai protes atas ketidakpastian dan kestabilan perekonomian. Bahkan, jika kondisi memungkinkan mereka siap turun dengan slogan-slogan antipemerintahan.

Krisis Kuba

Selama 30 tahun Kuba mengalami krisis ekonomi terburuk. Warga Kuba mengalami penurunan pendapatan mulai tahun 2020, diikuti dengan memburuknya pelayanan publik, pemadaman listrik rutin, kekurangan parah, munculnya pasar gelap yang terus berkembang dan terjadi ratusan ribu warga meninggalkan Kuba.

Krisis energi Kuba menurut Presiden Miguel karena adanya embargo perdagangan AS selama kurang lebih enam dekade, yang menekan impor bahan bakar. Meski embargo tersebut sempat dibuka di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama. Namun, Donald Trump ketika berkuasa kembali menjalankan embargo atas Kuba, dan hingga kini Kuba tetap di bawah embargo AS.

Di sisi lain, krisis energi diawali munculnya krisis ekonomi sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1990 sehingga terjadi inflasi dan menimbulkan kelangkaan bahan pangan, obat-obatan, bahan bakar, dan air. Tidak hanya itu, krisis ekonomi yang terjadi di Kuba juga dampak dari pandemi Covid -19 yang menghantam sektor pariwisata dan berakibat pada kesalahan manajemen ekonomi.

Akibat krisis energi ini, Kuba harus menyewa sebanyak 7 pembangkit listrik dan generator-generator kecil dari Turki. (CNNIndonesia.com)

Kapitalisme Akar Masalahnya

Krisis energi di Kuba tak lain akibat dari penerapan sistem kapitalisme. Diterapkannya sistem kapitalisme global telah melahirkan sistem ekonomi liberalis yang membebaskan terjadinya penguasaan sumber-sumber energi oleh individu atau swasta.

Kapitalisme menimbulkan adanya persaingan pasar bebas yang tidak sehat sehingga memungkinkan saling menjatuhkan dengan lawan saingnya. Dengan demikian, negara-negara adidaya sebagai pemilik modal terbesar yang akan mudah menguasai dan menjadi pemimpin perdagangan bebas dunia dan akan mengatur setiap kebijakan yang diambil.

Baca: Listrik Padam, Krisis Energi Menghantam Kuba

Ekonomi kapitalisme berasaskan manfaat, dengan prinsipnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Maka, kemakmuran hanya berpusat pada para korporasi atau pemilik modal saja. Kuba adalah salah satu contoh nyata dampak penerapan kapitalisme. Kapitalisme juga memunculkan kesenjangan sosial dan sikap individualisme. Oleh sebab itu, sikap kepedulian dan saling menolong yang ditunjukkannya hanya sebatas kemanfaatan.

Beginilah sistem kapitalisme yang tidak berpihak pada yang lemah. Kesengsaraan menjadi keniscayaan di sistem ini. Dari sini, apakah masih ingin mempertahankan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak ini? Tidak inginkan beralih ke sistem yang membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia?

Krisis Energi Tuntas dengan Islam

Sistem Islam sangat jauh berbeda dengan kapitalisme. Allah Swt. menitipkan sumber daya alam yang pengelolaannya diatur oleh Islam dan dapat dipergunakan untuk kemaslahatan rakyat. Individu dan swasta dilarang menguasai SDA tersebut. Rasulullah saw. bersabda, "Kaum muslimin berserikat dalam tiga hal yaitu, padang, air, dan api." (HR. Abu Dawud)

Terkait tiga hal dalam hadis di atas benar-benar dikuasai oleh negara. Pengelolaan dan pendistribusiannya merata dan dapat dirasakan seluruh rakyat. Seperti halnya kebutuhan listrik yang termasuk dalam kepemilikan umum. Sebagaimana dengan kebutuhan pangan, sandang, dan papan, listrik adalah kebutuhan mendasar bagi rakyat yang harus dipenuhi oleh negara. Maka, negara wajib menyediakannya baik diberikan secara gratis atau boleh menjual sesuai harga pasar. Kemudian hasil penjualan akan dibagikan ke rakyat berupa subsidi atau dengan cara lainnya. Oleh karena itu, mati listrik sebagaimana yang dialami Kuba tidak akan terjadi di negara Islam.

Hasil pengelolaan energi listrik akan dimasukkan ke dalam kas negara (baitulmal). Jika ada kelebihan pasokannya maka akan diekspor ke wilayah lain sehingga dapat membantu juga wilayah yang kekurangan listrik.

Negara Islam akan menjaga agar penguasa dan rakyat amanah terhadap fasilitas yang diberikan negara. Hal ini telah dicontohkan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis yang sedang berbincang-bintang dengan sahabatnya Abdullah.

Umar pun menyalakan lilin dan menanyakan kepada Abdullah perihal tentang rakyatnya apakah ada yang terzalimi. Setelah dijawab kemudian Abdullah menanyakan kabar tentang keadaan Umar dan keluarganya, seketika Umar mengganti lilin yang kecil sehingga membuat Abdullah bertanya-tanya. Lalu, Umar pun menjelaskan kepada Abdullah, agar tidak memakai fasilitas negara untuk kepentingan pribadi.

Khatimah

Mati listrik di Kuba karena embargo adalah cerminan betapa kapitalisme mampu menjadi sistem penjajah yang andal. Berbeda dengan Islam yang sistemnya bertujuan untuk rahmatan lil 'alamin sehingga di mana pun ia berada kesejahteraan masyarakat yang akan terjadi, insyaallah. Demikian sempurnanya sistem Islam dalam mengatur dan mengelola energi sehingga rakyat tidak ada yang merasakan lagi krisis energi. Dengan penerapan sistem Islam, umat manusia akan terjamin kemaslahatannya.

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Tutik Haryanti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Battle of Tours, Saksi Jihad di Gerbang Prancis
Next
Tawakal dalam Mendidik Anak
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Sambas
Yuli Sambas
22 days ago

Ternyata negeri Cerutu itu Kuba ya, barakallah Mbak tutik

Deena
Deena
22 days ago

Penguasaan sumber2 energi oleh segelintir kapitalis telah menyebabkan negara mengalami krisis energi. Negara menjadi tergantung dengan luar negeri dalam memenuhi kebutuhan energinya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram