Konflik Iran-Israel dan Interdependensi Ekonomi

Konflik Iran-Israel dan interdependensi Ekonomi

Konflik Iran-Israel akan menciptakan efek domino berupa kenaikan harga barang dan jasa di berbagai belahan dunia.

Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Konflik Iran-Israel kembali memanas sejak awal Oktober lalu. Ketegangan terjadi setelah Iran menembakkan 180 rudal ke Israel. Konflik ini tentu memengaruhi kondisi ekonomi Iran dan dunia, terutama nilai minyak global. Setelah serangan yang dilakukan Iran, harga minyak global merangkak naik sebesar 5% dan harga minyak mentah Brent menyentuh $75 (€67) per barel. Lonjakan harga ini merupakan yang tertinggi dalam setahun. Kondisi ini dikhawatirkan terus memburuk menyusul adanya laporan bahwa Iran akan kembali meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel. (DW.com, 2-10-2024)

Setidaknya laju inflasi merayap naik sebesar 0,1% di negara-negara maju akibat konflik Iran-Israel. Selama ini, Iran memang memainkan peran sebagai salah satu pemasok produksi minyak global dan menyumbang sekitar 4% dari produksi minyak dunia. Jika Iran tetap dalam kondisi konflik, dikhawatirkan pasokan minyak dunia akan mengalami kendala.

Kondisi Ekonomi Iran sebelum Konflik

Ekspor minyak merupakan sumber pendapatan bagi Iran. Meskipun Amerika tengah menetapkan sanksi atas industri minyak di negara itu, nyatanya Iran terus menjual minyak keluar negeri, terutama ke Cina. Kilang-kilang minyak di negeri Tirai Bambu itu menjadi peminat utama minyak ilegal dari Iran. Iran menjual minyak ini melalui armada gelap yang terdiri dari 383 kapal. Penyelundupan minyak ke Cina yang dilakukan oleh armada gelap Iran untuk menghindari sanksi. Bahkan, Iran menjual minyak lebih murah 20 persen dari harga pasar sebagai kompensasi atas risiko yang dihadapi pembeli karena sanksi.

Iran mampu menjual minyaknya hingga menembus 1,56 juta barel per hari. Keuntungan yang diperoleh pun cukup fantastis, yakni lebih dari $53 miliar per tahun. Akan tetapi, kondisi yang luar biasa ini ternyata tidak membawa perubahan bagi masyarakat Iran. Jauh sebelum meningkatnya konflik antara Iran dan Israel, Iran sudah menderita inflasi yang cukup tinggi, pengangguran meningkat, dan mata uang yang anjlok.

Sanksi yang diterima Iran tidak hanya berimbas pada ekspor minyaknya, tetapi juga mengekang Iran dalam transaksi keuangan internasional. Akibatnya, mata uang Iran menukik tajam hingga ke batas 580.000 rial per satu dolar AS. Meskipun pendapatan minyak Iran mulai membaik beberapa tahun belakangan, kondisi ekonomi Iran masih jauh dari kekuatan ekonomi. (DW.com, 3-10-2024)

Pengaruh Konflik Iran-Israel pada Ekonomi Dunia

Jika konflik Iran-Israel terus berlangsung, kondisi ini dikhawatirkan akan memicu peningkatan harga minyak secara signifikan. Israel bukan negara utama pemasok produksi minyak dunia, tetapi potensi eskalasi konflik yang melibatkan negara-negara penghasil minyak dunia dapat memengaruhi pasar minyak global.

Dalam teori sistem ekonomi kapitalisme, tingginya harga minyak dunia akan berpengaruh pada suku bunga yang tinggi dan melemahnya aktivitas ekonomi seperti belanja masyarakat dan investasi bisnis. Suku bunga federal (FFR) akan stagnan di suku bunga tinggi dalam jangka panjang. Situasi ini dinilai akan menguntungkan Amerika dan melemahkan ekonomi negara-negara berkembang, sebab investor pasti lebih tertarik untuk melakukan investasi aset berdenominasi dolar.

Naiknya harga minyak juga akan berafiliasi pada biaya operasional pabrik-pabrik yang bergantung pada minyak. Dari biaya produksi hingga biaya pengiriman barang. Konflik Iran-Israel ini akan menciptakan efek domino berupa kenaikan harga barang dan jasa di berbagai belahan dunia. Inflasi pun akan meningkat seiring dengan kenaikan harga-harga barang.

Minyak dan PDB Global

Minyak menyumbang sekitar 3 persen untuk PDB global dan merupakan salah satu komoditas penting di dunia. Hampir seluruh dunia menggantungkan produksinya pada minyak. Produk yang berasal dari minyak dapat ditemukan dalam banyak produk, seperti bahan kimia, plastik, pupuk, alat pelindung diri, bahan bakar transportasi, dan panel surya.

Tentunya teori penawaran dan pemintaan yang berlaku dalam kapitalisme akan sangat berpengaruh pada harga minyak dunia. Saat permintaan terhadap minyak tinggi, sedangkan jumlah penawaran sedikit, harga minyak dipastikan akan melonjak tinggi. Inilah yang terjadi dalam geopolitik konflik Iran-Israel. Pasokan minyak yang berkurang dari Iran akan berpengaruh pada jumlah penawaran global.

Interdependensi Ekonomi dalam Kapitalisme

Konflik Iran-Israel ini membuktikan adanya interdependensi ekonomi antarnegara. Interdependensi ekonomi dalam kapitalisme merupakan buah dari partisipasi negara-negara dalam sistem ekonomi global. Negara-negara ini saling berserikat dalam perdagangan internasional. Perdagangan ini bisa meliputi segala bentuk barang, baik barang jadi, barang setengah jadi, atau barang mentah seperti minyak. Interdependensi ekonomi ini dapat diartikan sebagai kondisi di mana apa yang terjadi pada suatu negara akan berpengaruh pada negara lain dan apa yang akan ditetapkan pada suatu negara akan bergantung pada tindakan atau kebijakan negara lain.

Interdependensi ekonomi ini bermula dari kebijakan pascaperang dunia kedua untuk mencegah terulangnya peristiwa beggar-thy-neighbour (kebijakan yang diambil dengan mengorbankan negara lain). Lalu dibentuklah General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT) untuk mendorong internasionalisasi ekonomi secara progresif dengan program “Tatanan Ekonomi Internasional Liberal”. GATT kemudian bertransformasi menjadi World Trade Organization (WTO) dengan cakupan negara yang lebih luas dan mengatur berbagai aspek perdagangan internasional seperti barang, jasa, dan kekayaan intelektual. Prinsip WTO, perdagangan internasional dapat berjalan semulus mungkin dan bebas hambatan.

Interdependensi Ekonomi dan Neokolonialisme

Sayangnya, sistem ekonomi kapitalisme justru tak seindah teori. Interdependensi ekonomi justru merupakan jerat neokolonialisme. Sekilas ide ini memang tampak bagus sebab WTO selalu menekankan bahwa negara-negara di dunia ini memiliki sumber daya alam yang berbeda sehingga dibutuhkan kerja sama untuk memudahkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.

Akan tetapi, mekanisme ini justru makin menciptakan kelemahan dan ketergantungan ekonomi negara-negara dunia ketiga. Mirisnya lagi, ada negara-negara penghasil minyak yang justru mengabaikan kebutuhan negara dan dipaksa untuk mengekspor minyak ke luar negeri guna memenuhi kebutuhan pasar internasional.

Negara-negara dunia ketiga pun harus  tunduk pada skema perdagangan yang telah ditetapkan WTO. Kemudian, negara-negara imperialisme akan memasukkan kepentingan mereka lewat pintu ini. Dari semua situasi ini, dilihat dari sisi mana pun, Amerika adalah pihak yang paling diuntungkan. Baik dari sisi dolar yang menjadi acuan mata uang dunia sehingga akan tetap berada pada posisi teratas dan memiliki kekuatan atas mata uang negara lain, juga dari sisi Amerika sebagai pihak berpengaruh di WTO yang bisa mengendalikan kepentingannya di pasar luar negeri.

Islam Mewujudkan Kemandirian Ekonomi

Berbeda dengan kapitalisme, Islam justru akan mewujudkan kemandirian ekonomi yang membuat Khilafah tidak perlu bergantung kepada kondisi ataupun kebijakan negara lain. Khilafah bebas menetapkan aturan ekonomi apa pun tanpa intervensi dari pihak asing, selama aturan itu tidak bertentangan dengan hukum syarak.

Kemandirian ekonomi Khilafah akan terwujud dengan beberapa langkah.

Pertama, Khilafah akan memaksimalkan potensi seluruh sumber daya alam yang dimiliki negerinya. SDA ini akan digunakan sepenuhnya untuk kemaslahatan umat, kemakmuran umat, dan kebutuhan dalam negeri. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 29:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا

Artinya: “Dialah Allah yang menciptakan segala yang ada di bumi ini untukmu....”

Kedua, hubungan luar negeri Khilafah telah ditetapkan oleh hukum syarak. Khilafah tidak boleh menjalin aliansi dengan negara kafir yang secara terang-terangan menentang umat Islam. Adapun perjanjian dengan negara yang dibolehkan oleh syariat, maka pertimbangan utamanya tetaplah kemaslahatan umat, bukan yang lain. Selain itu, kesatuan negeri-negeri kaum muslimin akan menjadikan Khilafah sebagai negara dengan kekayaan alam yang sangat berlimpah. Ini adalah modal besar bagi Khilafah untuk mewujudkan kemandirian ekonomi, tanpa perlu intervensi dari asing.

Ketiga, konsep mata uang dinar dan dirham yang ditetapkan Islam juga membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam tidak mudah mengalami krisis ekonomi.

Khatimah

Konflik Iran-Israel yang berdampak pada inflasi mata uang negara-negara dunia adalah akibat dari interdependensi ekonomi yang terjadi dalam sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme telah menghimpun negara-negara dunia ini ke dalam satu wadah besar bernama WTO. Dengan dalih kemudahan perdagangan, WTO justru menjadi alat untuk melancarkan kepentingan Barat dan menciptakan ketergantungan ekonomi.

Politik ekonomi Islam akan mewujudkan kemandirian ekonomi tanpa bergantung pada negara lain. Kemandirian sistem ekonomi Islam tidaklah sama dengan kemandirian sistem ekonomi sosialis yang mengesahkan konsep sama rata sama rasa. Kemandirian sistem ekonomi Islam akan menciptakan keseimbangan ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya tanpa perlu khawatir kondisi geopolitik negara lain.

Wallahu ’alam bish-shawaab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Legislasi DPR, Mungkinkah Bebas dari Kepentingan?
Next
Terapi Cinderella, Sisi Gelap Pekerja Korsel
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty
Netty
13 days ago

Kereen... Baarakallahu fiik mbak kuh.

Novianti
Novianti
15 days ago

Dalam tatanan sistem kapitalis, sebuah negara sangat rentan ketika terjadi pergolakan politik antar negara. Perang israel Iran berlanjut bisa dijadikan alasan bagi persoalan ekonomi di Indonesia.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram