Kuil Hindu Terbesar UEA Resmi Dibuka, Apa Kabar Muslim India?

“Sejatinya, proyek ini bukanlah kebanggaan, namun sesuatu pengkhianatan yang nyata bagi kaum muslimin. Bagaimana tidak, di tengah perjuangan umat muslim minoritas untuk mendapat perlindungan dari kekejian etnis Hindu, UEA malah menggelar karpet merah dengan memberikan kenyamanan dan perlakukan istimewa kepada kelompok penindas kaum muslim tersebut.”

Oleh. Renita
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Promosi toleransi antarumat beragama makin getol dilakukan pemerintah Uni Emirat Arab. Sebelumnya, UEA telah mendaulat seorang menteri khusus toleransi, menggelar festival toleransi tahunan sekaligus menetapkan tahun 2019 sebagai tahun toleransi. Kini, UEA dikabarkan telah meresmikan kuil Hindu terbesar di negeri penyabet 700 rekor Guinness World Record tersebut.

Sebagaimana diwartakan dari arrahmah.id (4/10/2022), Uni Emirat Arab (UEA) telah meresmikan pembukaan kuil Hindu terbesar pada Selasa (4/10) yang berlokasi di Jeber Ali, Dubai Selatan. Menteri Toleransi dan Koeksistensi UEA, Syekh Nahyan bin Mubarak Al-Nahyan, menyalakan lentera di aula serbaguna kuil sebagai tanda peresmian rumah ibadah umat Hindu tersebut. Untuk pertama kalinya, para jemaah pun memasuki kuil Hindu terbesar di negeri bertabur gedung pencakar langit itu. Kuil baru ini diklaim sebagai perkembangan “desa pemujaan” yang telah mewadahi sembilan kuil keagamaan, termasuk tujuh gereja, Guru Nanak Darbar dan Sikh Gurudwara.

Lantas, benarkah proyek ini merupakan suatu kebanggaan bagi umat muslim karena telah sukses memanifestasikan toleransi antarumat beragama? Atau kah justru merupakan bentuk pengkhianatan nyata bagi muslim India dan muslim tertindas lainnya? Bagaimana pula dampak nasionalisme dan toleransi terhadap kesatuan kaum muslim dunia?

Kuil Baru untuk Akomodasi Komunitas Hindu

Kaum minoritas Hindu di Dubai kini dapat tersenyum bahagia, lantaran harapannya memiliki tempat peribadatan yang lebih layak dapat terealisasi dengan peresmian kuil baru di Jeber Ali, Dubai. Apalagi distrik pelabuhan Jeber Ali merupakan wilayah terdekat dengan wisma yang ditempati ribuan pekerja dari Asia Selatan. Keberadaan kuil yang dinamakan Sindhi Guru Darbar ini diharapkan dapat memfasilitasi tempat peribadatan bagi komunitas Hindu India, termasuk buruh dan pekerja migran yang tinggal di wilayah tersebut.

Proses pembangunan kuil megah dengan marmer putih besar itu dikabarkan telah menelan biaya sebanyak 60 juta dirham atau sekitar 16 juta dolar AS. Kuil yang digadang-gadang dapat menampung 1.000 orang ini, akan difungsikan sebagai wadah untuk mengakomodasi semua aliran agama Hindu serta pusat dukungan bagi ekspatriat India, terutama buruh, pengacara dan dokter medis yang menawarkan layanan sukarela. UEA juga akan memfasilitasi bus khusus untuk pengunjung kuil seluas 2.300 meter persegi tersebut. (republika.com,6/10/2022)

Selain itu, pembukaan kuil akan dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tempat ibadah pada Oktober 2022 dan fasilitas lainnya dibuka pada Januari 2023. Fasilitas itu terdiri dari ruang perjamuan seluas 4.000 kaki persegi, ruang pengetahuan serta ruang serbaguna. Nantinya kuil juga akan menggelar perayaan untuk festival Hindu seperti Navratri dan Diwali. Dengan adanya kuil baru ini sebanyak 1,4 juta umat Hindu diharapkan dapat berkunjung ke sana, begitu pula wisatawan dan penduduk dari agama lain. Namun, untuk mencegah adanya keramaian, penyelenggara hanya membuka sistem pemesanan online bagi 1000 orang per hari. (tribunnews.com, 10/8/2022)

UEA Makin Unjuk Gigi sebagai Negara Toleransi

Berbagai kebijakan yang digulirkan pemerintah UEA selama beberapa tahun ini makin menguatkan praktik toleransi negara tersebut terhadap agama minoritas Hindu. Sebelumnya pemerintah UEA pernah memberikan lahan untuk pembangunan sebuah kuil bagi komunitas Hindu di Abu Dhabi pada Agustus 2015. Hal ini memantik kegemparan masyarakat di wilayah tersebut, walaupun sampai saat ini kuil tersebut masih dalam proses pembangunan. Di tahun yang sama pemerintah UEA juga menjalankan Program Toleransi Nasional, yaitu mengesahkan UU Antidiskriminasi/Antikebencian. Bahkan, pada tahun 2016 UEA mendaulat Syekh Mohammed bin Rashid Al Maktoum sebagai Menteri Toleransi.

Selanjutnya, berdasarkan situs resmi pemerintah UEA, pada Desember 2018 Syekh Khalifa bin Zayed menetapkan tahun 2019 sebagai Tahun Toleransi. Hal ini bertujuan untuk menjadikan UEA sebagai ibu kota global toleransi dan pendekatan-pendekatannya. Negara Teluk tersebut juga berharap dapat menjembatani komunikasi orang-orang dengan budaya berbeda dalam lingkungan yang saling menghargai, menolak ekstremisme serta mengutamakan pada penerimaan satu sama lain. Untuk merealisasikannya, UEA mengeklaim lima pilar yang diadopsinya. Semuanya memfokuskan pada nilai-nilai toleransi yang dimanifestasikan melalui beberapa langkah, mulai dari mengedukasi, menggelar dialog, hingga mengambil langkah-langkah berhubungan dengan regulasi serta legislasi.(idntimes.com)

Selain itu, UEA juga rutin mengadakan festival toleransi setiap tahun dengan menyatukan seluruh umat beragama, termasuk Hindu. Acara ini diklaim sebagai bentuk komitmen mereka dalam mengangkat khazanah kemajemukan, persatuan, nilai-nilai toleransi dan kasih sayang yang selaras dengan Islam. Dan terakhir peresmian kuil baru Hindu terbesar di Jeber Ali, Dubai yang makin mempertontonkan kuatnya toleransi UEA terhadap minoritas Hindu. Lantas, benarkah unjuk giginya UEA sebagai negara toleran, merupakan suatu kebanggaan bagi umat dengan dalih Islam merupakan agama damai dan kasih sayang?

Pengkhianatan yang Nyata

Secara vulgar UEA berusaha menyajikan citra negara toleran yang menopang keanekaragaman budaya dan kebebasan beragama. UAE mencoba tampil sebagai negara berbudaya dan beradab yang menaungi dan menghormati semua agama, terutama minoritas. Meskipun pada kenyataannya, banyak yang mengkritik UEA hanya sedang membangun citra tanpa bukti, karena masih bermasalah dalam kebebasan berekspresi dan kritik yang berujung pada pemenjaraan aktivis.

Selain itu, tentu kita tidak lupa perlakuan komunitas Hindu terhadap minoritas muslim di negaranya. Mereka sama sekali tidak memberikan ruang kepada umat Islam untuk mendapat kehidupan dan keamanan yang layak di negaranya. Lihat saja, bagaimana kaum muslim di India yang dalam beberapa tahun terakhir makin mendapat diskriminasi dan penekanan secara represif oleh etnis Hindu di bawah Pemerintahan Narendra Modi. Dengan menggunakan isu antiIslam, rezim Hindu BJV menggulirkan berbagai kebijakan yang makin mempersempit kebebasan umat muslim India dalam menerapkan hukum syariat.

Sejatinya, proyek ini bukanlah kebanggaan, namun sesuatu pengkhianatan yang nyata bagi kaum muslimin. Bagaimana tidak, di tengah perjuangan umat muslim minoritas untuk mendapat perlindungan dari kekejian etnis Hindu, UEA malah menggelar karpet merah dengan memberikan kenyamanan dan perlakukan istimewa kepada kelompok penindas kaum muslim tersebut. Meskipun pemerintah UEA menyatakan pengecaman dan dukungannya terhadap etnis muslim tertindas, nyatanya semua itu hanyalah omong kosong belaka. Persaudaraan sesama muslim seolah tidak ada artinya dibandingkan unsur kepentingan UEA ketika berhubungan mesra dengan etnis Hindu. Apalagi pembangunan kuil ini dikabarkan akan dibuka untuk pengunjung nonHindu menjadi destinasi wisata. Tampak jelas, kepentingan ekonomi juga politik pemerintah UEA untuk meningkatkan pamornya di mata dunia. Demi kedudukan, kemajuan serta kepentingan dunia, penguasa muslim rela menggadaikan idealisme agamanya. Ironis!

Sekat Nasionalisme Lenyapkan Ukhuwah Islamiah

Ketika penganiayaan dan penindasan terus dialami muslim India, dan negeri lainnya, tak ada satu pun penguasa muslim yang mengulurkan tangannya untuk mengakhiri penderitaan mereka. Mereka hanya mengecam dan mengutuk perbuatan biadab yang selalu dialami muslim minoritas oleh etnis Hindu. Paling banter mereka memberikan dukungan dana yang hanya merupakan solusi parsial untuk kelangsungan hidup mereka. Lebih banyak pemerintah dan penguasa muslim yang berdiam diri terhadap nasib muslim seakidahnya, mereka justru malah menjalin hubungan mesra dengan kelompok pembantai dan penindas kaum muslimin.

Para penguasa muslim hari ini menganggap penderitaan umat Islam di luar wilayah teritorialnya bukanlah hal yang urgen untuk diselesaikan. Karena mereka hanya warga negara asing, tak ada hubungan atau kepentingan apa pun di dalamnya. Padahal sesama umat muslim terikat dengan akidah yang sama, yaitu Islam. Mereka seolah amnesia dengan firman Allah Swt. dalam surah Al-Hujurat ayat 10, yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara”.

Semua ini tak bisa dilepaskan dari paham nasionalisme dan sistem nation state yang melenyapkan ukhuwah Islam, memecah belah kaum muslimin, bahkan melegitimasi untuk berdiam diri dari semua penindasan tersebut. Para penguasa dan pemerintah negeri-negeri muslim saat ini tak menyadari bahwa nasionalisme merupakan penyakit busuk yang melucuti mereka dari kemanusiaan, menjadikan mereka mematung dan lumpuh di tengah penindasan dan genosida tanpa ada upaya untuk bertindak, kecuali demi kepentingan nasional mereka.

Butuh Khilafah

Paham nasionalisme dan sistem negara bangsa merupakan biang keladi di balik pengkhianatan penguasa muslim dan umat Islam. Mereka tersandera oleh kepentingan nasional dan hegemoni asing, sehingga tak berdaya dan tega menelantarkan saudara seakidahnya. Sungguh, umat Islam membutuhkan kepemimpinan yang akan melindungi semua muslim tanpa memandang etnis, ras, dan tanah kelahiran mereka, itulah Khilafah Islamiah.

Khilafah akan memobilisasi tentara untuk membebaskan tanah kaum muslim, membela kehormatan serta melindungi darah umat muslim India juga kaum muslimin yang tertindas lainnya. Khilafah akan membebaskan saudara-saudara muslim dari berbagai penindasan, pelecehan, dan pembantaian kaum kafir. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, “Imam/Khalifah itu tak lain laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai di mana orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng”.

Konsep nyata bahwa muslim yang satu dengan muslim yang lain adalah satu tubuh hanya bisa termanifestasikan oleh negara Khilafah. Karena Khilafah tidak mengenal istilah nation state. Pemersatu Khilafah adalah ikatan akidah Islam. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan (sakit) demam dan tak bisa tidur”. (HR. Bukhari-Muslim)

Khatimah

Bergemingnya penguasa muslim dan umat Islam terhadap nasib muslim India dan muslim tertindas lainnya hari ini merupakan konsekuensi dari menjalarnya racun nasionalisme di tubuh umat Islam. Mereka mengagungkan konsep nation state dan melupakan konsep Khilafah. Padahal, negara Khilafahlah yang akan mampu melindungi umat dari segala penderitaan dan penindasan dan menyatukan mereka dalam peradaban Islam yang mulia. Sehingga, tak akan ada lagi negeri-negeri muslim yang menjalin kemesraan dengan kaum kafir pembantai kaum muslimin. Mari kita perjuangkan penegakan Khilafah yang akan memberikan perlindungan maksimal dan menyelamatkan kaum muslimin dari kebiadaban kaum kafir. Allahu Akbar!

Wa’allahu a’lam bish shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Renita Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Belanja Mahal Anggota Dewan di Tengah Ancaman Resesi
Next
Sentuhan-Nya Menggetarkan Jiwa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram