Berharap pada Demokrasi? No Way!

"Demokrasi tidak akan pernah mampu menyejahterakan rakyat secara keseluruhan. Ilusi menjadikan demokrasi sebagai jembatan menuju perubahan Islam kaffah. Demokrasi tak pernah terbukti menjadi jalan penerapan syariat Islam. Kita jangan mau tersihir oleh mantra-mantra sesat demokrasi hingga menaruh kepercayaan bahwa demokrasilah jalan satu-satunya untuk mengubah sistem kehidupan."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Aroma tahun-tahun politik mulai mengendus, Guys. Tak hanya di Indonesia, beberapa negara di dunia pun mulai mempersiapkan anggaran fantastis untuk pemilihan serentak. Sebenarnya sudah jadi rahasia umum di tengah masyarakat, siapa pun yang terpilih belum tentu memberikan kepuasan pada rakyat. Hal ini bisa jadi karena yang terpilih memang tidak sesuai dengan harapan rakyat, bisa juga karena sistem yang tidak pernah berpihak pada kepentingan rakyat.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Irak, Guys. Irak rupanya berada pada kondisi terburuk bahkan dinilai kian kacau di tengah kekosongan kursi perdana menteri sejak pemilu 10 bulan lalu. Berdasarkan pengakuan demonstran kepada AFP, Abdelwahab al-Jaafari, politikus di parlemen tak memberikan rakyat apa-apa. Hingga akhirnya pada Minggu (31/7), pendukung ulama kenamaan Irak, Moqtada Sadr, kembali menduduki kursi panas parlemen.

Demokrasi Tak Berpihak

Peristiwa yang terjadi di Irak bukanlah peristiwa yang langka dalam sistem demokrasi, Guys. Kekosongan kursi parlemen, adanya musuh politik, demonstran pendukung, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang lumrah.Yang menjadi poinnya adalah siapa pun yang berkuasa dalam sistem demokrasi rupanya tak menjamin dirinya menjadi penguasa yang bisa berkuasa atas kepemimpinannya. Al-Jazair pun pernah mengalami hal serupa. Negeri mayoritas berpenduduk Islam pun tak berkutik di bawah naungan sistem demokrasi. Sejak 2019 silam, sistem dan kultur demokrasi menumbangkan Presiden Abdelaziz Bouteflika.https://narasipost.com/2022/02/23/muskaan-khan-sinyal-kuat-wujudkan-perisai-umat/

Padahal pada kenyataannya, mereka sendiri yang memilih pemimpin tersebut, namun mereka sendiri yang menumbangkannya. Sistem demokrasi memang tidak pernah memberi kepuasan pada rakyat, Guys. Sampai periode kapan pun kultur ganti presiden, tumbangkan presiden senantiasa akan dijumpai dalam demokrasi. Kalau kita menelaah kembali eksistensi pemimpin dalam sebuah negara, sudah menjadi tanggung jawab dan tugas seorang pemimpin untuk berpihak pada rakyat. Namun dalam perjalanannya, tidak semua keinginan dan harapan rakyat mampu dipenuhi.

Baik Irak maupun Al-Jazair, bahkan Indonesia sekalipun sama-sama merupakan negeri mayoritas berpenduduk muslim. Seharusnya ya, Guys, penguasa-penguasa yang ada di negara tersebut mencerminkan kepemimpinan Islam, berpihak pada hak-hak rakyat khususnya pada kaum muslimin. Namun faktanya jauh panggang dari api. Sejatinya, pemimpin dalam Islam akan senantiasa berpihak kepada rakyat, sebab itu telah menjadi tujuan politiknya, yakni mengurusi urusan rakyat. Bahkan kepentingan rakyat menjadi prioritas pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya. Tak perlu melakukan pencitraan untuk mengambil hati rakyat sebagaimana yang sering terjadi saat ini tatkala jelang tahun-tahun politik. Rakyat secara otomatis akan mencintai pemimpinnya jika tidak berlaku zalim pada rakyatnya. Sebagaimana kepemimpinan Rasulullah saw., khulafaur rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya yang begitu mencintai rakyatnya.

Demokrasi Cacat Fundamental

Tak ada lagi yang perlu diharapkan dalam sistem yang meminggirkan hak Sang Pencipta Sebagai pembuat dan penetap hukum dalam menjalani kehidupan. Kita semua sudah tahu, Guys, pemilik kedaulatan sejati dalam sistem demokrasi adalah rakyat. Dalam lensa demokrasi, rakyat berhak menuntut pemenuhan kedaulatannya. Bagi rakyat, kedaulatan adalah segalanya karena akan menentukan arah kehidupannya ke depan. Namun pada praktiknya, kedaulatan mereka justru dirampas oleh pihak lain demi mewujudkan kepentingan-kepentingannya.

Pengusung demokrasi mengklaim bahwa demokrasi harga mati dan sistem terbaik. Menurut mereka, demokrasi mampu menjanjikan kemakmuran, kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan dalam kehidupan. Benarkah demikian, Guys? Rupa-rupanya tidak alias no way! Kuberi tahu ya, demokrasi itu sesungguhnya sudah cacat sejak lahir. Kenapa begitu? Iya lah! Lihat saja asas yang membangun sistem ini sejak awal adalah sekularisme yang dalam istilahnya menafikan keberadaan agama. Sistem ini bahkan cenderung menuhankan manusia.

Maksudnya gimana tuh menuhankan manusia? Maksudnya, manusia punya ranah yang menentukan baik-buruk serta halal-haram dalam kehidupan, bukan Allah yang merupakan Penguasa alam semesta. Oleh karenanya dalam demokrasi, rakyat memiliki kuasa untuk membuat hukum, undang-undang, dan segala peraturan kehidupan bagi mereka di dunia ini, Guys. Inilah kecacatan fundamental demokrasi dan amat sangat bertentangan dengan Islam.

Jangan Berharap pada Demokrasi!

Salah besar jika masih ada di antara kita (kaum muslim) yang meyakini bahwa demokrasi sejalan dengan ajaran Islam. Tidak, Guys. Sekali-kali tidak! Demokrasi hanya menyejahterakan kaum elit itu pun sedikit. Demokrasi tidak akan pernah mampu menyejahterakan rakyat secara keseluruhan. Ilusi menjadikan demokrasi sebagai jembatan menuju perubahan Islam kaffah. Demokrasi tak pernah terbukti menjadi jalan penerapan syariat Islam kaffah. Kita jangan mau tersihir oleh mantra-mantra sesat demokrasi hingga menaruh kepercayaan bahwa demokrasilah jalan satu-satunya untuk mengubah sistem kehidupan.https://narasipost.com/2022/06/06/pajak-demokrasi-vs-islam/

No way, Guys! Kita sebagai umat Islam, jika menginginkan perubahan revolusioner, tentu melalui jalan yang sahih, jalan yang diridai Allah Swt. sebagaimana Allah meridai perjuangan Rasulullah saw. ketika menegakkan syariat Islam secara kaffah di Madinah. Patut diingat bahwa pelaksanaan syariat Islam secara kaffah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Oleh karena itu, penerapannya hanya bisa dilakukan dalam institusi Khilafah yang telah terbukti membangun peradaban gemilang selama berabad-abad lamanya.

Satu-satunya teladan kita dalam mewujudkan perubahan hakiki adalah Rasulullah saw. Bagaimana beliau begitu gigih berjuang melakukan perubahan di tengah rusaknya sistem jahiliah yang begitu dahsyat menyeret masyarakat ke alam kebodohan dan kebinasaan. Perubahan hakiki yang dilakukan oleh Rasulullah saw. ditempuh melalui dakwah secara berjemaah. Kondisi hari ini sejatinya refleksi kondisi di masa jahiliah yang rusak oleh sistemnya. Kehidupan Rasulullah saw. sejak saat itu berwarna dan bermakna akibat aktivitas dakwah yang dilakukan, baik pada keluarganya, orang-orang terdekatnya, maupun lingkungan di sekitarnya.

Aktivitas dakwah yang dilakukan Rasulullah saw. begitu rapi dan terorganisir. Beliau tidak hanya mengajak memeluk Islam, namun juga mengajarkan Al-Qur'an agar titah Allah sebagai Sang Pencipta diterapkan secara totalitas di muka bumi. Dengan dakwah, akan mewujudkan masyarakat Islam, mewujudkan penerapan syariat Islam, dan ini tidak bisa dilakukan sendirian, Guys, melainkan harus berjemaah bahu-membahu agar dapat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan sampai janji Allah menjadikan Islam berkuasa di atas dunia benar-benar terwujud.

Oleh karena itu, berhentilah berharap pada demokrasi! Sebaliknya, fokuslah pada orientasi perjuangan umat Islam untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam yang berdasar pada syariat Islam kaffah agar kemakmuran, kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di alam semesta ini. Wallahu a'lam bi ash-shawab.

Khatimah

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Artinya:
"Jika sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir." (QS. Al-Hasyr: 21)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Nikmat Berjemaah dan Menunaikan Amanah
Next
Zimbabwe Hiperinflasi, Koin Emas Jadi Solusi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram