Pilpres AS, Akankah Berdampak Global?

Pilpres AS

Pilpres AS akan berdampak pada kebijakan yang dikeluarkannya untuk mengelola negaranya dan negara-negara lainnya.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Amerika Serikat akan menggelar pemilihan presiden (pilpres) tahun ini, tepatnya pada 5 November 2024. Pilpres ini merupakan pemilihan presiden ke-60 di Amerika Serikat. Dalam pilpres tersebut, Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump akan kembali menjadi calon presiden yang memperebutkan posisi nomor satu di Amerika Serikat.

Sebelum pemilihan, calon presiden diharapkan menyampaikan visi dan misinya terhadap masalah yang terjadi di negaranya dalam sebuah debat. Debat perdana pemilihan presiden AS diadakan pada 27 Juni lalu. Pada debat tersebut terlihat performa Presiden Joe Biden anjlok ketika menghadapi Donald Trump.

Hal ini pun dibenarkan oleh Presiden Joe Biden pada pidatonya di North Carolina, sehari setelah debat calon presiden. Ia mengatakan bahwa performa debatnya menurun diakibatkan faktor usia yang makin senja. Akan tetapi, ia juga mengatakan bahwa dirinya tahu cara menyampaikan kebenaran, mampu mengetahui mana salah dan benar saat memimpin, serta dirinya juga mampu menyelesaikan masalah yang terjadi di AS (CNNIndonesia.com, 29-06-2024).

Lantas, apakah hal ini membuat Joe Biden mundur pada pilpres 2024? Benarkah bahwa  pemilihan presiden di AS hanya perebutan kekuasaan antara Partai Demokrat dan Partai Republik? Kemudian, apakah pilpres di negara adidaya tersebut berpengaruh pada dunia?

Joe Biden Mundur dari Pilpres AS?

Performa debat Presiden Joe Biden diakui buruk, bahkan hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi Partai Demokrat terkait keberlanjutan Joe Biden pada kontestasi pemilihan presiden tahun ini. Namun, hal ini tidak akan membuat Biden mundur untuk menjadi calon presiden selanjutnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Ahli Strategi Partai Demokrat David Axelrod, performa Biden dalam debat melawan Trump memang tidak maksimal. Meskipun begitu, tidak mudah untuk membuat Biden mundur dari Pilpres AS 2024.

Hal ini dikarenakan Biden telah terpilih menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Selain itu, Biden juga telah dipilih oleh hampir seluruh delegasi partai dalam proses pemilihan awal. Di sisi lain, Juru Bicara Kampanye Biden, Setg Schuster juga menjamin bahwa Biden tidak akan mundur sebagai calon presiden pada Pilpres AS 2024 pascadebat dengan Donald Trump.

Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa Biden akan tetap menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat, sedangkan Trump akan menjadi kandidat presiden dari Partai Republik.

Tradisi Suksesi Pemerintahan AS

Suksesi pemerintahan merupakan pergantian pemerintahan dalam suatu negeri, misalkan pergantian presiden (Sugeng Istanto, 1998: 83). Dalam suksesi pemerintahan di AS terdapat hal unik, yaitu suksesi pemerintahan di AS hanya diisi oleh 2 partai politik, yakni Partai Demokrat dan Partai Republik. Kita ketahui bahwa Amerika Serikat merupakan negara demokrasi terbesar di dunia setelah India, tetapi mengapa mereka hanya memiliki dua partai politik peserta pilpres?

Diketahui, kedua partai politik tersebut mulai mendominasi sekitar tahun 1800-an atau pada abad ke-19. Kala itu, tepatnya pada masa kepemimpinan Washington, elite politik terbagi menjadi dua kubu, yaitu kubu Partai Federalis yang dipegang oleh Hamilton dan kubu anti-Partai Federalis (Partai Demokrat-Republik) yang dipegang oleh Thomas Jefferson dan James Madison.

https://narasipost.com/opini/11/2020/pemenang-pilpres-akankah-amerika-berubah/

Pada mulanya, Partai Federalis menunjuk John Adams sebagai pengganti dari Washington. Namun, pada 1801, Partai Demokrat-Republik unggul dalam pemilihan umum yang menjadikan Thomas Jefferson memimpin dalam 2 periode, dilanjutkan dengan James Madison, kemudian James Monroe yang kepemimpinannya berakhir pada 1825. Sejak saat itu Partai Federalis menghilang.

Dengan menghilangnya Partai Federalis maka Partai Demokrat-Republik merupakan partai satu-satunya yang berkuasa di AS hingga pada tahun 1820-an partai tersebut terpisah menjadi 2 partai, yakni Partai Demokrat dan Partai Whig. Partai Demokrat resmi melantik presiden pertamanya, yakni Andrew Jackson pada 1828. Kedua partai tersebut mendominasi hingga akhirnya Partai Whig hancur setelah terjadinya perang saudara. Sebelumnya, Partai Whig kerap memicu isu perbudakan yang menjadi sebuah pertentangan di sebagian elite politik dan masyarakat AS.

Sekitar tahun 1850-an, isu gerakan antiperbudakan kian menggurita hingga akhirnya pemerintahan dari Partai Demokrat mengesahkan Undang-Undang Perbudakan dan Kansas-Nebraska Act yang mengatur tentang perbudakan. Hal ini pula yang menjadi awal lahirnya Partai Republik yang menolak adanya perbudakan. Hingga kini kedua partai tersebut mendominasi di AS dan kedua partai politik tersebut yang bergantian mengisi kursi kepresidenan (slcc.pressbooks.pub, chapter 42).

Kedua partai politik tersebut terus berebut kekuasaan pada saat pilpres sebab mereka tahu bahwa AS merupakan negara besar yang tidak hanya berkuasa dan berpengaruh di dalam negeri, melainkan juga di luar negeri. Pemimpin partai memiliki wewenang tinggi untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan dirinya dan sekutu-sekutunya.

Pilpres AS Berpengaruh Global?

Tidak dimungkiri bahwa kian memanasnya perpolitikan di negara adidaya, yaitu Amerika Serikat memiliki dampak signifikan kepada beragam kondisi di dunia global. Pasalnya, Amerika Serikat merupakan negara pengendali utama perekonomian dunia. Ia juga memegang kekuatan terbesar dalam dunia perpolitikan. Apa yang diinginkan oleh negara adidaya tersebut tak mampu dihentikan oleh negeri-negeri lainnya, sebagaimana AS yang menggunakan hak vetonya untuk membatalkan pembebasan Palestina kala itu.

Selain itu, dalam aspek ekonomi, ketika AS mengalami krisis ekonomi di negerinya, dunia pun terkena dampaknya. Misalkan, pada 2008 AS mengalami krisis ekonomi yang mengakibatkan banyaknya perusahaan-perusahaan besar kolaps dan menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat AS. Krisis membuat AS menyetop impor dari negara-negara lain sehingga hal tersebut jelas berdampak bagi perekonomian negara lain, yaitu mereka tidak mendapatkan pemasukan dari impor.

Oleh karena itu, Pilpres AS akan berdampak pada kebijakan yang dikeluarkannya untuk mengelola negaranya. Kemudian, kebijakan tersebut juga akan berdampak pada negara-negara lainnya. Namun, siapa pun nantinya yang  menjadi pemimpin di Amerika Serikat, entah Joe Biden yang naik ke kursi kepresidenan ataukah digantikan oleh Donald Trump sebagai lawannya, pasti memiliki perbedaan pendapat antara keduanya. Ketika Donald Trump yang mengisi kursi kepresidenan, kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Joe Biden semasa menjabat menjadi presiden AS bisa saja berubah. Begitu pula ketika Joe Biden kembali naik untuk memimpin AS, kebijakan-kebijakan yang telah dijalankan saat ini akan berlanjut yaitu kebijakan represif yang tidak membawa pada kesejahteraan dan perdamaian bagi dunia, apalagi bagi kaum muslim.

Tetap Memusuhi Islam

Siapa pun yang akan menjadi presiden di Amerika Serikat, baik itu berasal dari Partai Demokrat maupun Partai Republik tidak akan berpengaruh baik pada dunia, terkhusus negeri-negeri muslim. Hal ini diakibatkan AS merupakan musuh nyata dari kaum muslim dan ia akan tetap mempertahankan ideologi kapitalisme untuk terus mencengkeram negeri-negeri muslim.

AS paham bahwa ada bahaya dari negeri-negeri muslim ketika mereka bersatu dalam naungan Khilafah Islamiah. Bahaya tersebut yaitu hegemoni mereka di negeri-negeri muslim akan sirna seketika apabila Islam ditegakkan. Ini karena hegemoni tersebut sangat bertentangan dengan aturan Islam. Misalkan, dari segi ekonomi, ketika Islam tegak dalam bingkai Khilafah Islamiah, pengaturan pengelolaan  sumber daya alam tidak bisa lagi dikelola oleh swasta, apalagi asing, sebab SDA merupakan kepemilikan umum. Rasulullah bersabda, "Manusia berserikat dalam tiga hal, api, padang, dan air." (HR. Abu Dawud). Oleh karena itu, ketika Islam tegak, AS tidak bisa lagi mengeruk kekayaan alam negeri muslim, seperti Indonesia, sebab penjagaan Daulah Khilafah sangat ketat.

Oleh karena itu, mereka berupaya membuat berbagai stigma negatif dan tidak membiarkan kaum muslim bergerak bebas untuk mendakwahkan ideologi Islam. Propaganda-propaganda AS untuk membendung kebangkitan Islam akan terus dilakukan. Ia akan terus mengungkung negeri-negeri muslim dengan kekuatan yang mereka miliki, bahkan dengan berbagai pemikiran yang menghancurkan generasi-generasi muslim. Dengan cara yang halus, mereka menyusup bagai dewa penolong, tetapi sejatinya merekalah aktor utama penyebab kerusakan.

Kebencian AS kepada Islam kian tampak saat AS membela Israel daripada memberikan kebebasan kepada Palestina, padahal diketahui bahwa Israel telah melakukan genosida yang melanggar hukum internasional. Kepemimpinan Joe Biden justru mengirimkan bantuan kepada Israel, mulai dari bantuan militer hingga pangan. Pemerintah sebelumnya pun demikian, kala presiden dari Partai Republik memimpin juga tidak berimbas pada kebebasan Palestina, yang ada mereka justru memelihara Yahudi Israel.

Penjelasan di atas harusnya membuat kita sebagai umat muslim sadar bahwa siapa pun yang akan memimpin Amerika Serikat nantinya tidak akan membawa kebaikan bagi dunia, terkhusus bagi negeri-negeri muslim. Walaupun Joe Biden dianggap lebih ideologis dan lebih baik daripada Donald Trump, tetapi keduanya sama-sama memiliki ambisi untuk menguasai dunia dan hanya ingin mendapatkan kebahagiaan serta kesejahteraan bagi diri mereka sendiri.

Oleh karena itu, kaum muslim harus tetap berjuang untuk tegaknya Islam dengan berdakwah di tengah masyarakat, baik melalui lisan maupun tulisan. Hanya dengan dakwah, opini Islam dapat tersampaikan. Wallahua'lam bishawab. [].

#MerakiLiterasiBatch2
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Fosil dan Perannya dalam Rekontruksi Kehidupan
Next
Bani Syaibah Pemegang Kunci Ka’bah
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
3 months ago

AS dan politik luar negerinya akan tetap menghegemoni negara lain yang lebih lemah. Pemilihan presiden hanyalah pergantian orang, sementara tujuan politik negara penjajah tetaplah sama.

Raras
Raras
3 months ago

Betul, siapapun presidennya Amerika tetap memusuhi Islam.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram