Pada kontestasi pilpres Amerika Serikat 2024, akan tampil dua kandidat yang bertarung mewakili partainya masing-masing Joe Biden dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Amerika Serikat selalu menjadi pusat perhatian dunia, terlebih lagi saat menjelang pemilihan presiden (pilpres). Bila diperhatikan kontestan pilpres selalu menghadirkan dua calon yang berasal dari dua partai yang ada, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik.
Sebenarnya keberadaan dua partai tersebut telah diwanti-wanti oleh George Washington dalam pidato perpisahannya pada 1796, agar warga Amerika Serikat tidak terjebak pada dikotomi dua partai politik. Menurutnya, keberadaan partai politik dapat merusak persatuan, nasionalisme, memicu perpecahan, dan pemberontakan.
Namun, faktanya sebagian besar sejarah negara ini telah dibentuk oleh persaingan antarpartai, dan di era modern, partai Demokrat dan Republik dianggap sebagai satu-satunya pilihan pemilu yang layak di tingkat nasional. Persaingan antara Partai Demokrat dan Partai Republik di Amerika Serikat memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks, dimulai sejak abad ke-19.
Partai Demokrat berdiri pada tahun 1828, merupakan salah satu partai politik tertua di dunia. Partai ini awalnya dipimpin oleh Andrew Jackson dan menarik dukungan luas dari para petani dan kelas pekerja. Sebagai partai yang mendukung negara bagian dengan hak-hak yang lebih kuat, Partai Demokrat awalnya condong ke arah konservatisme sosial.
Sebaliknya, Partai Republik didirikan pada tahun 1854 oleh kelompok yang menentang penyebaran perbudakan ke wilayah-wilayah baru Amerika Serikat. Abraham Lincoln, yang menjadi Presiden Amerika Serikat pertama dari Partai Republik, memainkan peran kunci dalam Perang Saudara Amerika dan abolisi perbudakan. Sejak awal, Partai Republik dikenal sebagai partai yang mendukung federalisme kuat dan perubahan sosial progresif pada masanya.
Seiring waktu, kedua partai ini mengalami evolusi ideologis. Partai Demokrat mulai beralih ke arah liberalisme sosial dan progresivisme, terutama sejak era New Deal di bawah Franklin D. Roosevelt pada tahun 1930-an. Sebaliknya, Partai Republik, terutama sejak era Ronald Reagan pada tahun 1980-an, semakin condong ke arah konservatisme fiskal dan sosial.
Pada kontestasi pilpres Amerika Serikat 2024, akan tampil dua kandidat yang bertarung mewakili partainya masing-masing Joe Biden dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik. Sekali pun Joe Bidan diragukan dalam debat calon presiden, tetapi seperti dikatakan Ahli Strategi Partai Demokrat David Axelrod menilai tidak akan mudah bagi Biden untuk mundur dari kontestasi pilpres meskipun performanya kurang memuaskan dalam debat terakhir. (CNNIndonesia.com, 29-6-2024).
Pola Unik Pilpres
Tentunya, hal ini menunjukkan bahwa mekanisme pilpres di Amerika Serikat memiliki pola tersendiri yang sulit berubah. Mekanisme pemilihan presiden (pilpres) di Amerika Serikat adalah proses yang kompleks dan unik, melibatkan beberapa tahap dari pemilihan awal hingga pemilihan umum.
Pada pemilihan tahap pertama (Primaries), diadakan oleh negara bagian di mana para pemilih memilih kandidat yang mereka dukung untuk menjadi calon presiden dari partai mereka. Ada dua jenis utama primaries: open primaries (terbuka untuk semua pemilih terlepas dari afiliasi partai) dan closed primaries (hanya terbuka untuk pemilih yang terdaftar dengan partai tertentu).
Selanjutnya, tahap caucuses. Ini adalah pertemuan lokal di mana anggota partai berkumpul untuk memilih kandidat mereka. Proses ini lebih informal dan melibatkan diskusi serta pemungutan suara di tempat. Setelah primaries dan caucuses, masing-masing partai mengadakan Konvensi Nasional, di mana delegasi dari setiap negara bagian berkumpul untuk secara resmi menominasikan kandidat presiden dan wakil presiden. Pada konvensi ini, partai juga menyusun platform partai yang merangkum kebijakan dan prioritas mereka.
Setelah konvensi, kandidat yang terpilih dari masing-masing partai melakukan kampanye secara nasional untuk menarik dukungan dari pemilih. Kampanye ini melibatkan debat presiden, iklan, penampilan di media, dan berbagai bentuk kegiatan kampanye lainnya hingga akhirnya sampai hari pemungutan suara.
Salah satu aspek unik dari pemilihan presiden di Amerika Serikat adalah sistem Electoral College. Setiap negara bagian memiliki sejumlah suara elektoral yang sebanding dengan jumlah total perwakilannya di Kongres (Senator plus Anggota DPR). Total suara elektoral adalah 538, dan seorang kandidat harus memperoleh mayoritas (minimal 270) untuk memenangkan pemilihan.
Pemilih sebenarnya memilih elektor yang telah berjanji untuk memilih kandidat tertentu. Pemenang di sebagian besar negara bagian (dengan pengecualian Nebraska dan Maine yang menggunakan sistem proporsional) mendapatkan semua suara elektoral negara bagian tersebut (sistem "winner-takes-all").
Setelah melewati proses pemilihan, biasanya presiden terpilih dilantik dalam sebuah upacara resmi yang dikenal sebagai inaugurasi. Pada saat itu, presiden baru mengucapkan sumpah jabatan dan secara resmi memulai masa jabatannya. Satu hal yang penting pidato pertama presiden selalu menjadi pusat perhatian pengamat politik, terutama menyangkut kebijakan politik Amerika Serikat terhadap dunia Islam.
Kebijakan Politik terhadap Islam
Dalam hal kebijakan dan sikap terhadap Islam, sebenarnya terdapat perbedaan yang mencolok antara Partai Demokrat dan Partai Republik. Partai Demokrat umumnya mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif terhadap Islam dan negara-negara muslim. Mereka sering menekankan pentingnya keragaman dan toleransi beragama sebagai nilai-nilai inti Amerika.
Partai Demokrat juga cenderung mendukung kebijakan imigrasi yang lebih terbuka dan bersimpati kepada pengungsi, termasuk mereka yang berasal dari negara-negara mayoritas Muslim. Partai ini juga sering menyoroti pentingnya perlindungan hak-hak sipil bagi semua warga negara, termasuk muslim Amerika, dan menentang diskriminasi berbasis agama.
https://narasipost.com/opini/03/2021/kisruh-parpol-aroma-oligarki-dalam-kubangan-demokrasi/
Sementara itu, Partai Republik sering kali mengutamakan isu keamanan nasional dalam kebijakan mereka terhadap Islam, terutama setelah serangan 11 September 2001. Ini termasuk penerapan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat dan peningkatan pengawasan terhadap negara-negara muslim.
Partai Republik umumnya mendukung kebijakan imigrasi yang lebih ketat dan selektif, termasuk pembatasan masuk bagi pengungsi dari negara-negara yang dianggap memiliki risiko terorisme tinggi. Meskipun mendukung kebebasan beragama, Partai Republik cenderung lebih berhati-hati terhadap praktik dan institusi Islam yang mereka anggap bisa mengancam nilai-nilai dan keamanan nasional.
Namun, dinamika politik antara kedua partai ini memiliki dampak yang signifikan terhadap pemilih muslim di Amerika Serikat. Komunitas muslim, yang jumlahnya semakin meningkat, kini menjadi salah satu kelompok pemilih yang diperhitungkan dalam setiap pemilihan umum. Sementara Partai Demokrat cenderung lebih mendapatkan dukungan dari pemilih muslim karena pendekatan inklusifnya, Partai Republik juga berupaya menarik dukungan dengan menekankan nilai-nilai konservatif yang mungkin sejalan dengan keyakinan beberapa pemilih muslim konservatif.
Dengan demikian, persaingan antara Partai Demokrat dan Partai Republik tidak hanya mencerminkan perbedaan ideologis yang luas tetapi juga memengaruhi bagaimana kedua partai ini mendekati isu-isu yang berkaitan dengan Islam dan komunitas muslim di Amerika Serikat.
Kedua partai ini terus berusaha menyesuaikan strategi mereka untuk menarik dukungan dari berbagai kelompok pemilih dalam lanskap politik yang selalu berubah. Hanya saja Amerika Serikat sebagai negara adidaya sekuler akan tetap pada garis politiknya untuk memerangi mereka yang dianggap radikal dan intoleran, terutama yang mengusung ide formalitas ajaran Islam dalam bangunan sebuah negara global.
Ingatlah kalam Allah Swt. dalam QS. At Taubah:32, bahwa mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.
Wallahu'alam bish Shawwab. []
Sebesar apa pun permusuhan Barat/AS pada Islam, tetap saja saat pemilu mereka membutuhkan suara dari kalangan muslim ya. Hadeh
Setelah menang, mereka akan memerangi lagi gerakan Islam yang dianggap berbahaya.