Keberadaan "penyihir malam" sejatinya membuktikan bahwa kiprah perempuan bukan hanya dalam ranah domestik. Akan tetapi, mereka juga mampu untuk terjun ke ranah publik, bahkan medan perang.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Perempuan merupakan simbol peradaban yang tidak dapat diremehkan. Kiprahnya dalam ranah domestik begitu luar biasa. Perempuan mampu mengerjakan segudang pekerjaan yang ada di rumah, serta mendidik anak-anaknya menjadi agen perubahan masa depan yang gemilang. Tugas utama sebagai ummun warabatul bait dilaksanakannya dengan baik. Akan tetapi, keberhasilan perempuan bukan hanya dalam ranah domestik, mereka pun mampu terjun ke ranah publik menjadi agen-agen peperangan yang membawa sebuah kemenangan.
Sebuah sejarah dalam Perang Dunia II yakni perlawanan antara Uni Soviet dan pasukan Nazi, Jerman telah menjadi saksi keberhasilan perempuan. Kala itu, pasukan pilot perempuan dari Uni Soviet sangat diremehkan. Bagaimana tidak, diketahui bahwa sifat perempuan begitu lembut, mana bisa melakukan tugas peperangan yang penuh dengan tantangan?
Walaupun awalnya sempat diremehkan, tetapi pasukan pilot perempuan dari Resimen Pengebom Malam ke-588 berhasil menjatuhkan 23.000 ton bom ke sasaran Jerman. Keberadaan mereka pun ditakuti oleh pasukan Jerman kala ini. Kemudian, seiring berjalannya waktu, keberadaan mereka diakui oleh pasukan laki-laki, bahkan mereka pun dikatakan sebagai makhluk surgawi, bahkan mendapatkan julukan "penyihir malam". (BBC.Com, 08-06-2024).
Adanya Peran Negara
Keberhasilan pasukan penyihir malam sejatinya tidak lepas dari adanya peran negara Uni Soviet yang memberikan pendidikan pilot gratis kepada rakyatnya, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Generasi muda mendapatkan kesempatan untuk bisa menjadi pilot yang mampu menerbangkan pesawat dengan baik. Pemerintahan Uni Soviet pun tidak sekadar memberikan pendidikan gratis kepada generasinya, tetapi juga mendukung terciptanya pasukan militer perempuan.
Tujuan dari pendidikan pilot yakni agar nantinya generasi muda, baik laki-laki maupun perempuan, bisa menerbangkan pesawat ketika Jerman mulai menyerang negaranya. Walaupun awalnya Uni Soviet belum mengizinkan para perempuan terjun ke medan perang, tetapi melihat keberhasilan dari pasukan "penyihir malam" yang melakukan pengeboman atas pasukan Nazi, pemerintah Uni Soviet pun menjadi negara pertama yang memberikan izin para perempuan untuk berperang membela negaranya.
Pasukan pilot "penyihir malam" itu sendiri terbentuk dari keinginan para perempuan muda untuk terjun ke medan perang, bukan hanya menjadi perawat ataupun juru ketik. Kala itu, para perempuan mengirimkan surat kepada Marina Raskova, seorang pilot terkenal yang mendapatkan ijazah pilot profesional. Ia mampu memecahkan rekor penerbangan jarak jauh tanpa henti pada 1938. Para perempuan menyampaikan keinginannya untuk membela negaranya dalam medan pertempuran. Kemudian, Marina pun meminta izin kepada pemimpin Uni Soviet, Josef Stalin untuk membentuk pasukannya sendiri yang terdiri dari para pilot perempuan. Josef Stalin kemudian membentuk tiga resimen perempuan untuk pertama kalinya.
Perempuan dan Militer
Keberadaan penyihir malam sejatinya membuktikan bahwa kiprah perempuan bukan hanya dalam ranah domestik. Akan tetapi, mereka juga mampu untuk terjun ke ranah publik, bahkan medan perang untuk menghadapi musuh-musuh yang menyerang kedaulatan negaranya. Kiprah perempuan dalam medan perang pun bukan hanya ditunjukkan oleh pasukan "penyihir malam". Akan tetapi, kiprah perempuan di medan perang juga banyak ditunjukkan oleh muslimah di masa kejayaan Islam silam, seperti Nusaibah binti Ka'ab, Hamnah binti Jahsy, dan lainnya.
Siapa yang tidak mengenal nama Nusaibah binti Ka'ab, seorang muslimah yang terjun ke medan perang untuk melindungi Rasulullah dari sabetan pedang musuh Islam saat perang Uhud. Nusaibah terjun ke medan perang setelah mengikhlaskan kedua anaknya gugur di medan perang. Kala itu, setelah anak-anaknya syahid, ia merasa tidak ada lagi yang bisa ia sumbangkan untuk membantu Rasulullah dan Islam hingga akhirnya ia memutuskan untuk dirinya sendiri terjun ke medan perang.
Pada saat di medan perang, ia meminta izin kepada Rasulullah untuk ikut mengambil senjata. Akan tetapi, Rasulullah tidak mengizinkannya. Rasulullah menyuruh dia untuk mengobati para tentara-tentara muslim yang terluka. Namun, ketika Rasulullah diincar oleh musuh, ia pun mengambil peran untuk melindungi Rasulullah saw. Dengan beberapa sabetan pedang dari musuh, ia pun gugur di medan perang. Bahkan, kematiannya disambut oleh para penghuni langit.
Kiprah Nusaibah binti Ka'ab dalam medan perang sungguh sangat heroik. Kecintaannya kepada Rasulullah begitu dalam sehingga membuat dia berjuang sampai titik darah penghabisan untuk melindungi Rasulullah. Rasulullah pun menganggap bahwa keberadaan Nusaibah begitu mulia. Dalam beberapa riwayat hadis, Rasulullah memujinya, "Sungguh tingkat dan kedudukan Nusaibah binti Ka’ab hari ini (Perang Uhud), lebih mulia dari orang-orang tersebut (menunjuk para komandan perang dari kalangan laki-laki).” (Syamsuddin ad-Dzahabi, Siyaru A’lami an-Nubala, Muassasah ar-Risalah: 1985).
Tak Sekadar Kemenangan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi rakyat. Oleh karena itu, negara wajib memberikannya kepada rakyat secara gratis. Mengenai pendidikan militer, hal ini wajib diberikan kepada rakyat secara gratis pula, baik laki-laki maupun perempuan. Terkhusus laki-laki yang sudah balig, mereka semua diwajibkan untuk mengikuti pendidikan militer.
Namun, ada perbedaan antara tujuan wajib militer dalam Islam dengan tujuan militer dalam sistem kapitalisme. Dalam Islam, tujuan ditegakkannya wajib militer adalah demi kemaslahatan dunia yakni membuat musuh-musuh Islam gentar kepadanya dan terus mempertahankan dan menjaga syariat Allah serta sebagai sarana penyebaran dakwah Islam. Dakwah dan jihad merupakan kewajiban bagi sebuah negara Islam. Oleh karenanya, keberadaan pendidikan militer pun wajib untuk ditegakkan. Sedangkan keberadaan wajib militer dalam sistem kapitalisme hanya sekadar meraih kemenangan dalam peperangan dan memperluas kekuasaan negaranya.
Dilihat dari tujuannya, dapat disimpulkan bahwa Islam memang mewajibkan khalifah untuk mempersiapkan pasukan militernya dengan sungguh-sungguh. Hal ini sebagaimana firman Allah, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya.” (QS. Al-Anfal:60).
Akan tetapi, persiapan wajib militer dalam Islam memiliki aturan yang khas, di antaranya negara tidak boleh melakukan kerja sama militer dengan negara lain, apalagi negara musuh, misalkan melakukan pelatihan militer bersama, terikat perjanjian politik, terikat perjanjian penyewaan pangkalan udara, dan pelatihan yang berkaitan dengan militer sebab semua itu justru melemahkan kekuatan militer sebuah negara.
https://narasipost.com/opini/12/2022/perempuan-dalam-sistem-pemerintahan/
Pelatihan militer ini pun didasarkan pada asas ketaatan kepada Allah Swt. sehingga kekuatan yang terbentuk dalam jiwa pasukan merupakan kekuatan yang tidak tertandingi, sebab mereka siap syahid di jalan Allah. Mereka tidak gentar untuk menumpas dan menghancurkan musuh-musuh Allah agar tercipta kemaslahatan dan perdamaian di dunia. Para pasukan militer hanya mengejar surga yang dijanjikan Allah kepada para pembela agama Allah.
Perempuan Taat Syariat
Perempuan memang memiliki peranan penting bagi kemajuan peradaban dunia, baik dalam ranah domestik maupun ranah publik. Akan tetapi, kebolehan perempuan terjun ke medan perang tidak serta-merta meninggalkan tugas utama mereka sebagai ummun warabatul bait.
Islam pun memberikan kebebasan kepada perempuan untuk terjun ke ranah publik, tetapi bukan kebebasan yang kebablasan sebagaimana ditunjukkan oleh sistem kapitalisame saat ini. Perempuan boleh ikut ke medan perang, tetapi tetap dalam koridor syariat Islam, salah satunya yakni menutup aurat secara sempurna. Wallahua'lam bishawab. []
#MerakiLiterasiBatch2
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah
Perempuan yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan lebih keren dari pada penyihir malam dalam sistem kapitalisme.
Meski pasukan "penyihir malam" terbilang hebat, tetapi siatem kapitalisme tidak mungkin memuliakan perempuan. Hanya Islam sistem terbaik dalam menjaga fitrah dan kiprah perempuan.
Penyihir malam bentuk kebebasan yg bablas dan meyalahi fitrahnya sebagai wanita
Sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang layak bagi kehidupan perempuan. Dalam sistem ini, mereka dapat berkiprah di ranah domestik dan publik tanpa meninggalkan syariat.
Bener Mbak. Sistem Islam memberikan kebebasan kepada perempuan tapi tetap dalam koridor syariat Islam. Wanita terjaga
Islam tidak mengekang perempuan sebagaimana persangkaan kaum feminis. Namun, Islam memiliki batasan dan ketetapan syariat. Dengan demikian, para perempuan menjalani setiap aktivitasnya dengan penuh keyakinan apa yang dilakukan mendapat rido dari Allah Swt.
Yup. Akal-akalannya kaum feminisme itu mbak biar kaum perempuan menggangap Islam nda baik.