Kebangkrutan yang menimpa Jepang juga telah terjadi di AS. Dedengkot negara kapitalis itu tidak sekuat yang disangka banyak orang, sebab sudah mulai mengalami kebangkrutan sebelum terjadinya pandemi.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sistem kapitalisme tampaknya makin menunjukkan keruntuhannya. Salah satu raksasa ekonomi Asia mulai menuju kebangkrutan. Baru-baru ini, firma riset Teikoku Databank mengatakan bahwa sebanyak 1.016 perusahaan mengalami likuidasi pada Mei 2024. Sejak Mei 2012, lebih dari seribu perusahaan mengalami kebangkrutan. Ini adalah level kebangkrutan tertinggi dalam 12 tahun terakhir. (cnbcindonesia.com, 14-06-2024)
Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan ini dialami oleh perusahaan dari beberapa sektor. Kebangkrutan di sektor industri transportasi mengalami kenaikan di atas dua kali lipat. Sektor restoran dan bar mengalami kenaikan sebesar 25%.
Teikoku Databank menyebutkan bahwa kebangkrutan itu disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama adalah lesunya pembelian masyarakat. Ini merupakan 80% penyebab kebangkrutan.
Sedangkan faktor kedua adalah kurangnya tenaga kerja. Perusahaan kecil dan menengah mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja dengan upah terjangkau. Akibatnya, perusahaan kesulitan dalam memproduksi barang.
https://narasipost.com/world-news/07/2022/bangkrutnya-mutiara-samudra-hindia/
Sebelumnya, lembaga riset Tokyo Shoko Research juga telah merilis hasil penelitiannya tentang hal ini.
Penyebab kebangkrutan menurut lembaga ini antara lain:
Pertama, melemahnya nilai tukar yen. Hal ini menyebabkan naiknya biaya impor bahan baku dan energi. Akibatnya, keuntungan bagi perusahaan kecil dan menengah pun berkurang.
Kedua, dicabutnya stimulus pinjaman Covid-19 yang disebut pinjaman “zero-zero”. Yakni, pinjaman tanpa bunga dan tanpa jaminan langsung.
Ketiga, naiknya harga minyak.
Lembaga riset ini memprediksi bahwa gelombang kebangkrutan masih akan terus melanda Jepang. Hal itu terjadi akibat biaya pascapandemi terus mengalami kenaikan.
Tanda-Tanda Keruntuhan Kapitalisme
Kebangkrutan yang menimpa Jepang juga telah terjadi di AS. Dedengkot negara kapitalis itu tidak sekuat yang disangka banyak orang. Negara itu sudah mulai mengalami kebangkrutan sebelum terjadinya pandemi.
Pada tahun 2019, jumlah kebangkrutan telah mencapai 757.816 kasus. Pengajuan kebangkrutan, baik pribadi maupun komersial mengalami penurunan berdasarkan data dari penyedia data kebangkrutan, Epiq AACER. Pada tahun 2022, jumlah pengajuan perlindungan kebangkrutan mencapai 378, 390 dan naik menjadi 445,186 pada 2023. Kebangkrutan ini dipicu oleh naiknya suku bunga, pengetatan standar pinjaman, serta penghentian dana pandemi.
Lembaga ini memperkirakan, angka pengajuan kebangkrutan akan terus naik pada 2024 ini. Salah satu penyebabnya adalah besarnya utang rumah tangga. Menurut Federal Reserve New York, utang rumah tangga pada kuartal ketiga di Amerika Serikat mencapai USD17,3 triliun. Ini adalah rekor tertinggi. (cnbcindonesia.com, 04-01-2024)
Sistem Rusak
Kapitalisme merupakan sistem yang lahir dari keinginan untuk memerdekakan diri dari aturan Tuhan. Para pencetusnya beranggapan bahwa mereka lebih tahu apa yang terbaik bagi manusia. Oleh karena itu, mereka pun membuat sendiri aturan bagi kehidupan di dunia.
Hal yang paling menonjol dari sistem ini adalah asas kebebasan kepemilikan. Dengan asas ini, siapa pun berhak mengumpulkan kekayaan dengan cara apa pun. Tidak ada larangan untuk memiliki sesuatu meskipun dengan cara yang curang atau merugikan orang lain.
Tidak ada standar halal dan haram bagi mereka. Tidak mengherankan jika sistem ini menghalalkan riba. Oleh karena itu, sistem ekonomi kapitalisme berbasis pada sektor nonriil, bukan sektor riil. Keuntungan ekonomi diperoleh dari investasi spekulatif, seperti kredit perbankan atau jual beli surat berharga.
Sistem ini sangat berbahaya. Para pemilik modal atau kreditur pada awalnya akan mendapatkan banyak keuntungan. Namun, ketika para debitur tidak mampu membayar utang, para kreditur yang akan menanggung akibatnya. Kondisi ini bahkan bisa membahayakan sektor riil dan perekonomian secara umum.
Selain itu, sistem ekonomi kapitalisme berbasis pada fiat money atau uang kertas yang tidak ditopang dengan logam mulia, seperti emas dan perak. Hal menyebabkan nilai intrinsiknya tidak sama dengan nilai nominalnya.
Sistem ekonomi kapitalisme juga berbasis utang. Bagi negara-negara dunia ketiga, utang telah menjadi alternatif andalan dalam pembiayaan pembangunan mereka. Namun, mereka tidak sadar bahwa utang luar negeri sebenarnya lebih bermotif ideologi politik, bukan ekonomi. AS maupun negara-negara kapitalis yang memberikan bantuan kepada negara-negara dunia ketiga bertujuan untuk mempertahankan pengaruh mereka. Melalui pemberian bantuan itulah, negara-negara kapitalis dapat mengintervensi negara-negara dunia ketiga.
Sistem ini rentan mengalami keruntuhan. Ekonomi berbasis nonriil dan fiat money ini rentan mengalami keruntuhan. Ekonomi nonriil menyebabkan kekayaan hanya berputar di sekitar para pemilik kapital. Sedangkan fiat money menyebabkan terjadinya inflasi permanen.
Sistem ini menciptakan kemiskinan struktural. Para pemilik modal dapat terus mengumpulkan kekayaan. Sedangkan mereka yang miskin, tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Gaji yang mereka peroleh terus menurun nilainya akibat inflasi. Jurang pemisah antara kaum kaya dengan kaum papa makin lebar.
Hal ini pun terjadi di Amerika Serikat. Jumlah tunawisma di negara itu makin bertambah. Pada tahun 2023, jumlah tunawisma mencapai 650.000 jiwa. Mereka hidup tanpa sanitasi yang memadai sehingga terpaksa buang air di jalanan.
Naiknya jumlah tunawisma juga diiringi dengan meningkatnya angka kriminalitas, khususnya pencurian. Tindak kriminal ini tidak hanya dilakukan untuk mempertahankan hidup. Banyak pula di antara mereka yang melakukannya karena kecanduan narkoba. Bahkan, ada pula melakukannya untuk memenuhi gaya hidup. (cnbcindonesia.com, 13-06-2024)
Sistem Ekonomi Islam
Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi terbaik yang pernah ada dalam peradaban manusia. Keunggulannya telah terbukti selama berabad-abad. Sistem ini tidak akan tergoncang oleh inflasi dan sebagainya.
Sistem ekonomi Islam sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi yang diturunkan langsung dari Sang Pencipta ini berbasis ekonomi riil, bukan ekonomi nonriil yang berbasis riba. Dengan sistem seperti ini, keuntungan hanya diperoleh dari jerih payah nyata dalam memproduksi barang atau jasa.
Selain itu, sistem ekonomi Islam tidak menggunakan fiat money, tetapi menggunakan dinar dan dirham. Nilai intrinsik kedua mata uang ini sama dengan nilai nominalnya. Nilai uang ini tidak akan mengalami banyak perubahan sehingga tidak akan terjadi inflasi.
Pembangunan dalam Islam juga tidak dilakukan dengan mengandalkan utang, apalagi utang luar negeri. Bahkan, Islam melarang hal ini. Hal itu karena utang luar negeri akan menyebabkan negeri-negeri Islam terjerat pada utang yang tak pernah mampu dibayar. Akibatnya, penguasanya harus mau mengikuti arahan asing yang telah memberikan pinjaman atau bantuan.
Hal ini akan memudahkan asing, terutama orang-orang kafir menguasai kaum muslim. Padahal, Allah Swt. telah melarang hal ini melalui surah An-Nisa [4]: 141.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
Artinya: “Dan sekali-kali Allah tidak akan pernah menjadikan jalan bagi orang-orang kafir atas orang-orang mukmin.”
Dengan sistem ekonomi seperti ini, umat Islam mampu mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran. Hal ini terbukti dari berbagai peninggalan peradaban Islam yang masih ada hingga sekarang, seperti istana, masjid, atau taman. Peninggalan-peninggalan itu tersebar di berbagai wilayah yang pernah menjadi bagian dari Khilafah Islam. Di antaranya adalah Istana Topkapi di Turki, Masjid Jami Kordoba dan Taman Alcazar di Andalusia.
Khatimah
Demikianlah, sistem Islam terbukti membawa kebaikan. Selain itu, sistem ini juga mendatangkan rida Allah Swt. bagi yang menerapkannya. Dengan demikian, Islam adalah satu-satunya sistem yang membawa kebaikan di dunia dan di akhirat.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab.[]
Sekelas raksasa ekonomi Jepang juga tidak bisa terlepas dari krisis. Ini menunjukkan selama sistem keuangannya berbasis mata uang kertas, maka krisis bisa terjadi kapan pun.
Ditambah menggunakan riba.
Terlihat kuat dan menjadi rujukan bagi rakyat indonesia untuk menjadi TKI di Jepang, padahal sangat rapuh!
Begitulah, tampak perkasa. Tapi aslinya gampang roboh
Saatnya kembali kepada syariat Islam ya mbak! Aturan terbaik dari Sang Pencipta untuk manusia
Betul, mbak. Sudah terbukti ketangguhannya
Sistem ekonomi kapitalisme memang rapuh. Bahkan negara maju seperti Jepang saja terkena imbasnya.
Betul mbak, karena sistem ekonomi ini dibangun di atas dasar yang rapuh.