Sejatinya upaya nyata Turki untuk memblokir jalur perdagangan ke Israel patut untuk diapresiasi dan wajib dijadikan contoh bagi negeri-negeri muslim lainnya.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Zionis Israel hingga kini masih terus melancarkan serangannya di Jalur Gaza, Palestina. Mereka pun memblokir segala jenis bantuan kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan masuk ke Gaza yang menyebabkan krisis kemanusiaan. Kondisi ini membuat hampir sebagian besar negara di dunia bereaksi agar Israel segera melakukan gencatan senjata ke Gaza. Namun, hingga kini gencatan senjata belum juga terwujud.
Kini, pemerintah Turki kembali bereaksi untuk menyerukan agar Israel melakukan gencatan senjata secara permanen dan dijaminnya bantuan kemanusiaan masuk di Gaza dengan memblokir seluruh jalur perdagangan ke Israel. Sebagai pengetahuan, sebelumnya pada 9 April 2024, Turki sudah membatasi perdagangan beberapa produk seperti semen, baja, dan bahan kontruksi lainnya dengan Israel.
Menteri Perdagangan Turki, Omer Bolat, mengungkapkan bahwa Turki telah menutup jalur ekspor impor ke dan dari Israel yang mencakup semua produk. Ia melanjutkan bahwa Turki akan menerapkan beberapa langkah baru hingga Israel memberikan jalan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza dengan aman.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pun tidak gentar untuk melakukan langkah ini. Menurutnya, langkah yang diambilnya sudah benar dan Turki telah siap jika nantinya ada negara Barat yang menyerangnya. Erdogan juga mengatakan bahwa telah lama ia mendapatkan desakan dari dalam negeri untuk melakukan langkah nyata ini. Ia menjelaskan bahwa Turki tidak boleh berdiam diri saja melihat apa yang dilakukan Israel kepada Palestina hingga menyebabkan bencana kemanusiaan. Ia juga menekankan bahwa dirinya tidak ingin mencari musuh dengan keputusan ini, tetapi menolong warga Palestina yang tidak berdaya. (ekonomi.bisnis.com, 04/05/2024).
Lantas, apa imbas dari penutupan hubungan dagang Turki bagi Israel? Mampukah langkah ini menjadi solusi bagi kebebasan Palestina?
Imbas Pemutusan Hubungan Perdagangan Turki-Israel
Melansir dari detikfinance.com, (03/05/2024), Israel masih sangat bergantung kepada impor dari negara Turki. Menurut Asosiasi Pembangunan Israel, mereka membutuhkan 70% impor bahan konstruksi dari Turki yakni berupa besi dan sepertiga impor lainnya berupa semen. Israel juga mengimpor beberapa jenis bahan konstruksi lainnya, seperti baja, kendaraan, plastik, perangkat listrik, dan mesin. Hingga kini Turki masih menjadi salah satu negara terkemuka bagi Israel.
Kemudian, menurut Institut Statistik Turki yang dikelola pemerintah Turki sendiri menjelaskan bahwa nilai impor Israel dari Turki pada tahun 2023 lalu mencapai US$ 5,4 miliar atau sekitar Rp86,40 triliun dalam kurs Rp16.000. Sementara untuk impor Turki dari Israel pada tahun 2023 hanya mencapai US$ 1,6 miliar atau Rp25,6 triliun.
Oleh karena itu, jika melihat data di atas, Israel sangat bergantung pada nilai impor dari Turki. Penutupan hubungan perdagangan yang dilakukan oleh Turki ke Israel akan cukup berpengaruh terhadap harga barang-barang yang ada di Israel dalam jangka pendek. Bahkan, ketika penutupan hubungan ini berlanjut, bisa dikatakan bahwa Israel akan kelabakan dalam aspek konstruksinya. Hal ini akan berpengaruh bagi keberlangsungan kehidupan Zionis Yahudi ke depan.
Ke Mana Negeri Muslim Lainnya?
Sejatinya langkah nyata yang dilakukan oleh Turki harusnya bisa diikuti oleh negeri-negeri muslim lainnya. Hal ini sebagai upaya untuk membela saudara kita di Palestina. Sebab, seluruh muslim di dunia merupakan saudara dan kita berkewajiban mengeluarkan saudara kita dari masalah yang membelit mereka, Rasulullah bersabda, "Dan barang siapa memberikan jalan keluar kepada sesama muslim dari problem hidupnya, maka Allah akan berikan jalan keluar baginya dari kesulitan di akhirat." (HR. Muslim).
Namun, ke mana negeri-negeri muslim lainnya seperti Arab Saudi, Indonesia, dan yang lain? Tidakkah mereka juga mampu melakukan aksi nyata sebagaimana yang dilakukan oleh Turki. Bahkan, seluruh negeri muslim sejatinya mampu bersatu untuk menurunkan pasukan perang untuk mengadang dan menghentikan kebengisan Israel di negeri Palestina, bukan sekadar meminta gencatan senjata saja. Sebab, dipahami bahwa Israel merupakan penjajah negeri Palestina, sudah selayaknya dia diusir dan hengkang dari bumi Palestina.
Namun, apalah daya, negeri-negeri muslim tidak akan pernah bisa melakukan aksi nyata untuk menolong saudara kita. Mereka seakan tidak berdaya selain hanya melakukan kecaman demi kecaman yang tidak berarti. Apalagi, Arab Saudi, terdengar kabar terbaru bahwa Arab Saudi akan menormalisasi hubungan dengan Israel. Pemerintahan Arab Saudi pun telah menangkap beberapa orang pengkritik Israel. Padahal, Israel bukan hanya wajib dikritik dan dikecam, tetapi ia wajib untuk diperangi.
Imbas Sekat Nasionalisme
Inilah imbas sekat nasionalisme. Sejak keruntuhan daulah Khilafah Islamiah, negeri-negeri muslim dibagi menjadi beberapa bagian kecil yang lemah dan tidak berdaya. Ikatan akidah Islam dihilangkan dan diganti dengan ikatan sukuisme dan nasionalisme. Ideologi Islam pun dihilangkan dan diganti dengan ideologi kapitalisme yang justru menyengsarakan kaum muslim.
Sekat nasionalisme pun membuat para penguasa hanya disibukkan dengan urusan negara mereka sendiri, tanpa memandang nasib kaum muslim di negeri yang lainnya. Walaupun mereka merasa iba atas apa yang menimpa saudaranya di belahan bumi lain, mereka pun hanya bisa memberikan kecaman yang tidak mampu memberikan solusi tuntas. Penguasa negeri muslim tidak mampu menurunkan tentara militernya, padahal jumlah tentara Islam cukup banyak, tetapi akibat sekat nasionalisme mereka bagai buih di lautan yang tidak berguna. Mereka hanya akan melawan kezaliman ataupun penjajah ketika negara mereka yang diserang.
Sungguh disayangkan, kekuatan yang begitu besar tidak mampu dimanfaatkan oleh para penguasa muslim untuk bersatu dalam satu barisan membela saudara mereka yang terzalimi. Kepentingan politik dan ekonomi untuk diri mereka sendiri telah mengungkung mereka dalam barisan lemah tidak berdaya. Padahal, ketika mereka bersatu dalam satu barisan dan dalam satu naungan, keberadaan mereka akan lebih besar daripada negara adidaya mana pun. Sebagaimana dahulu Khilafah menyatukan kaum muslim dalam satu naungan dan membuat musuh-musuh Islam gentar terhadap kekuatannya.
Tetap Fokus pada Tegaknya Islam
Sejatinya upaya nyata Turki untuk memblokir jalur perdagangan ke Israel patut untuk diapresiasi dan wajib dijadikan contoh bagi negeri-negeri muslim lainnya. Namun, upaya tersebut tidak cukup untuk melengserkan dan menghentikan kebengisan Israel. Sebab, kita pahami bahwa Israel memiliki dukungan dari negeri-negeri adidaya yang siap menyuplai kebutuhan mereka dan membantu mereka.
Permasalahan Palestina merupakan permasalahan politik militer, sehingga penyelesaiannya membutuhkan kekuatan militer juga. Yahudi Israel merupakan penjajah, sudah sepatutnya penjajah wajib diusir dan hengkang dari negeri yang dijajahnya. Kita ketahui bahwa saat ini kaum muslim dikungkung oleh nasionalisme yang diterapkan oleh sistem kapitalisme, sehingga para militer kaum muslim tidak bisa bersatu mengusir mereka. Oleh karena itu, butuh institusi yang akan menyatukan mereka dalam satu naungan. Institusi ini adalah Khilafah Islamiah yang mengikuti manhaj kenabian.
https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/lorong-panjang-palestina-meraih-asa/
Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah akan menjadi perisai bagi rakyatnya dan seluruh kaum muslim di mana pun mereka berada. Sebagaimana Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya seorang khalifah itu bagaikan perisai (pelindung). Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berlindung di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng." (HR. Muslim dan Bukhari).
Namun, saat ini keberadaan Khilafah tidak ada di muka bumi ini. Maka kita memiliki tugas untuk berjuang menegakkan kembali perisai tersebut. Para pengemban dakwah harus fokus pada tujuan dakwah politik mereka yakni melanjutkan kehidupan Islam dalam bingkai Khilafah Islamiah. Para pengemban dakwah dan kaum muslim tidak boleh terlena dengan berbagai kebijakan ataupun solusi-solusi sesaat yang diberikan untuk kebebasan Palestina dan kedamaian di dunia ini. Sebab, semua itu hanyalah tipu daya musuh-musuh Islam untuk terus memecah belah kaum muslim. Kita perlu ingat bahwa khilafahlah yang akan mampu untuk membebaskan Palestina dan menjadi solusi terhadap seluruh problematika umat saat ini. Wallahu A'lam Bissawab []
Greget kalau lihat negeri-negeri muslim yang lain hanya diam dan sebatas mengecam. Padahal, semua tahu kalau kecaman tidak akan mampu memerdekakan Palestina. Upaya Turki hanyalah jangka pendek. Seharusnya para pemimpin dunia bangkit untuk mengusir penjajah.
Di situlah mengapa kaum muslim melihat pemimpin seperti Erdogan layak di contoh dan jadi panutan. Kebanggaan juga. Tapi sejatunya yang harys dipahami itu hanya solusi jangka pendek. Kitatetap harus mengupayakan solusi jangka panjangnya
Eksistensi Israel tidak lepas dari dukungan negara-negara muslim. Seandainya semua negara muslim boikot dan diikuti dengan pengusiran tentaranya dari bumi Palestina, betapa banyak saudara di Palestina bisa diselamatkan. Tetapi sekat nasionalisme dan al wahn yang menjangkiti para pemimpinnya, telah menjerat negara muslim tidak bisa atau enggan bergerak menyelamatkan warga Palestina.
Syukron jazakillah Mom dan Tim NP
MasyaAllah, salut untuk keberanian Turki. Tinggal menunggu negeri-negeri Muslim lainnya, dengan tetap berusaha agar semua Muslim bersatu dalam pembebasan palestina.
Bener Mbak. Semoga ini bertahan lama dan negeri-negeri muslim lainnya pada ngikut memblokir Israel dengan aksi nyata