Kesadaran politik bukan hanya up to date terhadap peristiwa politik, tetapi memahami hakikat peristiwa politik & kaitannya dengan yang lain.
Oleh. Rizki Ika Sahana
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dukungan terhadap Palestina makin masif lagi meluas. Aksi protes mahasiswa terhadap dehumanisasi keji yang dilakukan Israel laknatullah nyaris terjadi di seluruh kampus utama dan ternama dunia. Tersebar mulai dari Amerika Serikat (AS), Australia, Eropa, hingga Asia. Sebuah fenomena langka namun sangat menyentuh, membuat perhatian global mengarah ke sana.
Para mahasiswa ini menuntut pemimpin dan pemerintah dunia mengambil tindakan tegas menekan Israel menghentikan serangan tak manusiawi terhadap Gaza yang hingga detik ini telah menewaskan puluhan ribu jiwa, sebagiannya adalah perempuan dan anak-anak tak berdosa. Para mahasiswa juga menyeru agar perguruan tinggi melakukan divestasi dari perusahaan pro Israel. Sebab mereka meyakini perusahaan-perusahaan itu mendukung dan mendanai genosida.
Pertanyaannya, apakah fenomena gelombang protes dari berbagai kampus dunia ini merupakan bentuk kesadaran politik yang mengarah kepada perubahan global? Yuk, kita ulik lebih dalam.
Kesadaran Politik
Pertama-tama, pertanyaan menarik ini mengarahkan kita pada upaya untuk memahami definisi kesadaran politik yang sesungguhnya. Kesadaran politik bukan semata senantiasa up to date terhadap peristiwa politik, atau tak pernah ketinggalan informasi politik, tapi memahami hakikat peristiwa-peristiwa politik serta kaitannya antara satu dengan yang lainnya.
Pemahaman ini mengantarkan kepada kesadaran terhadap realitas politik serta segala kemungkinan yang bisa terjadi, kemampuan melakukan analisis dan penilaian terhadap realitas tersebut, serta motivasi untuk mewujudkan tatanan ideal berkaitan dengan kondisi politik yang sedang berlangsung.
Jika kita melihat awal mula pergerakan mahasiswa yang diinspirasi Universitas Columbia di New York, Amerika Serikat (AS), ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap sikap dan kebijakan rezim yang justru mendukung kekejaman Israel. Padahal, serangan Israel sudah jelas keluar dari hukum dan undang-undang internasional. Israel telah nyata melakukan manipulasi, playing victim, dan kejahatan perang. Nilai-nilai kemanusiaan telah diinjak-injak dengan demikian hinanya di bawah operasi militer yang niradab.
Bagaimana bisa para penguasa yang selama ini menggembar-gemborkan HAM dan demokrasi sebagai pilar sistem yang diyakini paling ideal lantas mengkhianatinya secara gamblang di depan mata? Bagi anak muda yang mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, sungguh semua ini tak masuk di nalar lagi sangat menyakitkan.
Karenanya, wajar jika kaum muda kampus yang secara pemikiran lebih open mind (imbas dari kemampuan mengakses informasi dengan mudah dan cepat serta latar belakang intelektualitas membuat mereka lekas mencerna), serta kenyataan mereka lebih responsif terhadap segala hal yang viral dan menjadi tren, adalah hal yang tidak mengejutkan. Ditambah, sifat kritis mereka secara alamiah telah terbentuk sejak lama dengan pola asuh yang lebih terbuka yang diterapkan serta pengaruh kondisi masyarakat yang bebas (liberal).
Pada akhirnya, rasa muak dan jijik terhadap hipokrisi para penguasa sekaligus sistem yang selama ini tak memihak publik namun justru menjadi penyokong para kapitalis, menjadi pangkal dari keberanian pada diri mereka untuk melakukan protes lebih keras dari biasanya.
Lalu, bisakah fenomena ini disebut sebagai kesadaran politik? Jika mengacu kepada definisi di awal, apa yang terjadi hari ini sangat mungkin menjadi titik awal kesadaran politik. Sebab kenyataannya, anak-anak muda yang turun ke jalan dan bersuara lantang di lingkungan kampus tersebut mulai memahami politik yang sedang berjalan di negerinya dan lebih jauh di muka bumi.
Mereka mulai aware terhadap masalah kemasyarakatan, masalah keumatan, masalah kenegaraan, tidak melulu sibuk dengan urusan personal semata. Mereka mulai mengaitkan berbagai keputusan politik para pemimpin di negerinya dengan peristiwa politik di negeri yang lain, memahami sebab-akibatnya, serta mampu menilainya sebagai keputusan yang tepat atau salah.
Namun, kesadaran politik belum terbentuk sempurna manakala belum sampai kepada gambaran hakikat politik yang ideal yang harus diwujudkan untuk menuntaskan segala problematika manusia, termasuk masalah penjajahan dan genosida terhadap penduduk Palestina. Dan gambaran politik yang ideal tidak bisa tidak, harus diperoleh dengan jalan berpikir cemerlang. Yakni berpikir memahami hakikat kehidupan, sehingga mampu menjawab bagaimana metode yang benar sekaligus tepat dalam mengelola/mengatur kehidupan ini, yang realitasnya terdiri dari potensi manusia dengan banyak bangsa, banyak warna kulit, bahasa yang berbeda-beda, lingkungan yang beraneka ragam, potensi sumber daya alam yang kaya, posisi yang strategis, dan seterusnya.
Pemikiran Cemerlang
Ending-nya, berpikir cemerlang akan menghasilkan politik Islam sebagai solusinya. Sebab Islam satu-satunya yang mampu memberi jawaban meyakinkan (argumentatif) sekaligus menenteramkan (sakinah) terhadap problematika multidimensi paling pelik sekalipun.
Selain pernah terbukti andal saat memimpin dunia hingga belasan abad lamanya, memiliki jawaban terhadap berbagai problem multidimensi yang secara gamblang termaktub dalam Al-Qur'an, As-Sunah, serta yang ditunjuk keduanya (ijmak sahabat dan qiyas), politik Islam juga dijamin oleh Al-Khaliq, pencipta sekaligus pemilik semesta ini, akan menyelamatkan manusia di dunia maupun di akhirat.
Dengan itu semua, maka terjawab sudah, bahwa fenomena protes mahasiswa dunia bisa bahkan sangat bisa berpotensi melahirkan kesadaran politik yang benar jika dibarengi oleh dorongan mengadopsi politik Islam untuk mengelola segala potensi dunia ini.
Bagi generasi muslim, termasuk di dalamnya mahasiswa, semangat mengadopsi politik Islam ini hendaknya lahir dari kesadaran yang benar, yakni dalam rangka beribadah kepada-Nya, untuk mencapai kemaslahatan manusia, serta meraih rida dan jannah-Nya. Tidak ada yang tak mungkin dalam konteks ini, sebab akal dan hati manusia berjalan sesuai fitrah yang Allah tetapkan. Sehingga mewabahnya kesadaran politik Islam dengan motivasi iman bukan hal yang mustahil.
Wallahu a'lam bishawaab.[]
Betul, seharusnya pemahaman politik yang benar dimiliki para mahasiswa. Ini adalah tugas berat saat ini. Tapi bukan berarti tidak mungkin terwujud
Potensi besar pemuda jik diarahkan dengan tepat dengan kesadaran politik islam. Semoga segera terwujud.
Memang kehidupan yang "hidup" diwarnai dengan kebangkitan mahasiswa/i dalam dunia kampus!
Bener banget, Politik di kalangan pemuda harus dipahamkan secara benar. Jangan hanya.bergejolak saja, tapi tidak paham solusi dan akar masalahnya.
PR besar kita adalah mengaruskan opini Islam kaffah agar keresahan mahasiswa tidak bermuara pada chaos yang merugikan banyak pihak. Menyempurnakan pemikiran agar terang benderang baik fikroh dan thoriqoh untuk menghadirkan kembali sistem Islam yang akan melindungi nyawa setiap muslim.