Malaysia dan Singapura, melalui peran mereka yang unik, membantu Iran tetap terhubung dengan pasar global dan memperkuat posisinya di kancah internasional.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Malaysia dan Amerika Serikat mengalami ketegangan terkait kebijakan minyak Iran. Malaysia menunjukkan sikap yang tegas dan tidak gentar terhadap ancaman dari Amerika Serikat terkait impor minyak dari Iran.
Ketegasan tersebut disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Malaysia, Saifuddin Nasution bin Ismail, ketika menyikapi kunjungan empat hari Brian Nelson, wakil menteri keuangan AS untuk terorisme dan intelijen keuangan, di Malaysia dan Singapura. Tujuan kunjungan tersebut seperti dilansir www.tribunnews.com (12/5/2024) dalam upaya untuk memperketat pembatasan ekspor minyak mentah Iran.
Harmonisasi Malaysia dan Iran
Iran telah lama menjadi salah satu mitra dagang penting bagi Malaysia di sektor energi. Sebelum diberlakukannya sanksi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Malaysia, dan Iran menikmati hubungan perdagangan yang harmonis dan signifikan, terutama dalam hal impor minyak.
Namun, dengan meningkatnya tekanan dari Amerika Serikat terhadap negara-negara yang terus berbisnis dengan Iran, banyak negara terpaksa mengurangi atau menghentikan hubungan dagang mereka dengan Teheran.
Salah satu alasan utama di balik sikap tegas Malaysia adalah dukungan Iran terhadap Palestina. Iran dikenal sebagai salah satu pendukung utama perjuangan Palestina di kancah internasional. Negara ini memberikan bantuan finansial dan militer kepada kelompok-kelompok Palestina seperti Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat dan beberapa sekutunya.
Malaysia, di sisi lain, juga telah lama mendukung hak-hak Palestina. Sikap ini tidak jarang menempatkan Malaysia dalam posisi yang berseberangan dengan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu kuat Israel. Perdana Menteri Malaysia, baik yang sekarang maupun sebelumnya, sering kali secara terbuka mengkritik kebijakan Israel dan mendukung perjuangan Palestina di forum-forum internasional.
Ketika Amerika Serikat mengancam akan memberikan sanksi terhadap negara-negara yang terus berbisnis dengan Iran, Malaysia tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan atau kompromi. Sebaliknya, Malaysia menekankan pentingnya kedaulatan nasional dan hak untuk menentukan kebijakan luar negeri mereka sendiri. Menteri Luar Negeri Malaysia beberapa kali menegaskan bahwa Malaysia akan terus menjalin hubungan dagang dengan negara-negara yang dianggap menguntungkan, termasuk Iran.
Iran dan Malaysia: Solidaritas untuk Palestina
Solidaritas Malaysia untuk Palestina menjadi salah satu faktor pendorong di balik keputusan ini. Malaysia memandang dukungan terhadap Palestina sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan politik mereka di panggung internasional. Dukungan Iran terhadap Palestina juga dilihat sebagai hal yang positif oleh Malaysia, memperkuat alasan untuk mempertahankan hubungan baik dengan Teheran meski ada ancaman dari Washington.
Keputusan Malaysia untuk tetap menjalin hubungan dagang dengan Iran meski ada ancaman sanksi dari Amerika Serikat memiliki implikasi yang luas. Di satu sisi, hal ini menunjukkan keberanian dan independensi Malaysia dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Di sisi lain, langkah ini juga bisa mempererat hubungan Malaysia dengan negara-negara yang berseberangan dengan kebijakan Amerika Serikat, seperti Cina dan Rusia, yang juga memiliki kepentingan di Timur Tengah dan mendukung perjuangan Palestina.
Sikap Malaysia yang tidak gentar terhadap ancaman Amerika Serikat terkait minyak Iran mencerminkan komitmen negara ini terhadap dukungan bagi Palestina dan kedaulatan nasional dalam menentukan kebijakan luar negerinya. Dukungan Iran terhadap Palestina yang dinilai tidak sehaluan dengan Amerika Serikat dan sekutunya makin memperkuat alasan Malaysia untuk tetap menjalin hubungan baik dengan Teheran. Langkah ini tidak hanya menunjukkan keberanian Malaysia tetapi juga solidaritasnya dengan negara-negara yang mendukung hak-hak Palestina.
Malaysia dan Iran begitu harmonis dalam mendukung perjuangan Palestina, yang memperkuat ikatan politik di antara keduanya. Sikap Malaysia yang sering mengkritik kebijakan Israel dan mendukung hak-hak Palestina selaras dengan posisi Iran, yang membuat hubungan bilateral makin kokoh.
Malaysia sering memberikan dukungan kepada Iran di forum internasional, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI), dalam isu-isu yang berhubungan dengan kepentingan Iran.
Sikap yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh Singapura sebagai salah satu pusat keuangan terbesar di dunia. Singapura masih menyediakan saluran bagi Iran untuk mengakses pasar keuangan internasional, meski secara tidak langsung. Bank-bank dan perusahaan keuangan di Singapura sering berperan sebagai perantara dalam transaksi yang melibatkan Iran.
Pelabuhan Singapura adalah salah satu yang tersibuk di dunia, dan sering digunakan sebagai titik transit untuk barang-barang yang dikirim ke dan dari Iran. Meski Singapura harus mematuhi sanksi internasional, fleksibilitasnya dalam manajemen perdagangan global memberikan Iran jalur alternatif untuk menghindari beberapa pembatasan.
Singapura cenderung mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dan seimbang dalam hubungannya dengan Iran, menjaga agar tidak secara terbuka berkonflik dengan kebijakan Amerika Serikat. Namun, diplomasi pragmatis ini memungkinkan Singapura untuk tetap menjadi mitra dagang yang penting bagi Iran, terutama dalam produk teknologi dan barang-barang industri.
Singapura adalah salah satu pusat teknologi dan manufaktur di Asia Tenggara. Iran dapat memanfaatkan kemajuan teknologi dan infrastruktur Singapura untuk meningkatkan kapasitas industrinya, baik melalui impor produk maupun kerja sama di bidang riset dan pengembangan.
Dengan demikian, pengaruh Malaysia dan Singapura bagi kepentingan Iran di Asia Tenggara tidak bisa diremehkan. Malaysia, dengan dukungan politik yang kuat dan kerja sama di bidang energi, menyediakan Iran dengan dukungan moral dan ekonomi yang sangat dibutuhkan. Singapura, melalui pendekatan pragmatisnya, membantu Iran dalam bidang keuangan dan perdagangan, meskipun dalam batasan sanksi internasional.
Malaysia dan Singapura ini meski dengan pendekatan yang berbeda, memberikan Iran jalur penting untuk mempertahankan stabilitas ekonomi dan politiknya di tengah tekanan global. Malaysia dan Singapura, melalui peran mereka yang unik, membantu Iran tetap terhubung dengan pasar global dan memperkuat posisinya di kancah internasional.
Menyatukan Negara Bangsa
Namun demikian, adanya kerja sama di antara negara bangsa yang satu haluan dalam menghadapi ancaman negara adidaya seperti Amerika Serikat masih bersifat pragmatis dan sementara karena motif kemaslahatan sesaat. Berbeda halnya ketika sistem pemerintahan Islam tegak berdiri, seperti halnya Khilafah yang akan menyatukan banyak negara bangsa di dunia saat ini. Khilafah sebagai negara yang mengadopsi aturan syariat Islam secara kaffah, diharapkan menjadi sebuah negara adidaya yang kuat dan berpengaruh di panggung internasional.
Untuk memahami bagaimana Khilafah dapat mencapai status ini, penting untuk melihat berbagai aspek penyebabnya, di antaranya:
Pertama, faktor ideologi yang kuat. Khilafah didasarkan pada prinsip-prinsip Islam yang diambil dari Al-Qur'an dan hadis. Ideologi ini memberikan landasan moral dan etika yang kuat, serta panduan yang jelas dalam semua aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, dan hukum.
Kedua, faktor kesatuan umat. Prinsip "Ummatan Wahidah" (umat yang satu) dalam Islam menekankan pentingnya persatuan di antara kaum muslim di seluruh dunia. Kesatuan yang dimaksud sebagaimana gambaran dari QS. Al Baqarah ayat 213, secara jelas disebutkan bahwa manusia itu (dahulunya) satu umat (Kana al-nasu ummatan wahidah). Menurut sebagian ahli tafsir, ummah dalam ayat tersebut berbentuk tunggal yang tidak lain bersatunya kaum muslimin. Hal ini diharapkan mampu mengumpulkan kekuatan besar dari berbagai negeri muslim di bawah satu bendera, memperkuat kohesi internal dan solidaritas.
Ketiga, pengelolaan sumber daya alam. Dalam sistem Khilafah, sumber daya alam dianggap sebagai milik umum yang harus dikelola oleh negara untuk kepentingan seluruh rakyat. Pengelolaan yang efektif dan transparan dari sumber daya ini dapat memberikan basis ekonomi yang kuat.
Selain itu, sebagai negara adidaya, Khilafah diharapkan memiliki kekuatan militer yang signifikan untuk mempertahankan dan melindungi kepentingannya. Adanya kekuatan militer yang kuat dan terorganisir, dengan moral yang tinggi berdasarkan keyakinan religius, akan memberikan Khilafah kemampuan untuk mempertahankan wilayahnya dan memproyeksikan kekuatan di panggung global.
Oleh karena itu, dakwah (penyebaran ajaran Islam) tidak hanya bersifat religius tetapi juga diplomatik, dengan tujuan memperkenalkan dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang dapat meningkatkan citra dan pengaruh Khilafah di dunia. Khilafah tentunya akan melindungi semua asset kekayaan alam agar tidak dikuasai asing apalagi sampai menjajahnya, baik secara ekonomis, maupun politis.
Wallahu a'lam bishawaab. []
Semoga hubungan ke depannya tidak berdasarkan pada asas manfaat saja.
Persatuan negeri-negeri muslim tidak akan kuat tanpa adanya kesatuan institusi negara penerap Islam yakni Khilafah
Kemaslahatan masih menjadi pertimbangan selama negeri-negeri Islam masih disekat-sekat.