Membagi wilayah Palestina menjadi dua, untuk Israel dan untuk Palestina, adalah sebuah bentuk pengkhianatan.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mantan Presiden Republik Indonesia ke-6, memberikan pendapatnya terkait konflik antara Palestina dan Israel. Ia mengatakan persoalan yang terjadi pada Palestina bukan masalah agama Islam melawan Yahudi, akan tetapi masalah teritorial, wilayah, dan konflik kedaulatan, pada program Special Interview CNN Indonesia TV, Sabtu (11/5/2024).
Menurut SBY, penduduk Israel yang beragama Islam ada sekitar 18 persen dan sekitar 25 persen berasal dari bangsa Arab. Dengan demikian menurutnya, konflik yang terjadi di Palestina bukanlah masalah agama, tetapi masalah kedaulatan. Untuk itu, sebagai solusi bagi konflik yang terjadi, ia mengusulkan agar wilayah tersebut dibagi atau dilakukan pembagian menjadi dua negara (two state solution), negara Israel dan negara Palestina. Sebelumnya Wapres Ma'ruf Amin juga melontarkan solusi dua negara untuk Palestina sebagai bentuk dukungan solusi yang ditawarkan oleh PBB.
Akar Konflik di Palestina
Banyak orang-orang yang lupa bahwa konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel memiliki akar sejarah panjang yang sulit untuk dihentikan. Kaum muslim Palestina adalah pemilik sah tanah suci itu. Sementara itu, Israel adalah penjajah yang didukung oleh negara-negara Barat untuk terus bercokol di bumi para nabi tersebut. Penjajahan ini dimulai setelah Khilafah Utsmaniyah melemah dan akhirnya runtuh pada 1924 Masehi, kemudian diadakan Perjanjian Sykes-Picot antara Inggris dan Prancis pada tahun 1916 yang membagi wilayah Khilafah Utsmaniyah di wilayah Arab.
Pada perjanjian tersebut, Prancis mendapat jatah wilayah jajahan Suriah, Lebanon, Afrika (Mesir, Ethiopia, Libiya). Sedangkan Inggris mendapat wilayah jajahan Irak dan Yordania. Adapun wilayah old city Palestina, diubah status wilayahnya menjadi wilayah internasional. Pada tahun 1917, Menteri Luar Negeri Inggris, Arthur Balfour mengirimkan surat kepada pemimpin Yahudi Inggris, Lord Rotschild yang menyatakan bahwa Pemerintah Inggris menghadiahkan Palestina untuk mereka yang kemudian hari surat Balfour ini disebut Deklarasi Balfour.
Deklarasi ini sendiri bermula pada tahun 1897 dan pendirian organisasi Zionis oleh Theodore Herzl di Swiss yang berusaha mewujudkan mimpinya untuk mendirikan rumah bagi orang-orang Yahudi di Palestina dan berusaha mengeklaim apa yang mereka yakini sebagai tanah yang dijanjikan, yaitu Palestina. Setelah deklarasi Balfour inilah, entitas Yahudi berbondong-bondong melakukan eksodus ke Palestina dengan dukungan Inggris, Prancis, dan juga Amerika Serikat. Sejak saat itulah dimulainya malapetaka tak berkesudahan bagi rakyat Palestina.
Konflik Palestina Adalah Konflik Agama
Jika dikatakan konflik Palestina bukan urusan agama dan sekadar masalah wilayah, sungguh pernyataan yang salah dan ahistoris. Rakyat Palestina yang telah dan sedang berjuang adalah dalam rangka mempertahankan kehormatan, keimanan, juga wilayah mereka dari penjajahan Israel sebagai bagian dari jihad fi sabilillah. Mereka bukanlah teroris, bukan pula pemberontak. Meskipun dunia Barat terus menyudutkan Palestina dengan mendukung Israel, meskipun pemimpin-pemimpin negeri-negeri Islam terus berkhianat dengan terus diam dan bermesraan dengan kafir Barat, tak akan membalikkan fakta bahwa Palestina tanah milik umat Islam yang wajib kita bela.
Wilayah Palestina merupakan tanah futuhat Islam dari masa kekhalifahan Umar bin Khaththab pada tahun 637 Masehi. Selama 460 tahun, Palestina berada dalam keadaan damai di bawah panji Islam hingga jatuh ke tangan tentara Salib selama 88 tahun hingga kemudian dibebaskan kembali oleh Panglima Besar Islam, Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1187 Masehi. Dengan demikian, tanah Palestina adalah tanah milik umat Islam yang senantiasa disirami darah para mujahid. Apa yang dilakukan oleh rakyat Palestina hingga saat ini merupakan bentuk penjagaan perjanjian umat Islam untuk menjaga tanah futuhat kekhalifahan yang bahkan seharusnya dilakukan oleh seluruh umat Islam.
Sedangkan apa yang melatarbelakangi Yahudi Israel menjajah Palestina bukanlah sekadar merampas tanah. Namun, sedari awal mereka bertujuan ingin mewujudkan cita-cita para pemuka agama mereka untuk mewujudkan rumah masa depan bagi bangsa Israel di dalam tanah yang yang dijanjikan, yaitu Palestina. Kaum Yahudi, disebabkan pembangkangan yang mereka lakukan, menjadi kaum yang terusir. Allah memerintahkan kaum muslim untuk memerangi mereka di mana pun mereka berada karena mereka gemar membuat kerusakan. Dengan ini, bagi umat Islam sangatlah jelas bahwa urusan Palestina adalah persoalan agama, bukan yang lain. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 191,
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُمْ مِنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ
"Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian."
Persatuan Umat
Hampir 6 bulan sudah kejahatan Israel atas Palestina terjadi. Hingga detik ini Palestina masih dibantai oleh Zionis Israel. Di sisi lain, kurang lebih 40 ribu rakyat Palestina telah terbunuh dan lebih dari 80 ribu korban luka. Diamnya umat Islam adalah salah satu penyebab utama malapetaka ini berlanjut. Umat Islam saat ini seakan kehilangan muruahnya. Sekadar untuk memboikot produk aliansi Israel saja mereka tak konsisten, bahkan banyak figur publik dengan sengaja memosting sikap yang menyakiti umat Islam dengan membeli produk musuh.
Mereka sudah merasa cukup dengan memberi bantuan dana ataupun logistik, padahal sejatinya bantuan pangan dan obat-obatan laksana permen yang kita berikan kepada orang yang kehausan, hanya mengalihkan dahaga sesaat. Bahkan media sosial pun telah mulai sepi dan sunyi dari berita Palestina. Umat lebih memilih sibuk berpecah belah dan ribut dengan sesama saudara hanya gara-gara masalah cabang dalam agama.
https://narasipost.com/world-news/10/2023/mendambakan-kepemimpinan-yang-satu/
Bagaimana Israel dan kroninya akan mundur dan takut dengan umat ini, jika para pemimpin negeri-negeri Islam malah merengek dan bersimpuh meminta restu mereka. Mereka begitu bangga bisa menjalin kerja sama dengan Israel dan sekutunya, bahkan mereka rela menjadi tameng rudal yang menyerang Israel. Beginilah gambaran umat sekarang ini, racun nasionalisme telah membunuh syu'ur jama'i (rasa kebersamaan) dalam diri umat Islam. Mereka lupa bahwa umat Islam adalah saudara.
Jika negeri-negeri Islam yang ada sekarang mengerahkan sebagian tentaranya untuk mengusir Israel dari Palestina, tentu Israel, Amerika, dan sekutunya tak berkutik. Akan tetapi, persatuan umat adalah utopia dalam sistem sekuler yang diterapkan saat ini. Untuk itu, umat Islam harus beralih ke sistem Islam yang terealisasi dalam sebuah negara Khilafah. Khilafah yang dipimpin oleh seorang halifah yang amanah akan memobilisasi tentara kaum muslim untuk menghancurkan para penjajah dari negeri-negeri Islam.
Khatimah
Membagi wilayah Palestina menjadi dua, untuk Israel dan untuk Palestina, adalah sebuah bentuk pengkhianatan. Bagaimana bisa kita membagi rumah kita dengan perampok yang telah menjarah harta dan membunuh anak-anak kita? Tentu tak akan ada yang mau.
Untuk itu wahai umat Islam, sudah saatnya kita bangkit karena kebangkitan itu pasti akan terjadi dengan atau tanpa kita. Jangan sampai Allah mengganti kita dengan umat lain yang mau membela agama-Nya. Belum sampaikah kepada kalian hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya no. 18430, Abu Dawud Al-Thayalisi dalam Musnad-nya no. 439, Al-Bazzar dalam Sunan-nya no. 2796, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "... Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti jalan kenabian.”
Wallah a'lam bishawab.[]
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah
Gemess tapi tak bisa berbuat banyakk :")
Membagi dua wilayah Palestina sama saja meridai penjajah merampas tanah Palestina.
Tak ada orang waras yang mau membagi tanahnya dengan penjajah