Ancaman Kematian dari Perubahan Iklim

Ancaman kematian dari perubahan iklim

Ancaman kematian pekerja di dunia akibat perubahan iklim adalah bukti nyata kegagalan kapitalisme dalam menjaga alam dan manusia.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Perubahan iklim masih menjadi isu genting yang terus diperbincangkan negara-negara di dunia. Kekhawatiran akan dampak dari perubahan iklim pun membuat banyak negara menggelar berbagai forum untuk membahas penanggulangannya. Pasalnya, dampak perubahan iklim sudah sangat mengkhawatirkan karena tidak hanya berimbas buruk pada lingkungan, tetapi juga mengancam nyawa manusia.

Lantas apa dampak perubahan iklim bagi kesehatan para pekerja? Bagaimana upaya negara-negara di dunia untuk mencegah dampak perubahan iklim? Bagaimana pula pandangan Islam tentang perubahan iklim?

Dampak Perubahan Iklim bagi Kesehatan

Diwartakan oleh liputan6.com (28/4/2024), International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Perburuhan Internasional melaporkan bahwa perubahan iklim telah mengakibatkan dampak serius bagi keselamatan dan kesehatan para pekerja di seluruh dunia. Dalam laporan ILO tersebut disebutkan bahwa sekitar 70 persen dari 3,4 miliar para pekerja di seluruh dunia berpotensi terpapar panas berlebihan saat mereka melakukan pekerjaannya.

Paparan panas dari perubahan iklim ternyata mengakibatkan petaka bagi para pekerja di dunia. Data ILO pun menyebut bahwa hampir 19.000 nyawa melayang per tahun akibat dari stres di tempat kerja, sekitar 22 juta orang cedera karena pekerjaan, dan 26 juta orang lainnya menderita penyakit ginjal kronis. Selain itu, dampak dari perubahan iklim tersebut juga memengaruhi para pekerja di sektor pertanian. Mereka berpotensi terpapar berbagai bahaya yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan.

Beberapa dampak tersebut di antaranya, ancaman terpapar radiasi UV pada sekitar 1,6 miliar orang dan lebih dari 18.690 orang tewas setiap tahunnya akibat menderita kanker kulit non-melanoma. Selain itu, perubahan iklim juga menyebabkan sekitar 15.000 orang terpapar penyakit parasit setiap tahunnya dan penyakit yang ditularkan oleh vektor. (liputan6.com, 28/4/2024)

Upaya Pencegahan

Demi meminimalisasi dampak dari perubahan iklim terhadap kesehatan pekerja, banyak negara di Eropa yang berupaya memberikan perlindungan pada para pekerja. Contohnya saja di Madrid, setelah seorang petugas kebersihan meninggal karena serangan panas pada 2021 lalu, Spanyol kemudian melarang beberapa pekerjaan yang dilakukan di luar rumah selama terjadinya cuaca panas ekstrem. Demikian juga dengan Yunani yang melarang para pekerja di sektor konstruksi dan larangan melakukan pengiriman selama waktu-waktu panas pada siang hari.

Kondisi darurat ini memang mengharuskan negara-negara segera melakukan tindakan pencegahan secepat mungkin. Jika tidak, potensi kematian para pekerja akan makin banyak dan mengakibatkan terganggunya aktivitas perekonomian. Diketahui, perubahan iklim memang tidak hanya berdampak pada kesehatan pekerja semata, tetapi turut berdampak pada perekonomian global. Sebagaimana dikemukakan dalam studi terbaru bahwa perubahan iklim dapat mengakibatkan turunnya pendapatan global sebesar 19 persen hanya dalam kurun waktu 26 tahun ke depan saja.

Penyebab Perubahan Iklim

Jika ditelisik lebih mendalam, kebijakan negara-negara di dunia yang melarang melakukan pekerjaan di luar ruangan bagi para pekerja, sejatinya bukanlah solusi mendasar. Jika hanya berupaya meminimalisasi jumlah korban tanpa menyelesaikan akar permasalahannya, yakni mengurai penyebab perubahan iklim, hal ini tidak akan memberi dampak signifikan.

Perubahan iklim yang berdampak pada hilangnya nyawa manusia dan kerugian ekonomi sejatinya tidak terjadi begitu saja. Ada proses panjang yang melibatkan campur tangan manusia yang tergabung dalam negara-negara besar dan maju. Salah satu negara yang sangat berkontribusi besar dalam memicu krisis iklim adalah Amerika Serikat (AS). Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada awal 2022 lalu oleh Dartmouth College, di AS, disimpulkan bahwa AS secara historis merupakan negara penghasil emisi terbesar di dunia.

Emisi yang dihasilkan tersebut telah mengakibatkan kerusakan iklim di dunia antara tahun 1990 dan 2014 dan mengakibatkan kerugian lebih dari $1,9 triliun. Negara besar berikutnya yang menghasilkan emisi terbesar adalah Cina, Rusia, India, dan Brasil. Emisi yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut menambah kerugian ekonomi global sebesar US$4,1 triliun pada periode yang sama. Tak hanya negara-negara besar, perusahaan-perusahaan yang menggunakan bahan bakar fosil pun ikut menyumbang emisi karbon yang besar.

Berdasarkan sebuah laporan yang terbit pada 2017 silam dari CDP (sebuah organisasi nirlaba) mengungkap fakta bahwa sejak 1988, sebesar 71 persen dari seluruh emisi gas rumah kaca global ternyata hanya dihasilkan oleh 100 perusahaan yang menggunakan bahan bakar fosil. Tak hanya itu, laporan lainnya dari konsultan Profundo dan organisasi nirlaba bernama Transport and Environment menyimpulkan bahwa lima perusahaan minyak terbesar di Eropa ikut bertanggung jawab terhadap kerugian sekitar $13 triliun dalam 30 tahun terakhir. Kerusakan tersebut meliputi banyak aspek, termasuk polusi, kesehatan masyarakat yang makin memburuk, dan emisi karbon. (bbc.com, 8/1/2023)

Kegagalan Kapitalisme

Negara-negara penghasil polusi terbesar seolah tak mau disalahkan atas memburuknya iklim di dunia. Dengan dalih mencegah pemanasan global, para pemimpin dunia menggelar berbagai forum. Beberapa forum yang digelar dengan misi mengurangi emisi gas rumah kaca adalah IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), Protokol Kyoto, APPCDC (Asia Pacific Partnership on Clean Development and Climate), Protokol Montreal hingga Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP21).

Sayangnya, berbagai forum tersebut tidak mampu menjadi solusi untuk mengembalikan kondisi iklim yang sudah telanjur darurat. Terbukti hingga kini dampak dari perubahan iklim terus terjadi bahkan telah mengancam nyawa manusia. Kondisi ini tentu tak mengherankan jika menyaksikan bagaimana negara-negara kapitalis membangun industrinya. Ya, industri kapitalislah yang paling banyak menyumbang emisi karbon di seluruh dunia. Pembangunan industri tersebut hanya fokus meraup keuntungan tanpa mau peduli terhadap dampak buruk bagi bumi dan generasi selanjutnya.

https://narasipost.com/opini/06/2023/kebijakan-politik-kapitalisme-melegalisasi-kerusakan-iklim/

Bagaimana mungkin negara-negara kapitalis mampu mencegah pemanasan global? Jika di satu sisi mereka menggelar berbagai forum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, sedangkan pada saat yang sama mereka terus menggenjot industri-industri besar yang menjadi menyumbang terbesar emisi karbon. Jika pola pikir yang diemban masih kapitalistik, perubahan atau upaya apa pun yang digaungkan dunia tidak akan menghasilkan solusi, justru akan melahirkan masalah baru. Oleh karena itu, selama sistem yang rusak dan merusak ini masih dijadikan sebagai solusi, problem lingkungan dan ancaman hilangnya nyawa akan terus terjadi.

Kembali pada Islam

Jika kapitalisme adalah sistem yang telah terbukti menghasilkan kerusakan, berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah ideologi yang sahih dan terbukti membawa kebaikan bagi seluruh makhluk. Lebih dari itu, ideologi Islam pun pernah diterapkan selama 13 abad yang lalu dan menjadi mercusuar peradaban dunia. oleh karena itu, satu-satunya solusi untuk keluar dari petaka akibat penerapan sistem kapitalisme adalah kembali pada Islam.

Islam memiliki seperangkat aturan yang paripurna, termasuk bagaimana bersinergi dengan alam. Sejatinya lingkungan dan seluruh apa yang ada di dalamnya adalah anugerah yang diberikan Allah Swt. untuk dimanfaatkan, bukan untuk dirusak. Oleh karena itu, merusak lingkungan (mengeksploitasi alam demi meraup keuntungan semata), sebagaimana yang dilakukan oleh ideologi kapitalisme sejatinya hanya akan mengundang datangnya azab Allah Swt.

Allah Swt. dalam Al-Qur'an pun telah mengabarkan bahwa kerusakan alam semesta akibat ulah tangan-tangan manusia adalah alarm agar manusia kembali pada jalan yang lurus. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-A'raf ayat 96: "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan."

Syariat Islam memandang bahwa terjadinya perubahan iklim adalah masalah manusia, yakni terjadinya kezaliman manusia terhadap alam. Artinya, perubahan iklim bukan semata masalah ekonomi sebagaimana pandangan negara-negara Barat yang memang kapitalistik. Manusia dengan keserakahannya telah memutus rantai daur hidup alam semesta hingga melewati batas keseimbangannya. Jika batas keseimbangannya ini telah terlewati, yang terjadi selanjutnya adalah kerusakan. Pembakaran energi fosil, deforestasi, perubahan fungsi lahan adalah bukti nyata perusakan bumi oleh manusia.

Khatimah

Ancaman kematian pekerja di dunia akibat perubahan iklim adalah bukti nyata kegagalan kapitalisme dalam menjaga alam dan manusia. Jika alam diperlakukan sesuai dengan prinsip syariat (tidak mengeksploitasi alam demi meraup keuntungan semata), kerusakan alam dapat dicegah, manusia pun dapat bekerja dan beraktivitas tanpa harus khawatir akan dampak dari perubahan iklim. Sudah saatnya negara-negara di dunia berbenah dan memperbaiki persoalan lingkungan dengan syariat Islam.

Wallahua'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Mengembalikan Zuhud yang Tercerabut
Next
Mengukir Masa Muda untuk Masa Depan
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

10 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
angesti widadi
6 months ago

Sedih liat kondisi kacaunya iklim yang sekarang:"(

Sartinah
Sartinah
Reply to  angesti widadi
6 months ago

Betul mbak, sedih dan mengkhawatirkan.

Seharusnya penguasa dunia sadar dan segera kembali pada Islam.

Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Malang juga menyala mbak kuh. Ha ha ha. Puanas. Baarakallahu fiik mb. Selalu keren tulisannya

Sartinah
Sartinah
Reply to  Netty al Kayyisa
6 months ago

Malang itu udah di kota besar ya. Kampungku yang pelosok aja sudah panas kok

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
6 months ago

Alam dan lingkungan yang tidak seimbang akan menjadi penyebab hilangnya leselamatan nyawa manusia, kehidupan, alam semesta dan manusia harus seimbang dengan pemeliharaannya, arogansi kapitalisme menjadi biang keroknya, saatnya mengganti sistem dengan Islam kaffah.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Hanimatul Umah
6 months ago

Betul mbak, rusaknya alam memang ada andil tangan-tangan manusia yang serakah. Seharusnya memang segera kembali pada Islam

Novianti
Novianti
6 months ago

Saya besar di Bandung. Dulu ini kota sejuk, sekaramg panas. Belum lagi.persoalan air. Perubahan iklim berefek pada berkurangnya sumber daya alam diantaranya air sebagai penopang kehidupan.. Mengerikan dampak kapitalisme jika terus dibiarkan. Barokallohu, mbak, tulusannya mencerahkan.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Novianti
6 months ago

Sepertinya di mana-mana sekarang panas ya, di kampungku juga panas banget.

Betul mbak, salah satu dampak pembangunan industri kapitalisme adalah berkurangnya air yang menjadi penopang hidup manusia.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
6 months ago

Sekarang suhu memang benar benar serasa panas. Diluar rumah panas menyengat, di dalam rumah juga panas.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Isty Da'iyah
6 months ago

Iya, saya selalu pakai kipas angin sepanjang hari di rumah.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram