Dalam perselisihan antara Filipina dan Cina di LCS, seharusnya membuat negeri-negeri muslim di Asia Tenggara menggabungkan kekuatannya.
Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan Penulis Derap Dakwah Umayah)
NarasiPost.Com-Filipina siap menghadapi Cina. Itulah yang akan dilakukannya ketika Cina mengganggu misi pasokannya di Laut Cina Selatan (LCS). Ya, kedua negara itu kini sedang bersitegang karena Cina mengeklaim bahwa seluruh wilayah LCS adalah miliknya. Ketegangan kedua negara itu terlihat dalam perselisihan maritim, seperti perdebatan sengit hingga penggunaan meriam air. (kontan.co.id, 03/04/2024)
Cina memang telah lama mengeklaim bahwa LCS secara keseluruhan adalah miliknya. Maka tak heran jika negeri Tirai Bambu itu kerap memiliki konflik dengan negara-negara yang memiliki perbatasan dengan LCS. Padahal, setiap negara telah memiliki batas-batas wilayah yang jelas. Namun, upaya Cina untuk menguasai LCS tak pernah gentar. Lantas, apa saja yang dilakukan Filipina dalam menghadapi Cina? Bagaimana posisi negeri muslim yang juga berbatasan dengan LCS?
Filipina dan Laut Cina Selatan
Laut Cina Selatan memang memiliki batas dengan beberapa negara. Ini merupakan laut semi tertutup yang berbatasan langsung dengan Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia di sebelah timur, Cina dan Taiwan di sebelah utara, serta Malaysia dan Indonesia di sebelah selatan.
Sebagai negara yang memiliki sebagian wilayah LCS, Filipina pun rutin melakukan aktivitas patroli, berjaga di perbatasan negara, dan menjaga aktivitas kapal-kapal nelayan negaranya yang mencari ikan di wilayahnya. Namun, aktivitas itu sering diganggu oleh Cina yang berusaha menghalangi negaranya untuk mengelola wilayah LCS yang menjadi daerah kekuasaannya. Kapal ilegal Cina kerap memasuki wilayah Filipina di LCS dan melakukan aktivitas mencari ikan di sana. Nelayan Filipina juga pernah dikejar oleh kapal Cina saat mencari ikan di wilayah negaranya.
Filipina di Pusaran Konflik LCS
Sejauh ini, konflik yang muncul di LCS memang selalu dipicu oleh keberadaan Cina yang mengusik batas wilayah negara lain. Cina yang terus mengeklaim bahwa LCS adalah miliknya tak pernah tinggal diam untuk merebut LCS. Bahkan, Cina telah mengajukan klaim yang diberikan kepada Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag untuk mendapatkan pengakuan pada 2016 lalu. Namun, pengadilan ini menolak klaim Cina sebab klaim tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Ketika Cina berkonflik dengan negara-negara yang berbatasan dengan LCS, sebenarnya Cina juga berhadapan dengan Amerika Serikat (AS). Termasuk ketika ia berkonflik dengan Filipina. AS berjanji akan mendukung Filipina untuk menjaga kedaulatannya di LCS. Ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, saat berkunjung ke Manila pada 19 Maret kemarin. (kontan.co.id, 23/03/2024)
Blinken menilai bahwa Cina telah melanggar hukum internasional karena telah merusak hak-hak Filipina di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara tersebut. Cina telah menggunakan meriam air untuk menyerang kapal, membayangi aktivitas kapal, dan menghalangi pergerakan kapal di perairan tersebut.
Negeri Muslim dan Konflik yang Memanas
Meskipun saat ini negeri muslim yang berbatasan dengan LCS sedang tidak berkonflik dengan Cina, namun peluang konflik tetaplah ada. Hal ini mengingat Cina memiliki ambisi untuk menguasai LCS secara keseluruhan. Tentu kita masih ingat saat Cina mengeklaim bahwa Laut Natuna Utara di Indonesia adalah miliknya. Saat itu banyak kapal Cina yang melakukan aktivitas di perairan Natuna yang membuat resah para nelayan.
Sayangnya, saat negeri muslim berkonflik dengan Cina di LCS, negeri-negeri di Asia Tenggara tersebut masih meminta bantuan dan mengekor kepada negara besar seperti AS. Negeri muslim masih memilih untuk melakukan koalisi dengan negara-negara besar untuk melindungi kepentingan negaranya. Padahal, sebagai negeri muslim yang memiliki Islam sebagai pedoman hidupnya, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam tentu harus menyusun kekuatannya sendiri.
Ya, Islam sebagai sebuah ideologi yang benar, jelas memiliki konsep tata negara yang unggul dibandingkan dengan konsep tata negara ala ideologi kapitalisme. Seperti dalam konsep menjaga wilayah perbatasan negara. Dalam sistem pemerintahan Islam, negara harus mengerahkan segala daya upaya untuk menjaga wilayahnya secara mandiri. Konsep kemandirian ini telah ada sejak negara Islam itu tegak.
Negara Islam yang tegak harus memenuhi beberapa unsur seperti memiliki wilayah yang berada dalam keamanan kaum muslimin, kedaulatan berada di tangan syariat Islam, adanya seorang khalifah yang memimpin, dan kekuasaan negeri hanya bersandar kepada kaum muslimin bukan berada di bawah pengaruh negara lain.
Konsep pembentukan negara ini, telah diterapkan oleh Rasulullah saw., para sahabat, dan orang-orang sepeninggal mereka. Saat itu, negara Islam (Khilafah) yang hadir di tengah-tengah umat mampu menjadi negara yang mandiri bahkan menjadi negara adidaya dan tegak selama 13 abad lamanya dengan wilayah kekuasaan hingga dua pertiga wilayah dunia.
Untuk mewujudkan Khilafah yang kuat dan mandiri, negeri-negeri muslim harus memiliki kesatuan. Sebab, selama negeri muslim hanya mengurusi negerinya sendiri, ia tidak akan bebas dari intervensi negara lain, khususnya negara besar. Apalagi, negeri-negeri muslim tersebut juga terikat perjanjian dengan para negara besar.
Penutup
Dalam perselisihan antara Filipina dan Cina di Laut Cina Selatan, seharusnya membuat negeri-negeri muslim khususnya di Asia Tenggara menyusun kekuatannya sendiri secara mandiri. Hal ini agar negeri-negeri muslim tidak menjadi pengekor atas kebijakan negara besar yang menjadi sandaran mereka saat sebuah masalah menimpa negeri muslim tersebut.
Ingatlah bahwa dalam sistem pemerintahan Islam, Islam memiliki konsep tata negara yang unggul sebagaimana yang diterapkan oleh Rasulullah saw., para sahabat, dan khalifah sesudahnya. Keunggulan dan kemandirian negara Islam saat itu telah membuktikan bahwa umat Islam adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah Taala,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah kepada yang mungkar, dan beriman kepada Allah...” (QS. Ali Imran : 110)
Wallahu a’lam bishawaab. []
Ulasan mba Firda membuat lensa saya disetting zoom out agar tahu apa yang terjadi di negara lain. Sebagai pwdakwah ideologis memang dituntut untuk mengikuti dinamika politik tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri. Barokallohu, mba
Wa barakallahu fiik
Iya betul seharusnya negara Islam saling mendukung satu sama lain dan tidak boleh terpecah.
Sepakat
Alhamdulillah, jazakunnallah khoiron katsiron kepada semua tim redaksi NP