"Berbagai godaan dunia memang menggiurkan, tapi jadi pemuda yang taat syariat jauh lebih menguntungkan. Kelak kita akan ditanya oleh Allah, apa saja yang dilakukan untuk mengisi masa muda."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hai Guys! Kamu punya enggak, tokoh yang kamu anggap hebat dan masih muda? Nah, menurut kamu kriteria seseorang bisa disebut hebat itu bagaimana sih? Apa karena sukses dalam karier, tajir, dermawan, berprestasi, atau karena otaknya encer? Kalian pasti punya kriteria yang berbeda-beda dong.
Berbicara tentang pemuda itu memang asik, Guys. Sosok pemuda identik dengan umur yang masih muda, energik, berkarya, suka-suka, senang hang out, have fun dan lain-lain. Ya, kayak kita-kita ini lah. Hehe.. Sebenarnya definisi pemuda, anak muda, generasi muda or what ever, apa sih?
Princenton dalam kamus Websternya mendefinisikan kata pemuda (youth) adalah rentang waktu antara usia anak-anak sampai dewasa. Ciri khas pemuda adalah memiliki semangat yang membara dan vitalitas (kemampuan) yang prima dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan ), dalam bahasa Arab, pemuda (as syabab) berarti kekuatan, baru, indah, tumbuh, awal dari segala sesuatu, dan akar dari sikap optimis dan positif. Wah, definisinya keren ya!
Pemuda Aset Bangsa dan Peradaban Dunia, Lho!
Guys, kamu sadar enggak sih, kalau keberadaan kita adalah aset buat kemajuan suatu bangsa dan dunia? Bahkan, termasuk bonus demografi untuk negara. FYI, berdasarkan survei BPS per September 2020, penduduk Indonesia didominasi oleh usia produktif (15-64 tahun) sebesar 191,08 juta jiwa, atau 70,72%, usia muda (0-14 tahun) sebesar 63,03 juta jiwa, atau 23,32% dan lanjut usia (65 tahun ke atas) sebesar 16,07 juta jiwa atau 5,95%.
Sedangkan menurut Survei Global Muslim Travel Index (GMTI) tahun 2022, menunjukkan tren peningkatan populasi penduduk pada usia muda yang tersebar dari beberapa generasi. Generasi (gen) Z (lahir 1996-2010) sebanyak 27,2%, milenial (lahir 1981-1995) sebanyak 22,9% dan gen Alfa (lahir 2011-2025) sebanyak 21,5%. Ketiganya membentuk 1,46 miliar atau 70% penduduk muslim di dunia (Kompas.co.id, 8/6/2022). Masyaallah! Amazing!
Nah, dengan potensi sebesar itu, wajar dong kalau pemuda bisa menjadi ujung tombak untuk membangun kembali peradaban Islam. Coba deh, kamu buka lagi buku sirah Nabi Muhammad saw. atau sirah sahabat. Masa kegemilangan Islam tercapai karena sumbangsih para sahabat yang masih berusia muda. Keren!
Barat Membidik Pemuda Muslim
Sayangnya, Guys, Barat sudah lebih dulu membaca potensi kita. Mereka menganggap keberadaan pemuda muslim adalah ancaman bagi eksistensi ideologi dan kekuasaan mereka. Barat telah belajar dari sejarah, terutama saat perang. Betapa para pemuda sanggup membuat pasukan musuh kocar-kacir dan benteng pertahanan pun luluh lantak. Padahal, enggak jarang jumlah pasukan kaum muslim hanya sedikit dan pemimpin pasukannya pun masih belia. Contohnya, Khalid bin Walid dan Sultan Muhammad Al-Fatih. Kok bisa? Karena, kekuatannya ada pada ideologi dan akidah yang dimiliki.So, untuk melemahkan pemuda muslim, mereka harus dijauhkan dari akidahnya. Cerdas atau licik ya, Barat ini?
Nah, kamu merasa enggak sih, kalau pemuda sekarang banyak yang mager, lebih suka rebahan dan jadi generasi latah? Sebenarnya, bagaimana ya cara Barat melemahkan pemuda muslim? Yuk, check this out!
1.Racun 5F (Fun, Food, Fashion, Film, Faith) dan 1S (Sing)
Gak bisa dimungkiri, kalau generasi muda sekarang larut dalam racun ini. Kalau dulu kiblat 5F ini adalah negara Barat, sekarang dibelokkan ke negaranya para oppa. Arus Korean Wave menyapu hampir semua generasi, dari anak-anak sampai ibu-ibu. Siapa yang enggak kenal BTS, Black Pink, Rain, Song Hye Kyo dan sederet penyanyi atau bintang drakor lainnya. Media pun gencar mempromosikan life style mereka, sampai akhirnya ditiru secara totalitas oleh pemuda muslim. Mulai dari apa yang dimakan idolanya, sampai cara makannya. Pokoknya, kalau enggak gaya ala Korea berarti kudet alias enggak gaul. Benar enggak?
Belum lagi demam joget TikTok, konten-konten dan challenge unfaedah yang disukai terus ditiru. Apa pun dilakukan, supaya viral dan terkenal. Masih ingat dong fenomena Citayam Fashion Week? Pemuda sekarang lebih suka dengan hal-hal receh daripada menyibukkan diri dengan belajar misalnya.
2.Virus Liberalisme Sekularisme
Jenis virus ini sangat berbahaya, Guys. Lebih berbahaya dari corona. Kok bisa? Dampak tersebarnya virus liberalisme dan sekularisme sangat dahsyat, bahkan merusak. Pemahaman liberalisme yang dikampanyekan Barat berdampak pada rusaknya pemikiran dan perilaku pemuda. Ide kebebasan yang kebablasan dan dilandasi ruh sekularisme alias memisahkan agama dari kehidupan, berefek pada makin tergerusnya moral. Pemuda muslim akhirnya bertingkah laku semaunya, enggak mau diatur dengan aturan agama. Agama cuma diposisikan sebagai urusan individu, orang lain enggak perlu ikut campur. Makanya, muncul deh perilaku L98T, free sex, jatah mantan, one night stand, friend with benefit, melecehkan agama, bahkan enggak mau beragama. Hadeeh, makin rusak aja!
Untuk kaum cewek, mereka ikut terjebak dengan ide feminisme. Kesetaraan gender sampai pemikiran waithood atau menunda nikah dan free child pun diambil. Sedihnya!
3. Isu Radikalisme
Guys, masih ingat enggak pernyataan salah seorang mantan pejabat yang bilang, kalau pelaku radikalisme itu identik dengan pemuda good looking? Isu radikalisme memang sengaja digoreng Barat untuk menjauhkan pemuda muslim dari ajaran Islam kaffah. Mulai deh dinarasikan kalau ciri-ciri pemuda yang radikal adalah yang rajin ke masjid, pintar bahasa Arab, berpikir kritis dan taat dengan syariat Islam.
Isu ini langsung berdampak, lho. Banyak di antara pemuda muslim yang akhirnya insecure jadi anak saleh. Enggak mau lagi salat di masjid atau ngaji. Takut dibilang radikal, enggak gaul, enggak asik dan lain-lain. Berhasil deh, misi Barat. Jahat 'kan!
4. Moderasi Agama
Ide ini enggak kalah bahaya, Guys. Dia digagas Barat bertujuan untuk menjauhkan umat Islam, khususnya pemuda dari Islam kaffah. Cara menawarkannya juga lebih smooth atau lebih halus daripada isu radikalisme. Tanpa sadar, kita dirusak dan dijauhkan dari pemahaman Islam secara perlahan-lahan.
Misalnya, isu toleransi yang terus dipaksakan, sampai akhirnya seorang muslimah nikah dengan laki-laki nonmuslim pun enggak apa-apa. Salah satu staf khusus presiden sudah melakukannya. Padahal, dia pakai hijab, lho! Muslimah membuka hijabnya juga sudah biasa atas nama kebebasan dan modernisasi. Akhirnya, identitasnya sebagai muslim jadi enggak jelas. Taat enggak, dibilang kufur enggak mau juga. Bingung 'kan?
Yo wes, Guys enggak usah bingung. Berbagai godaan dunia memang menggiurkan, tapi jadi pemuda yang taat syariat jauh lebih menguntungkan. Kelak kita akan ditanya oleh Allah, apa saja yang dilakukan untuk mengisi masa muda. Rasulullah saw. bersabda,“Tidak akan bergesar kaki seorang manusia dari sisi Allah, pada hari kiamat (nanti), sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang lima (perkara): tentang umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya digunakan untuk apa, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta bagaimana dia mengamalkan ilmunya." (HR. At-Tirmidzi)
Kita juga bisa dapat naungannya Allah Swt. lho. Seperti sabda Nabi saw., “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali), kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (HR. Bukhari dan Muslim)
Gimana, Guys mau enggak dapat naungan Allah? Mau aja atau mau banget? []