Kampanye LGBT hingga BDSM, Ancaman Nyata bagi Generasi

"Sistem kapitalisme adalah kecacatan hakiki. Ide yang berbasis keuntungan materi ini telah menyumbangkan berbagai kerusakan bagi umat manusia, karena mengorbankan kepentingan umat dan mengancam keselamatan generasi."

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti Narasipost.Com)

NarasiPost.Com-Gaes, brand fashion luxury Balenciaga kembali menjadi perbincangan di dunia maya. Setelah sebelumnya memicu kontroversi dengan produknya, yakni mempromosikan sepatu yang rusak dan sangat hancur dilabeli harga setara Rp29.9 juta. Nah, brand asal Spanyol ini menjadi sorotan kembali. Setelah menampilkan seorang anak dalam kampanye holiday bertemakan BDSM. Dilansir kumparan.com, Rabu, (2/12/2022)

Apa itu BDSM?

BDSM akronim dari Bondage and Discipline, Dominance and Submission, Sadism and Masochism. Mungkin ini adalah istilah asing bagi kita, karena bukan berasal dari budaya dan moral bangsa. BDSM ini adalah praktik seksual yang biasanya melibatkan aktivitas ekstrem (kekerasan), yang diidentikkan dengan penggunaan busana atau alat tertentu, seperti kalung choker, harness, dan tali yang biasanya dipakai pada hewan. Nah, gila enggak tuh?

Sejauh ini, mungkin kita baru mengenal istilah LGBT. Namun siapa sangka, di balik perilaku seksual yang menyimpang tersebut. Masih banyak perilaku lainnya yang di luar nalar manusia waras, dan tentunya melanggar fitrah manusia, dan agama.

Ya, tak ada satu pun agama di dunia yang menoleransi aktivitas LGBT dan BDSM ini. Baik itu Kristen, Yahudi, Zoroaster (Majusi), Hindu, apalagi Islam. Karenanya, jangan heran Rusia yang bukan negara muslim saja mengeluarkan RUU antikampanye LGBT baru-baru ini. Pun yang terjadi pada kasus kampanye BDSM oleh Balenciaga, dikecam habis-habisan oleh netizen di media sosial.

Bukankah hal ini semakin membuka mata kita, Gaes! Sistem kapitalisme adalah kecacatan hakiki. Ide yang berbasis keuntungan materi ini telah menyumbangkan berbagai kerusakan bagi umat manusia, karena mengorbankan kepentingan umat dan mengancam keselamatan generasi.

Ancaman Nyata

Di Indonesia sendiri BDSM dan LGBT masih menjadi polemik dan kontroversi. Meski dua bentuk penyimpangan seksual ini telah jelas melanggar norma, budaya, dan agama di Nusantara. Namun, begitulah Gaes! Akibat liberalisme dan ekonomi kapitalistik LGBT dan BDSM, seolah cagar budaya yang peri kehidupannya wajib dilindungi.

Selaras, nih dengan kebijakan negara kita! Komnas HAM menganggap komunitas LGBT Legal menurut HAM. Sedang paham BDSM sendiri, pernah dihapus dari draft RUU Ketahanan Keluarga, yakni pasal 85 tentang larangan BDSM yang digodok dua tahun lalu. Hal ini disampaikan langsung oleh Sodik yang merupakan salah satu pengusul RUU Ketahanan Keluarga, " RUU ini sudah diperbaiki, tidak ada lagi yang mengatur LGBT dan BDSM." Dikutip cnn.indonesia.com, (18/11/2020)

Ya, itu artinya tak ada lagi jaminan; perlindungan untuk anak-anak dan generasi kita, aman dari jeratan LGBT dan paham BDSM, ini. Saat negara lepas tangan, maka yang menjadi benteng terakhir generasi adalah keluarga dan pribadi masing-masing.

Sayangnya, komunitas terkecil dalam bangsa ini pun tak lepas dari sekularisme dan liberalisme yang mengungkungnya. Ditambah dengan adanya ekonomi liberal yang rakus akan keuntungan, siap menerkam anak-anak dan generasi kita. Sebagai pangsa pasar yang 'empuk' bagi hadharah (budaya), ide-ide, dan paham sesat mereka.

Hal ini sangat mengkhawatirkan kita, Gaes! Bisa saja bencana kaum Nabi Luth dan ancaman untuk mereka yang zalim menimpa negeri ini. Sebagaimana firman-Nya di surah Hud ayat 82-83, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (dibalik), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu…" Nauzubillah, Ngerinya Gaes!

Mencari Perlindungan

Jika negara sudah tak peduli atas keselamatan generasi, khususnya dalam membentengi kita dari dua paham yang menjadi sumber bencana ini, maka apa lagi yang kita tunggu? Selain mempertebal benteng iman dan kembali pada tuntunan syariat. Lagi-lagi, kita hanya mampu mengandalkan diri sendiri, bertarung dalam kancah hidup tanpa adanya pemimpin yang benar-benar peduli, dan menjamin akidah dan keselamatan kita tetap terjaga.

Hanya saja, keimanan individu tak sepenuhnya bisa menjamin generasi terlindungi. Apalagi, membawa pengaruh yang signifikan dalam memberantas segala penyimpangan seksual ini. Upaya ini, harus didukung oleh kesadaran penuh dari masyarakat dan perlindungan dengan adanya upaya preventif dan sistem sanksi.

Sebagai masyarakat yang taat dan beradab, Islam mengajarkan kita tidak 'main' hakim sendiri. Kebijakan preventif dan segenap sanksi pelanggaran harus negaralah yang bertanggung jawab melaksanakannya. Tentu, negara yang kita maksud di sini adalah negara yang memihak rakyat sesuai syariat. Di mana pemimpin di negara ini akan menerapkan berbagai kebijakan preventif untuk menghindarkan generasi dari paham-paham rusak, dan memberlakukan sanksi tegas bagi yang melanggar. Rasul bersabda, “Siapa saja yang engkau dapatkan mengerjakan perbuatan homoseksual maka bunuhlah kedua pelakunya.” (HR. Abu Dawud, Ibn Majah, dan At-Tirmidzi).

Negara yang kita bicarakan tidak lain adalah Khilafah Islamiah, yang menjadikan syarak sebagai satu-satunya sumber hukum, untuk diterapkan secara kaffah dalam kehidupan seluruh elemen masyarakat. Islamlah yang memerintah laki-laki dan perempuan yang telah cukup usia untuk menikah (HR. An-Nasa'i), agar terhindar dari zina dan segala penyimpangan seksual, seperti LGBT dan BDSM.

Karena itulah, Islam mengajarkan anak-anak sejak dini untuk menjaga auratnya dan menjaga agar tidak melihat aurat sesama jenis (HR. Muslim). Islam melarang tidur dalam satu selimut bersamaan, baik laki-laki maupun perempuan (Imam An-Nawawi). Islam memerintahkan untuk memelihara aurat sendiri dari perhatian dan tangan orang lain (Sahih Muslim).

Dengan begitu, Gaes! Kehormatan dan kemuliaan umat bisa terjaga. Terhindar dari berbagai penyimpangan seksual yang mengancam keselamatan generasi kita.

Khatimah

Nah, gimana Gaes? Rindu 'kan, hidup dalam perlindungan Islam? Karena itu, yuk semakin giat belajar Islam, meningkatkan tsaqafah, dan gencar dalam dakwah. Semoga kehidupan Islam yang kedua segera kembali dalam waktu dekat ini. Tentunya, atas perjuangan kita bersama, yang tak henti mendakwahkan sesama, bahwa sekularisme adalah sumber bencana. Di mana Islam dan syariat yang diterapkan dalam bingkai negara adalah solusinya. Wallahu'alam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Krisis Populasi Mengancam Asia: Gagalnya Kapitalisme Memelihara Keturunan?
Next
Silang Sengkarut Impor Beras, Wujud Salah Kelola Pangan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram