Pokoknya Malas Itu Musuh Gue!

"Ibnu Qayyim rahimahullah pernah memberikan nasihat, ”Membuang-buang waktu itu, lebih buruk daripada kematian, karena kematian hanya memisahkanmu dari kehidupan dunia, sementara membuang-buang waktu memisahkanmu dari Allah.”

Oleh. Ahsani Ashri, S.Tr.Gz

NarasiPost.Com-Jiwa yang gundah dihasilkan dari kadar keimanan yang payah. Jiwa yang usang dihasilkan dari spirit rohani yang lemah. Seseorang yang tertimpa masalah merasa seolah dirinyalah yang paling susah, padahal ada orang yang lebih susah. Seorang pemalas akan didera dengan kehidupan yang susah.

Malas, siapa sih yang belum pernah merasakan malas? Pasti hampir setiap orang pernah merasakannya kan? Sebab, setiap orang memiliki gharizah (naluri) yang dianugerahkan dari Sang Pencipta. Namun, apakah malas itu merupakan hal yang benar? Umumnya sih, orang berpikiran kalau malas itu perbuatan buruk. Karena memang nggak ada faedahnya sama sekali. Nggak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang cinta kemalasan, kecuali ya pelaku malas itu sendiri. Allah dan para nabi dan juga rasul juga benci kepada orang yang malas.

Sob, tau nggak? Ternyata kalau kita mau perhatikan, kemalasan itu ada kemalasan pasif dan aktif. Kemalasan pasif itu sama sekali nggak ada aktivitas, kerjaannya hanya bengong dan melamun saja. Orang yang sudah malas seperti itu, biasanya udah nggak tergerak melakukan sesuatu. Salat malas, ngaji malas, belajar malas, kerja juga malas. Pokoknya hanya bengong bin cengo.

Nah, yang satu lagi adalah kemalasan aktif. Kemalasan aktif ialah beralih pada kegiatan yang tidak penting/bukan kegiatan yang bermanfaat. Pernah liat nggak, ketika azan magrib berkumandang masih banyak orang yang duduk-duduk santai sambil bengong di pinggir jalan? Disuruh puasa, eh malah makan dan minum cuek saja di warteg atau warkop, ada yang disuruh salat Jumat, masih saja sibuk berdagang, atau bahkan masih nongkrong di warkop, sambil asyik mengisap rokok. Nggak jelas juntrungannya. Nah, yang seperti ini, banyak yang sepakat kalau perbuatan itu adalah sebuah kemalasan aktif. Kemalasan jenis ini menipu, kesannya bukan kemalasan padahal termasuk kemalasan dan pembangkangan dari kewajiban, tapi dia beralih pada kegiatan lain. Wah bahaya kan?

Kita sering nggak sadar, kalau saat ini, generasi Islam sedang berada dalam jebakan liberalisme. Bahaya kehidupan liberalisme, mendukung kuat generasi untuk bergaya hidup hedonis (serba boleh), melakukan free sex, narkoba, tawuran, dan kenakalan lainnya. Generasi Islam merasa berada di zona nyaman, lalai dari kewajiban dan memilih aktifitas yang enak. And so on, umat muslim lebih enjoy mengejar dunia, dan melupakan kepentingan akhirat. Cendekiawan muslim yang merasa lebih afdhol mempelajari tsaqafah asing, daripada tsaqafah Islam, itu semua adalah bentuk kemalasan aktif. Sadar atau tidak, pemalas aktif ini sedang melakukan maksiat di hadapan Allah. Lho, kok bisa?

Emang sih, mereka meninggalkan yang wajib, dan menggantinya dengan kegiatan mubah. Akhirnya, banyak kaum muslim yang terjebak dengan situasi ini, dan merasa tidak sedang berbuat maksiat (karena mengerjakan perbuatan mubah/halal). Tapi mereka sejatinya lupa, meninggalkan perkara yang lebih utama, hukumnya wajib. Contoh nih Sob, ketika kita dihadapkan pada dua kegiatan yang fardu, misalnya menuntut ilmu. Mencari ilmu dunia itu hukumnya fardu kifayah, dan mencari ilmu agama/ akhirat itu hukumnya fardu ain. Saat keduanya berbenturan, maka kita harus mengutamakan fardu ain daripada kifayah, apalagi sunah atau mubah. Lebih gawat lagi, kalau ada yang memilih meninggalkan kewajiban dan menggantinya dengan perbuatan maksiat. Misalnya ada yang bela-belain nggak salat eh terciduk sedang pacaran. Nau’dzubillah min dzalik!

Ruginya Menjadi Pemalas

Di mana-mana kalau rugi, udah pasti nggak untung kan? Ya iyalah, menjadi pemalas berarti sudah siap menderita. Karena pemalas akan mengalami ‘kerugian’ waktu selamanya. Waktu adalah nikmat Allah yang begitu agung bagi umat manusia. Banyak manusia yang terperdaya, sehingga menganggap waktu seperti angin lalu, hanya sedikit orang yang memahami betapa pentingnya waktu. Seorang pemalas, juga harus siap menanggung nggak akan dipercaya orang lain, pahalanya sering diserobot orang, kelak menjadi orang yang bodoh, karena malas berkembang dan meng- upgrade diri, gampang dijajah (bully), dan susah masuk surga. Gimana mau masuk surga wong ibadah ajah malas, kan?

Lawan Kemalasan!

Modal pertama, untuk melawan kemalasan sebenarnya berasal dari diri sendiri. Kita diciptakan oleh Allah di dunia ini diberikan pilihan untuk berbuat, dan mempertanggungjawabkan pilihan yang telah kita buat. Islam memiliki fikih aulawiyat yakni kaidah atau prinsip pengurutan amal yang akan dilakukan. Ketika Allah menurunkan hukum Islam (ahkamul khamsah), maka seharusnya itulah yang menjadi urutan prioritas amalan kita. Yang fardu harus dikerjakan dahulu, dari hukum yang lain.

Maka ngaji, dakwah, nggak bisa dikalahkan dengan kegiatan les piano, main game, apalagi hangout di mall bareng teman-teman. Allah sudah mewanti-wanti kita agar nggak larut dalam hawa nafsu. “Orang yang cerdik adalah yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk setelah kematian, tapi orang yang bodoh adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (HR.Tirmidzi)

Modal selanjutnya, kita sebagai generasi muslim harus menghargai waktu dengan baik. Hal ini sangat kontras dengan sikap pemalas yang suka membuang-buang waktu. Dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, Allah bahkan sampai bersumpah dengan menggunakan waktu. Karena itu, seorang muslim harus menyadari betapa berharganya waktu.

Hari kemarin tidak bisa terulang, hari ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin, serta hari esok yang tak seorang pun tahu. Ibnu Qayyim rahimahullah pernah memberikan nasihat, ”Membuang-buang waktu itu, lebih buruk daripada kematian, karena kematian hanya memisahkanmu dari kehidupan dunia, sementara membuang-buang waktu memisahkanmu dari Allah”.

So, ayo Sob jadilah generasi muslim yang mandiri, tidak malas menuntut ilmu, dan mau berdakwah. Semoga kelak kita dikumpulkan bersama orang-orang yang saleh, dan dijauhkan dari generasi mager!
[]


Photo : Unsplash

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ahsani Annajma Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Waspada Jebakan Metaverse, Proyek Ambisius Memanipulasi Peradaban Manusia
Next
Black Garlic, Apa Sih Istimewanya?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram