"Jika ingin menjadi remaja tangguh untuk menghalau segala ide kebebasan yang kian hari kian deras, maka remaja butuh tameng untuk menjadi tangguh. Tameng ini adalah keimanan dan ketaatan seratus persen pada Allah."
Oleh. Dia Dwi Arista
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Remaja saat ini bagai terjebak di tengah banjir bandang. Namun kali ini, bukan air bah yang menerjang, tapi berbagai arus pemikiran Barat, termasuk ide kebebasan yang terus mengikis ketangguhan remaja dalam keteguhan menggenggam kemuliaan Islam. Siapkah remaja melawan arus dan menyandang label 'remaja tangguh'? Namun sebelum itu, yuk ketahui sejarah ide kebebasan atau liberalisme.
Liberalisme berasal dari kata libertas yang diambil dari bahasa latin, atau liberty dalam bahasa Inggris. Liberalisme didefinisikan sebagai tuntutan kebebasan individu dalam semua sektor kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, hingga agama.
Ide ini muncul sekitar abad 18-19 Masehi di Prancis dan Inggris akibat dari lahirnya revolusi industri di negara tersebut. Awalnya, ide kebebasan hanya pada lingkup agama, sebab rakyat Eropa saat itu terkungkung dengan aturan gereja yang ketat. Hingga rakyat merasa tercekat dengan segala aturan dari gereja, bangsawan maupun raja.
Namun pada perkembangannya, ide kebebasan malah kebablasan, meluncur tak terkendali masuk pada semua lini kehidupan. Imbasnya kehidupan dipenuhi dengan ide-ide membebaskan diri dari sekat agama. Yakni, agama tidak berhak mengatur masalah kehidupan. Sayangnya, remaja pun tak bisa mengelak dari imbas ini. Ide kebebasan bagai kunci untuk membuka pikiran remaja yang labil menjadi semakin tak terarah.
Remaja yang tidak mendapat pegangan agama dari lingkungan dasarnya (keluarga, masyarakat dan sekolah) dengan mudah menerima hadirnya liberalisme di tengah kehidupan mereka. Beragama menjadi pilihan dan kehendak pribadi, antara taat _atau maksiat, bahkan antara beragama atau tidak beragama. Pemikiran yang lebih terbuka atau bebas akan menutupi kebenaran dari ajaran agama. Maka dari itu, remaja akan lebih cenderung mengalah pada glamornya kehidupan dunia daripada harus tenggelam dalam kekhusyukan ibadah.
Pudarnya kontrol agama, memudahkan ide ini membuka pintu kebebasan dalam semua bidang. Pun dengan kebebasan dalam pergaulan, remaja saat ini lebih cenderung dengan gaya pergaulan bebas dengan menghalalkan dirinya untuk berpacaran bahkan (naudzubillah) berhubungan suami istri di luar janji suci pernikahan. Ide ini akan terus menggerus keimanan, apalagi jika negara malah membuka peluang dengan membiarkan tontonan di media bebas menayangkan adegan-adegan pacaran dan sejenisnya.
Bablasnya ide kebebasan ini juga berdampak pada ketaatan remaja pada orang tua. Apalagi jika RUU PKS yang secara khusus menyoroti kekerasan disahkan, maka remaja akan mendapat perlindungan hukum melawan orang tuanya, dengan dalih pemaksaan. Dan hal ini sudah banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anak melaporkan orang tua, maupun siswa melaporkan guru. Astaghfirullah.
Kebebasan juga akan termanifestasi pada pakaian. Remaja muslim yang sudah baligh, diberi perintah untuk menutup aurat secara sempurna. Namun lagi-lagi, ide kebebasan ini akan menghalau aturan agama mencampuri urusan dunia. Jadilah remaja bebas berpakaian, mau pakai hot pants, tanktop, atau daster sekalipun ketika keluar rumah akan dipatenkan sebagai haknya. Bahkan ketika pakaian minim mengundang bahaya, yang salah bukanlah cara berpakaiannya. tapi pelakunyalah yang dituduh mempunyai pemikiran negatif.
So, yakin mau pertahanin ide kebebasan untuk bekal kehidupan? Enggak dong. Sebagai seorang muslim, tentu menjadi kewajiban untuk selalu terikat pada hukum Allah (syariat). Baik kita mau atau tidak, karena sifat hukum di mana pun adalah mengikat. Tapi, kita juga harus mempunyai keyakinan yang sempurna bahwa setiap hukum Allah diterapkan, akan berdampak baik bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 50 yang berarti, "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
Maka, jika ingin menjadi remaja tangguh untuk menghalau segala ide kebebasan yang kian hari kian deras, maka remaja butuh tameng untuk menjadi tangguh. Tameng ini adalah keimanan dan ketaatan seratus persen pada Allah. Menyakini bahwa segala perintah Allah akan mendatangkan maslahat dan percaya bahwa larangan Allah akan menjauhkan remaja dari perbuatan keji.
Tameng ini tidak tangguh dengan sendirinya, namun harus ada upaya untuk menempanya menjadi semakin kuat. Yakni dengan selalu mendekatkan diri pada Allah, menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Juga selalu mengikuti majelis-majelis ilmu agar keimanan senantiasa penuh. Tak lupa, mempunyai sahabat-sahabat salihah yang mampu mengingatkan ketika terperosok di tengah jalan. Yang paling penting agar ilmu dan amal berkah, maka menyebarkan ilmu-ilmu tersebut kepada orang lain adalah keniscayaan. Rasulullah bersabda, "Sampaikanlah dariku walau satu ayat. " (HR. Bukhori)
Sungguh masa depan generasi muslim dipertaruhkan jika remaja saat ini kental dengan budaya Barat, apalagi liberalisme ini. Sebelum badai kebebasan makin memorakporandakan remaja, harus ada gerakan untuk menghentikannya. Berharap pada negara, bagai berharap pada benang tipis, mudah putus. Maka remaja muslim sebagai creator peradaban selanjutnya, mempunyai amanah untuk menghentikan arus ini. Bekerja sendiri itu melelahkan, maka perbanyak kawan untuk berjuang bersama dalam melanjutkan kehidupan Islam dan menghentikan serbuan ide-ide kufur. Allahu a'lam bis-shawwab.[]