Jadilah Jomblo Mulia

Adakalanya jodoh itu dekat. Kadang pula datang terlambat. Malah ada yang tak bertandang hingga kendur semangat. Bersegera bertemu jodoh itu mulia. Belum ketemu jodoh hingga usia matang juga bukan aib. Iya enggak?

Oleh: Choirin Fitri (Pemerhati Remaja)

NarasiPost.com - Jodoh qodho' alias ketetapan Allah. Tak ada yang tahu kapan ia bertamu. Tak ada yang tahu dimana tempatnya bertandang. Adakalanya jodoh itu dekat. Kadang pula datang terlambat. Malah ada yang tak bertandang hingga kendur semangat.

Bersegera bertemu jodoh itu mulia. Belum ketemu jodoh hingga usia matang juga bukan aib. Iya enggak?

Anehnya, ketika sekulerisme (pemisahan antara agama dan kehidupan) melanda. Jomblo dianggap aib. Orang yang pacaran dianggap mulia. Sungguh miris bukan?

Sampai-sampai iklan pun dibuat untuk memotivasi agar tak jomblo lagi. "Truk aja punya gandengan, masak kamu enggak?" Begitu katanya.

Nah, kalau gandengannya di jalan halal sih tak ada masalah malah membawa pahala. Tapi, jika gandengannya adalah pacar, ini yang bermasalah.

Kenapa? Karena, Allah haramkan pacaran apapun bentuknya. Pacaran ini pintu awal zina. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32).

Selain itu, Rasulullah saw juga bersabda, ”Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas diri anak keturunan Adam bagiannya dari zina. Dia mengetahui yang demikian tanpa dipungkiri. Mata bisa berzina, dan zinanya adalah pandangan (yang diharamkan). Zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan). Lidah (lisan) bisa berzina, dan zinanya adalah perkataan (yang diharamkan). Tangan bisa berzina, dan zinanya adalah memegang (yang diharamkan). Kaki bisa berzina, dan zinanya adalah ayunan langkah (ke tempat yang haram). Hati itu bisa berkeinginan dan berangan-angan. Sedangkan kemaluan membenarkan yang demikian itu atau mendustakannya.” (HR. Bukhari No. 6243 dan Muslim no. 2657. Lafadz hadits di atas milik Muslim).

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mata itu berzina, hati juga berzina. Zina mata adalah dengan melihat (yang diharamkan), zina hati adalah dengan membayangkan (pemicu syahwat yang terlarang). Sementara kemaluan membenarkan atau mendustakan semua itu.” (HR. Ahmad no. 8356. Dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth)

Baik ayat Alquran ataupun hadits telah kompak menyatakan bahwa zina itu haram. Maka, tak ada kata zina bagi seorang muslim.

Tengoklah kisah Putri Rasulullah Fatimah Az Zahra dan sahabat mulia Ali bin Abi Thalib dalam menjaga diri agar terbebas dari zina. Keduanya sama-sama dalam asuhan Rasulullah tapi mereka dapat menjaga cintanya hingga halal. Cinta mereka adalah cinta dalam diam.

Dikisahkan  Ali bin Abi Thalib Ia ingin meminang seorang bidadari dunia dan akhirat. Ia bergegas mencari perbekalan dengan bekerja. Ia pun menghaturkan lantunan doa pada Sang Maha Penyayang. Ia sandarkan rasa cintanya pada Allah semata.

Belum juga bekal menikah terkumpul, Abu Bakar, Umar, Utsman secara bergantian meminang gadis impiannya. Entah kenapa ayah Si Gadis Suci tak menerima pinangannya. Padahal, mereka lebih layak diterima dibanding dirinya.

Demi cinta dalam diam, akhirnya Ali memberanikan diri. Ia maju mundur menemui wali Si Gadis istimewa. Hanya baju besi pemberian Nabi dan seekor kuda yang ada dalam genggaman. Iman dan takwalah bekal utamanya berani melamar.

Jodoh takkan lari kemana. Lisan Rasul yang mulia menerima pinangannya. Manusia paling agung itu meminta Ali menjual baju besi. Sepertiga untuk mahar. Sepertiga untuk walimah. Sepertiga untuk bekal berumah tangga.

Pernikahan dua manusia mulia Ali bin Abi Thalib dengan putri tercinta Nabi, Fatimah Az Zahra berlangsung sederhana. Tak ada kemewahan. Hanya ada keberkahan yang berlimpah ruah.

Kebahagiaan Ali tak bisa terlukiskan. Gadis yang telah mencuri hatinya kini ada di sisinya. Tapi, sungguh tak disangkanya. Istri dambaannya malah berujar, "Maafkan aku. Sebelum aku menikah denganmu, aku mencintai seorang pemuda. Aku sangat ingin menikah dengannya."

Lidah Ali keluh. Tak mampu berucap. Ia hanya merasa, apakah Fatimah kecewa menikah dengannya. Meski kelu, ia memberanikan diri bertanya, "Siapakah pemuda itu?"

"Pemuda itu adalah engkau," jawab bidadari surganya tersipu malu.

Heeeemmm, luar biasa bukan? Begitulah generasi muslim. Mereka enggan terperosok dalam lubang dosa besar, zina. So, alangkah ruginya jika kita malah mengambil jalan zina untuk mendapatkan pasangan.

Remaja muslim itu ketika ia telah siap maka ia akan segera menikah. Namun, ketika belum siap ia tidak akan berzina tapi berpuasa. Ia akan memegang erat sabda Rasulullah yang berbunyi, "Hai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian sudah memiliki kemampuan, segeralah menikah, karena menikah dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum sanggup menikah, berpuasalah, karena puasa akan menjadi benteng baginya." (HR Muttafaq 'alaih).

Bagaimana? Siap nikah atau mau puasa dulu nih?[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Korupsi Kian Eksis
Next
Jalan-Nya Bukan Jalanku
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram