Pandangan Humanity above religion sangat ampuh menggerus akidah kaum muslim yang tidak memiliki prinsip dalam keimanan.
Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Meraki Literasi)
NarasiPost.Com-Saat media sosial penuh dengan penderitaan muslim Palestina, konser Coldplay di Stadion Utama GBK (15/11) sukses membuat penonton teriak dan bernyanyi bersama. Bayangin aja, negeri yang katanya mayoritas umat Islam, rela berdesak-desakkan demi menyaksikan konser Coldplay yang kerap mengibarkan bendera “pelangi” ini. Mereka bahkan rela menabrak hukum syarak demi kesenangan dunia.
Mengutip dari laman cnnindonesia.com (17/11/2023), Indonesia mendapat sumbangan dari Chris Martin dkk., berupa sebuah kapal pembersih sungai Interceptor 020 (Neon Moon II) untuk membersihkan Sungai Cisadane, Tangerang. Setelah sebelumnya, Coldplay, band asal Inggris ini berhasil menggelar konser pertamanya, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (15/11).
Bagi penggemar fanatik Coldplay, mereka menganggap bahwa Chris Martin dkk. telah melakukan sumbangan amal yang sangat luar biasa. Tak jarang, beberapa komentar nyinyir terlontar, “Mana nih, bantuan dari kelompok yang kemarin koar-koar menentang Coldplay? Memangnya kalian sudah sumbang apa untuk Indonesia?”
Guys, tahukah kalian bahwa untuk sekali konser kemarin, Coldplay menerima bayaran sebesar Rp88 miliar? Dari mana bayarannya? Tentu saja, dari harga tiket yang telah dibeli oleh puluhan ribu penonton. Semua juga tahu bahwa tiket konser Coldplay dibanderol sangat mahal, yakni berkisar antara Rp900.000 hingga Rp13.200.000 (setelah dikenakan pajak). So, sebenarnya untuk membeli sebuah kapal Neon Moon II seharga Rp11,9 miliar itu tidak ada apa-apanya bagi mereka. Guys, jangan sampai bantuan ini membuat kita justru melegitimasi pelanggaran hukum syarak dari sebuah konser musik dan aneka propagandanya, ya!
Jangan Salah Fokus!
Dalam konser kemarin, Coldplay memang tidak menampilkan bendera “pelangi” seperti konser-konsernya di luar negeri. Namun, Guys, tetap saja tidak layak bagi kaum muslim untuk bersukacita di atas penderitaan orang lain. Bukankah seluruh kaum muslim itu ibarat satu tubuh? Ketika ada saudara kita yang meregang nyawa akibat genosida, masih bisakah kita menikmati konser sambil bersuka ria?
Guys, tujuan hidup seorang muslim adalah untuk mencari rida Allah, bukan yang lain. So, hidupnya bukan sekadar dihabiskan untuk sesuatu yang sia-sia. Gaya hidup hura-hura seharusnya jauh dari kamus seorang mukmin.
Terlebih lagi, soal vokalis Coldplay, Chris Martin yang kerap mengibarkan bendera LGBT di setiap konsernya. Tak dimungkiri Guys, bahwa pengibaran bendera pelangi tersebut seolah mengonfirmasi bahwa dirinya memang mendukung kaum LGBT. Niatan terselubung sebagai pendukung LGBT yang kerap dikampanyekan, seharusnya menyadarkan kaum muslim agar berhati-hati dalam memilih idola. Sebab Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Untuk itu, Guys, fenomena adanya Coldplay dan grup musik dunia lainnya, jangan sampai mengubah sosok panutan kaum muslim. Jangan gara-gara salah memilih idola, konser musik yang merupakan kultur global dari Eropa menjadi sebuah kebutuhan yang tidak boleh dilewatkan. Sebab sudah menjadi tabiat manusia untuk meniru dan meneladani gaya hidup dari sang idola. Ditakutkan, dukungan Chris Martin terhadap kaum LGBT akan membuat mayoritas kaum muslim ikut menganggap lumrah perbuatan menyimpang kaum Sodom. Kemudian, gaya hidup yang menyimpang dan hura-hura tersebut berusaha dijadikan kultur homogen untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Humanity Above Religion
Hati-hati, Guys! Sebuah sudut pandang “Humanity above religion” alias kemanusiaan di atas agama, tanpa sadar bisa mendistorsi sekat-sekat agama secara signifikan. Pandangan ini menjadikan standar benar atau salah bukan berdasarkan kacamata Islam, namun hanya sebatas moral, empati, dan manfaat. Guys, pandangan ini sangat halus memangsa pemikiran generasi muda. Sebab mereka berpandangan bahwa semua manusia bisa “baik” tanpa agama. So, selama manusia itu bermanfaat dan tidak merugikan orang lain, maka perilaku penyimpangan mereka tidak boleh dihakimi.
Pandangan yang menomorduakan agama ini, menganggap bahwa agama sebagai identitas membuat hidup manusia jadi tidak asyik. Sebab dalam beragama terlalu banyak aturan-aturan yang membuat manusia terkekang. Banyaknya aturan halal dan haram dalam beragama, membuat pemikiran ini ramai-ramai diadopsi oleh kebanyakan orang. Apa dampak dari pemikiran ini, Guys? Alhasil, ikhtilat (campur-baur laki-laki dan perempuan) tidak perlu dipermasalahkan. Nonton konser plus lihat aurat, no problem yang penting tidak merugikan siapa pun. sikap mubazir karena menghabiskan uang demi nonton konser, tidak apa-apa, selama uangnya halal. Bahkan banyaknya pelanggaran hukum syarak saat konser, semua tidak jadi masalah selama tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan.
Pandangan Humanity above religion sangat ampuh menggerus akidah kaum muslim yang tidak memiliki prinsip dalam keimanan. Pandangan ini secara tidak langsung mengajarkan bahwa aturan agama terkadang tidak memiliki empati dan nilai-nilai kemanusiaan. Atau, agama terpisah dari nilai-nilai kemanusiaan. Pada akhirnya, manusia perlahan namun pasti tidak ingin diatur oleh agamanya lagi. Yups, pandangan ini sebenarnya lahir dari sekularisme yang dibungkus dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pemanisnya.
Padahal masalah kemanusiaan juga diatur dalam Islam. Hanya saja, Islam memandang bahwa kegiatan kemanusiaan juga memiliki aturan baku yang tidak boleh dilanggar. Yakni, caranya harus sesuai dengan sunah Rasulullah dan niatnya semata-mata ikhlas karena Allah. Masalah sedekah misalnya, uangnya haruslah dari yang halal dan diberikan untuk hal-hal yang baik. Pahala sedekah akan tertolak jika salah satu syaratnya tidak terpenuhi, misalnya bersedekah dengan niat bukan mengharap rida Allah Swt.
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pentingnya Sebuah Niat
Sejak zaman Nabi, ada sebagian kaum munafik yang mengiringi perbuatan maksiat dengan perbuatan baik. Bukan untuk bertobat, tapi untuk melegitimasi perbuatan dosanya. Dengan kata lain, Guys, ia melakukan kebaikan agar masyarakat menganggapnya orang baik dan mengabaikan kemaksiatannya. Niatnya pun semata-mata untuk mendapat rida manusia, bukan rida Allah Swt.
Bayangkan Guys, kaum munafik tersebut membangun sebuah masjid yang sangat megah dan indah di Madinah. Yup, sejarah motif terselubung pembuatan Masjid Dhirar tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 107 sampai 110.
“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang beriman), untuk kekafiran, dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman…” (TQS. At-Taubah: 107)
Konon, Masjid Dhirar sangat besar dan indah, dibandingkan Masjid Quba. Namun, meskipun sederhana, Masjid Quba berdiri atas dasar keimanan dan ketakwaan. Jauh berbeda dengan Masjid Dhirar yang dibangun dengan niat untuk melemahkan benteng pertahanan umat Islam.
Mengetahui siasat buruk dari kaum munafik, Rasulullah saw. memerintahkan kepada para sahabat untuk meruntuhkan Masjid Dhirar yang megah tersebut, Guys. Lalu, lokasi dari bangunannya dijadikan tempat pembuangan sampah. Kisah ini sejatinya mengingatkan kita agar tidak boleh terkecoh dengan simbol-simbol kebaikan, bahkan terhadap simbol-simbol agama sekali pun. Sebab, tidak semua simbol kebaikan tersebut dibuat atas dasar tujuan yang suci dan baik pula. Terlebih jika itu dilakukan oleh seseorang yang secara lahiriah bangga memperlihatkan kemaksiatannya.
Bukan untuk menjustifikasi Coldplay, ya Guys. Hanya saja kita tahu bahwa jejak digital mereka sering memperlihatkan dukungannya terhadap kaum LGBT. Lagi pula, sumbangan kapal pembersih sungai untuk Indonesia, sudah pasti bukan diniatkan untuk mencari rida Allah (ikhlas). Terlebih lagi, uang yang dihasilkan pun bukan dari jalan yang halal. Jangan sampai adanya hibah ini membuat kita menoleransi kemaksiatan, saat yang sama merendahkan saudara seakidah kita yang menolak kedatangan Coldplay kemarin.
Karena itu, Guys, sebagai umat Islam kita harus waspada segala pemikiran dan gaya hidup yang dapat menggerus keimanan kita. Manfaat apa pun yang berasal dari kemaksiatan, sejatinya hanya akan menimbulkan kemudaratan. So, mari perbanyak mempelajari fikrah dan thariqah Islam agar penyisipan pemikiran yang jauh dari ajaran Islam dapat kita sadari! Inilah pentingnya mempelajari Islam, agar penyisipan nilai kemaksiatan yang dibungkus dengan apik dengan nilai kemanusiaan dapat kita counter, Guys.
“Maka apakah sama orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang baik (surga) lalu dia memperolehnya, dengan yang Kami berikan kepadanya kesenangan hidup dunia, kemudian pada hari kiamat dia termasuk orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?” (TQS. Al-Qassas: 61)
Wallahu a’lam bishawwab. []
MasyaAllah tulisan teenagernya nendang banget. Perlu dibaca oleh anak- anak muda ini, terutama yang mengidolakan Coldplay. Agar mereka tidak latut dalam pemikiran & perilaku yang bertentangan denan Islam. Agar amal- amalnya tidak menjadi amal yang sia- sia bahkan tertolak. Barakallah Mbak Muthiah.
Alhamdulillah.. Jzakillah khoir Mba Dyah,, wafiik barakallah
Humanity above religion yang menjerumuskan.
Banyak orang menjadi budak keinginan, meskipun yang diinginkan itu melenceng dari aturan Islam.
Orang melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi keinginannya. Baik ataupun buruk bagi mereka sama saja.
Manusia tidak bisa lagi membedakan, mana kebutuhan dan mana keinginan. Semua cara dilakukan demi memuaskan nafsu yang tak berkesudahan.
Membuat orang lupa dengan keadaan di sekitar.
Iya semua disebabkan sistem kapitalisme, akibatnya standar baik dan buruk semua bergantung pada asas manfaat/materi semata.
Sangat berbahaya jika slogan "kemanusiaan di atas agama" diikuti dan diamini oleh banyak orang, apalagi kaum muslim. Ini sama saja dengan membuang aturan agama. Sangat miris memang, saat yang lain mengecam kedatangan grup band tersebut, sebagian lainnya justru rela menghabiskan jutaan rupiah demi menyaksikan konsernya.
Iya Mba, padahal kalau dipikir-pikir, di mana kemanusiaannya saat yang lain sedang digenosida, saat yang sama ada sekolompok orang yang bersuka ria menikmati konser musik.
Humanity above religion. Slogan yang tampak indah, tetapi menyesatkan.
Ibarat Racun berbalut madu, Mba. sangat berbahaya namun halus
Seharusnya agama dinomorsatukan, karena dengan adanya agama tingkah laku manusia akan terkontrol dengan sempurna. Jangan sampai sisi kemanusiaan membenarkan tindak kemungkaran. Demi membela idola, aturan agama dilanggar. Barakallah mba@ muthiah.
Naskahnys keren
Iya Mba, tapi ini sengaja di balik,.. bahwa agama dan kemanusiaan itu tidak bisa berjalan beriringan. karena banyak konflik yang disebabkan oleh agama katanya..
Astaghfirullah, miris! Demi kesenangan dunia mereka rela menghamburkan uang ratusan juta. Tidak sadarkah mereka saudara kita di Palestine sangat menderita karena ulah kaum kufar Yahudi dan sekutunya?
Saatnya back to Islam. Pahami agamamu bangga berislam kaffah agar tak salah langkah.
Semoga naskah iniampu mencerahkan umat yang menontonnya.
Keren mba Muthiah naskahnya
Aamiin...
syukron, jazakillah khoir Mba Dewiku...