"Pada kenyataannya, Guys! Terorisme ini tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Tidak pula dengan jemaah HTI yang fokus pada dakwah menyeru penerapan Islam kaffah. Sebaliknya, adanya terorisme justru mengidentifikasikan bahwa negara telah gagal dalam menjalankan kepemimpinannya dengan baik."
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Viral, baru-baru ini seorang wanita ditangkap karena menodongkan pistol ke Paspampres, yakni Pasukan Pengamanan Presiden di Istana Merdeka. Perempuan yang diketahui bernama Siti Elina ini 'diduga' anggota eks Hizbut Tahrir Indonesia karena di media sosial dia berhubungan dengan akun Eks HTI. Dikutip liputan6.com, Sabtu (26/10/2022).
Bikin geleng-geleng kepala kan, Guys! Masa iya, jemaah dakwah HTI yang senantiasa mengedepankan diskusi dan rasionalitas dalam dakwah di- framing teroris? Stigma ini terlalu dipaksakan! Kasian sekali umat yang termakan opini yang berbau islamofobia ini!
Tuduhan Sepihak
Sejak BHP HTI dicabut, sudah banyak fitnah keji yang dilontarkan untuk HTI. Misalnya, pada tahun 2017 rezim menuduh penghina ibu negara Iriana Jokowi, yakni Dodik Ikhwanto sebagai Anggota HTI, karena menyimpan atribut HTI. Namun tuduhan itu langsung dibantah oleh Ismail Yusanto selaku jubir.
Lalu pada tahun 2019 seorang dosen IPB yang berinisial AB diduga menyimpan bom berdaya ledak tinggi, juga dituduh sebagai anggota HTI. Alasannya karena AB berteman dengan anggota HTI. Namun, AB langsung membantah tuduhan tersebut, baik sebagai pemilik bom, pun sebagai anggota HTI. Ia mengatakan bahwa ia adalah anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN), bukan HTI. Dilansir kompas.com (8/10/2019).
Kita bisa lihat, Guys! Serangkaian tuduhan sepihak ini nyatanya hanya framing tanpa bukti. Seperti halnya Dodik dan dosen AB, maka wanita penodong pistol baru-baru ini pun sama. Kejahatan oknum tertentu yang dimanfaatkan untuk menzalimi dan memfitnah HTI. Pada akhirnya, ini hanya 'gorengan' radikalisme berupa framing jahat untuk jemaah HTI.
Apa Pentingnya?
Ya, seperti biasa Guys! Isu terorisme akan selalu menjadi 'gorengan empuk' menjelang perayaan nasional dengan mengaitkan kasus kriminal yang melibatkan pemerintah dan aparat. Sebagaimana ungkapan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar memberi peringatan, bahwa potensi radikalisme akan meningkat menjelang penyelenggaraan Pemilu 2024.
Pertanyaannya, kenapa isu ini justru muncul menjelang hari-hari penting nasional? Nah, analisis perilaku teror berulang ini yang wajib kita kaji. Dengan melakukan berbagai pendekatan politik yang berhubungan dengan berbagai opini publik. Dalam aspek kepemimpinan misalnya, seberapa puas rakyat akan kepemimpinan rezim saat ini? Karena tak menutup kemungkinan reaksi berupa teror yang dilakukan oknum adalah buah dari kegagalan negara dalam menciptakan kesejahteraan pada rakyatnya.
Jika benar wanita bercadar tersebut teroris, maka teroris tidak akan merencanakan eksekusi tanpa persiapan. Lalu persiapan apa yang telah dilakukan sosok wanita lemah tak berdaya itu, di hadapan Paspampres yang gagah perkasa? Catat, Guys! Bangsa kita masih memiliki generasi yang berakal, jangan sampai kejahatan oknum dijadikan stigmatisasi terhadap Islam dan jemaah dakwah yang nyatanya sudah 'mantan'. Sungguh ini sangat keji.
Yuk, Berpikir Cerdas!
Ya, sebagai muslim yang berakal kita semestinya tidak mudah termakan opini sepihak. Terlebih yang menyasar Islam, ulama, dan jemaah dakwah Islam yang mukhlis. Terlebih lagi, jika framing ini telah berulang-ulang terjadi dan nyatanya hanya fitnah.
Sejauh ini, kita pahami bahwa isu terorisme menjadi momok menakutkan dan penyumbang besar islamofobia di dunia. Gara-gara islamofobia Islam semakin jauh dari umat. Bahkan, islamofobia menjadi latar belakang kekerasan dengan motif agama di sejumlah negara-negara besar di dunia, Seperti Prancis, Amerika, dan Cina.
Pada kenyataannya, Guys! Terorisme ini tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Tidak pula dengan jemaah HTI yang fokus pada dakwah menyeru penerapan Islam kaffah. Sebaliknya, adanya terorisme justru mengidentifikasikan bahwa negara telah gagal dalam menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Jika negara sejahtera dan pendidikan bermutu, maka kebodohan akan terentaskan. Maka kejahatan berupa teror ini tidak akan muncul dengan sendirinya. Rakyat sejahtera akan cerdas, negara berdaulat akan ditakuti musuh-musuhnya. Mustahil paham-paham berbahaya semisal terorisme bisa tumbuh di sana.
Faktanya, HTI hadir di tengah umat dalam rangka membawa misi kebangkitan umat. HTI berdakwah dengan mengutamakan diskusi-diskusi politik, intelektual, dan pemikiran. Karenanya HTI kerap melakukan dialog-dialog yang mengedepankan rasionalitas dalam setiap dakwahnya, tidak dengan kekerasan, apalagi menyebarkan paham radikalisme yang memecahbelahkan umat.
Guys, ketahuilah! Menyerang mereka yang basah lisannya dengan kalam Ilahi adalah sama dengan menyerang Allah dan Rasul-Nya. Karena perintah untuk menerapkan Islam kaffah dalam sebuah institusi negara adalah perintah Rabb dan nabi kita. Maka, kaum yang membenci dan memusuhi perintah Allah ini adalah musuh-musuh Allah juga. Mereka ini adalah kaum kafir yang inginkan kehancuran bagi bangsa kita. Ide islamofobia dan isu terorisme ini, kaum kafirlah sang pelopornya. Mereka ingin menjauhkan kita dari cahaya Islam, karena mereka tau kekuatan umat hanya terletak pada kepemimpinan Islam, di mana wahyu Allah itu diterapkan sebagai landasan bernegara.
So, Guys! Atas dasar inilah Allah dan Rasul telah mewanti-wanti kita. Agar jangan menjadikan kaum kafir sebagai teman apalagi penolong kita. Sebagaimana Firman Allah di surah An-Nisa ayat 144, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin dan penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?"
Tentu saja, ayat ini mengandung makna kontekstual yang bukan hanya berupa larangan memilih pemimpin dan penolong saja, namun segala apa pun yang bisa mendorong kita untuk menjadikan kaum kafir berkuasa atas kita. Seperti membiarkan penguasa bertindak sesuai arahan kafir penjajah dan menciptakan kebijakan yang justru semakin mengokohkan hegemoni mereka.
Khatimah
Oleh karena itu, upaya dakwah pada Islam kaffah ini harus senantiasa dihidupkan, Guys! Jika kafir melakukan segala cara mem- framing Islam dan hamiluddakwah, maka kita pun harus mengonternya dengan segenap upaya membangkitkan umat yang terlena dalam buaian penjajah yang memperdayanya. Tujuan utama, tentu demi menyongsong kebangkitan umat di bawah payung kepemimpinan Islam, yang dengannya membawa umat pada sejarah terbaik peradabannya. Hanya Daulah Khilafah Islamiah yang mampu menjaga muruah Islam dan umatnya di mana pun berada.
Wallahu alam[]