Generasi tanpa Nurani

"Saat Islam dipisahkan dari kehidupan, saat itulah masalah demi masalah datang. Umat pun terputus dari pintu rahmat dan kembali ke dasar kehinaan. Semua terjadi akibat kita meninggalkan Islam sebagai landasan dalam kehidupan yang merupakan indikator kebangkitan."

Oleh. Yana Sofia
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-Jujur, baca berita akhir-akhir ini bikin miris, Guys! Dilansir detik.com (10/11/2022), seorang ibu menghambat laju ambulans dengan mobilnya di jalur Puncak, Bogor. Pengendara lain telah meminta si ibu memberi jalan untuk ambulans, namun ia tetap kekeh sambil berucap, "Nggak mau saya, nggak mau!" Hingga ambulans yang membawa pasien pun tertahan dan membuat jalan macet.

Kemudian, ada pula pejabat publik nih, yakni 8 oknum polisi terindikasi melakukan penyekapan terhadap seorang perawat dan menyerang sebuah rumah sakit di Provinsi Sumut. Dilansir dari tribunnews.com (9/11/2022), Kepolisian Daerah Sumatra Utara (Polda Sumut) telah menindak 8 oknum polisi ini untuk diberikan sanksi tegas.

Berikutnya, berita datang dari Sulsel. Dikutip dari tvnews.com (23/10/2022), seorang paman di Maros membanting keponakannya sendiri yang masih berusia 4 bulan hingga kepalanya pecah dan otaknya berhamburan ke lantai. Usut punya usut, sang paman rupanya tersulut emosi setelah cekcok dengan adiknya, yakni ibu si bayi. Kasian banget, bayi kecil tanpa dosa itu kehilangan nyawanya.

Bagaimana, Guys, berita yang penulis sebutkan membuat kita geram, bukan? Coba diperhatikan, Guys! Ketiga berita tersebut memiliki satu kesamaan. Yakni hilangnya rasa kemanusiaan dan empati. Entahlah, mungkin rasa peduli mayoritas masyarakat kita telah mati? Menguap bersama iman yang sirna dari relung hati.

Ada individu yang menghambat kerja ambulans yang sedang berusaha menyelamatkan nyawa pasien, paman yang diharapkan melindungi malah menyakiti, lalu polisi yang seharusnya mengayomi malah menganiaya dan menghambat petugas publik (rumah sakit). Semua menunjukkan betapa kacaunya sistem yang membangun bangsa ini.

Menjadi Jahiliah

Rasa muak, aneh, bahkan jijik pasti ada di benak setiap individu yang sadar dan berpikir. Situasi ini adalah masalah yang yang tidak bisa diterima akal sehat manusia. Terlebih pada kasus-kasus yang mempertontonkan sikap matinya nurani. Generasi kita seolah kehilangan adab dan moral. Bahkan bersikap bejat.

Warganet mengumpat, masyarakat marah. Semua mempertanyakan kenapa manusia bisa bersikap di luar akal sehat. "Apa umat ini akan kembali ke masa jahiliah, di mana ayah membunuh anak dan anak membunuh bapaknya tanpa nurani?"

Maka benarlah sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Muslim, “Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta …."

Generasi yang mana, itu? Ya, tidak lain generasi di masa jahiliah sebelum Islam datang. Sejarah itu kini terulang kembali di zaman modern hari ini.

Kenapa Begini?

Guys, sebelum Islam datang manusia benar-benar dalam keadaan jahiliah. Manusia hidup tanpa rasa belas kasih. Ayah membunuh anaknya hidup-hidup, ibu diwariskan kepada anaknya, dan kehidupan penuh perbudakan mewarnai kelamnya sejarah sebelum Islam datang.

Lalu Islam datang untuk mengangkat derajat manusia, mengeluarkan manusia dari lembah hina menuju kehidupan bermartabat. Islamlah yang membawa umat keluar dari kegelapan, menuju cahaya Islam yang berilmu pengetahuan dan tingginya sikap manusia.

Jelas, Guys! Rendahnya manusia di zaman jahiliah, Islamlah yang menghapusnya. Islam menjadi faktor kebangkitan umat pada masa itu hingga mampu membawa umat ini menuju puncak emas peradaban manusia. Lalu, kenapa umat Islam hari ini justru berada di posisi sebaliknya? Alih-alih menjadi generasi bangkit, justru mencirikan generasi jahiliah sebelumnya? Rendahnya pemikiran dan jahilnya sikap, persis sebagaimana sabda Rasulullah bahwa umat Islam akan mengikuti kaum sebelumnnya, sehasta demi sehasta.

Ya, sama sebagaimana masa jahiliah sebelumnya. Maka alasan kenapa umat hari ini mundur ke titik terendahnya pun sama. Tidak lain karena meninggalkan Islam sebagai indikator kebangkitannya. Hari ini sekularisme dan kapitalismelah yang menjadi landasan hidup manusia. Menggantikan posisi Islam yang selama ribuan tahun lalu telah mengukir sejarah peradaban terbaik umat manusia.

Saat ini, masyarakat kita memang mayoritas muslim. Memang masih bisa salat. Namun seluruh urusan publik seperti pengelolaan sumber daya alam, pembangunan infrastruktur negara, bahkan segenap kebijakan yang berhubungan dengan kemaslahatan umat telah diatur sesuai 'pesanan' penjajah. Melalui ide sekularisme dan kapitalisme umat dipaksa terpisah dari syariat Islam sebagai satu-satunya landasan hidup dan sumber rahmat dalam kehidupan bernegara.

Saat Islam dipisahkan dari kehidupan, saat itulah masalah demi masalah datang. Umat pun terputus dari pintu rahmat dan kembali ke dasar kehinaan. Semua terjadi akibat kita meninggalkan Islam sebagai landasan dalam kehidupan yang merupakan indikator kebangkitan. Baik dulu di masa jahiliah, maupun sekarang.

Bangsa yang Gagal

Jika kita melihat berbagai masalah hari ini bisa dipastikan sumber masalahnya ada di sistem dan merupakan masalah struktural. Berbagai problem ini lahir dari kegagalan bangsa dalam meriayah dan memenuhi hak-hak rakyatnya. Salah satunya hak bagi generasi untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Rakyat yang dipenuhi hak pendidikannya dengan layak, tidak mungkin berperilaku jahiliah. Rakyat yang diedukasi dengan agama, akan melahirkan pribadi yang bertakwa dan takut berbuat zalim ke sesama. Itu logikanya!

Sayangnya, rakyat bangsa ini diatur oleh sistem kapitalisme yang mengapitalisasi pendidikan. Hanya orang-orang yang berduit yang boleh sekolah. Sementara rakyat miskin dilarang pintar. Ditambah lagi sekularisme telah menjauhkan umat ini dari agama (sumber rahmat). Sehingga berperilaku jauh dari tuntunan syariat. Akibatnya generasi terkungkung kebodohan, jauh dari iman, serta ketakwaan. Maka wajar umat berada dalam kemunduran. Perilaku tak bermoral membingkai potret bangsa yang gagal.

Inilah hasilnya jika Islam dijauhkan dari kehidupan. Ke depan, umat ini akan semakin mundur seiring merosotnya pemikiran akibat terlalu lama berkubang dalam kebodohan. Tentu, jika umat ini tidak segera bangkit berjuang mengembalikan Islam memimpin bangsa, menjadi satu-satunya landasan bernegara.

Khatimah

Jadi Guys, jelas sudah! Sekularismelah pangkal masalah yang membuat generasi muslim hari ini bermasalah, berperilaku tak terpuji sebagaimana bangsa jahiliah. Jadi, jangan tanyakan, "Sampai kapan generasi yang sedang 'sakit' ini sembuh dan keluar dari berbagai kemerosotannya?" Selama sekularisme tidak dicampakkan dari kehidupan untuk digantikan dengan Islam yang terbukti menghapus segala kejahilan, selama itu pula berbagai musibah akan terus berdatangan mengancam bangsa. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Husnuzon Terhadap Allah
Next
Bola jadi Pemersatu Keberagaman? Ah, Enggak juga, Tuh!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram