"Tak apa-apa dibilang nggak asyik karena perkara dunia. Asalkan dalam perkara keimanan selalu terdepan dan selalu memberikan persembahan terbaik. Tak apa-apa ditinggal oleh teman karena diri memilih berhijrah. Asalkan Allah selalu rida atas apa yang kita kerjakan. Kita hanya butuh penilaian Allah, bukan penilaian manusia."
Oleh. Messy Ikhsan
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hello, Guys. Pernah berada di posisi serba sulit nggak? Saat kamu memilih jalan hijrah dan mengazamkan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tapi malah ditinggal pergi tanpa alasan oleh teman-teman yang dahulu membersamai di zaman jahiliah. Zaman saat diri masih terjebak dalam kemaksiatan. Zaman saat diri masih suka hura-hura dan bucin dunia.
Iya, sahabat yang dulu berkoar-koar akan sehidup dan semati. Katanya akan selalu bersama dalam segala situasi dan kondisi. Katanya akan selalu memotivasi dalam bergeliat mengejar beragam prestasi. Eh … tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata tanpa meninggalkan jejak di bumi saat diri memilih berbenah. Kalaupun ada permisi sebelum pergi, hanya menyisakan untaian kata-kata yang menyayat hati.
Sedih? Sakit hati? Kecewa? Galau? Beragam rasa berkecamuk di kepala. Kamu mungkin merasa orang yang paling terzalimi di dunia ini karena ditinggal oleh orang-orang tersayang. Kamu mungkin merasa Allah tidak adil karena memberikan takdir yang tak sesuai harapanmu? Padahal, dunia akan tetap berjalan secara normal. Kisah hidupmu juga tetap berwarna walau tanpa mereka yang menghiasinya. Tapi, kata-kata itu sudah lebih dahulu menusuk hatimu.
"Maaf, kita tak bisa bersama lagi karena kita memiliki visi dan misi yang berbeda."
"Pertemanan kita hanya sampai di sini saja. Sebab, aku dan kamu diciptakan tak sama. Aku lebih memilih jadi budak dunia, sedangkan kamu memilih jadi pengejar surga."
"Ah, loe nggak asyik. Sudah nggak seperti dulu lagi. Masa, sikit-sikit selalu ngomong agama."
Begitulah argumen-argumen yang muncul dari sahabat yang dahulunya akrab banget. Tapi kini, terkesan ada jarak dan pembatas saat diri memilih untuk berbenah. Satu persatu sahabat yang katanya sehidup dan semati, akhirnya juga memilih pergi tanpa permisi. Apakah pilihan untuk berhijrah adalah suatu kesalahan? Jika ini jalan yang baik, kenapa mereka tak ingin membersamai dalam kebaikan?
Pertanyaan-pertanyaan di atas berulang kali berkecamuk di kepala. Mungkin kita sama-sama pernah berada di posisi tersebut. Bukan aku saja, kamu pun mungkin merasakan demikian. It's okey, dituding nggak asyik karena perkara dunia jauh lebih baik daripada buta ilmu agama karena bucin dunia.
Asyik Versi Allah, Titik!
Guys, hidup ini bukan untuk memenuhi semua keinginan orang lain. Bukan juga untuk memuaskan ucapan dan perasaan mereka. Capek kalau kamu hanya berubah dan berbenah untuk terlihat baik pada orang-orang yang tak menghargai dirimu. Apa pun yang kamu lakukan pasti tak akan dihargai. Mereka tak serius ingin berteman kalau hanya untuk menuntut ini dan itu. Sebab, sahabat yang baik bukan banyak menuntut, tapi menuntun.
Tak perlu bersedih hati kalau kamu tak bisa sesuai dengan harapan manusia. Bahkan, kamu boleh berhenti memenuhi keinginan dunia yang tak memberikan pengaruh positif. Daripada menghabiskan waktu dan tenaga terhadap hal yang sia-sia. Lebih baik potensi yang kita punya digunakan untuk menghasilkan karya dan menciptakan segudang prestasi akhirat.
Guys, tetaplah bertahan di jalan kebaikan walau ditinggalkan oleh semua orang. Asalkan Allah selalu di hati dan pikiran. Apa pun yang terjadi, Dia tak pernah meniggalkan kita. Dia yang akan selalu bertahan untuk kita saat manusia memilih pergi. Untuk apa semua orang menyukai kita, sementara Allah memilih menjauh dari diri.
Tak apa-apa dibilang nggak asyik karena perkara dunia. Asalkan dalam perkara keimanan selalu terdepan dan selalu memberikan persembahan terbaik. Tak apa-apa ditinggal oleh teman karena diri memilih berhijrah. Asalkan Allah selalu rida atas apa yang kita kerjakan. Kita hanya butuh penilaian Allah, bukan penilaian manusia.
Hari ini, Allah hanya ingin menyeleksi teman-teman terbaik untuk kita. Teman-teman yang akan mengajak kita dalam kebaikan dan ketaatan. Teman-teman yang sangat asyik karena paham agama. Intinya, standar asyik kita cukup Allah saja, titik. Cukup habiskan waktu kita untuk memuaskan Sang Pencipta dengan selalu terikat pada hukum syariat. MasyaAllah.
Allah berfirman yang artinya:
"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS Az-Zukhruf ayat 67)[]