Selama kebebasan yang digawangi kapitalisme diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara, sungguh kesehatan mental tak akan terjaga.
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Sudah lewat tanggal 10 aja, nih. Emang kenapa? Saban bulan memang ada tanggal 10, kok. Lagian udah kelewat, tuh tanggal 10-nya. Eits, ini beda, Guys. Kalau kata pantun begini,
"Sandal sepuh beli di Jember
Mencari pilihan banyak modelnya
Pada tanggal sepuluh Oktober
Hari Kesehatan Mental Sedunia"
Eh, ada gitu Hari Kesehatan Mental? Baru tahu. Seabrek memang peringatan-peringatan level dunia maupun nasional, Guys. Nah, tiap tanggal 10 Oktober ini, diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Peringatan ini tentunya bukan tanpa sebab, dong. Kira-kira apa, Guys? Yup, saking banyaknya kasus gangguan kesehatan mental alias mental illness yang kerap menelan korban jiwa, maka tanggal 10 Oktober ini diselenggarakan peringatan tersebut.
Animo peringatan Kesehatan Mental Sedunia ini digalakkan juga tahun ini, Guys. Akhir-akhir ini, kesehatan mental menjadi isu yang melekat dalam keseharian masyarakat, wabil khusus kalangan milenial. Menyadari pentingnya hal tersebut, Kementerian BUMN berkolaborasi dengan Menjadi Manusia dan Santosha mengadakan "1.000 Manusia Berbicara" untuk memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia ini, lho. Niat banget 'kan?
Apa Kabar Generasi Muda?
Kalau baca berita di Republika.co.id pada 13 Oktober 2023, Pak Erick menyampaikan bahwa pagelaran peringatan Hari Kesehatan Mental sedunia dengan tajuk "1.000 Manusia Bercerita" itu merupakan salah satu wujud kepedulian BUMN yang digawangi Pak Menteri terhadap perubahan yang dialami generasi muda serta menjadi wadah bagi para karyawan untuk berbagi kisah inspiratif tentang perjalanan mereka dalam mengatasi tantangan kesehatan mental. Tujuan utama acara ini adalah untuk belajar bersama tentang pentingnya dukungan sosial, pemahaman, dan akses ke sumber daya yang tepat, Guys.
Sayangnya, acara tersebut diselenggarakan untuk karyawan BUMN yang menurut Pak Menteri adalah kalangan milenial. Hehm, bagaimana kabar generasi muda di luar lingkungan BUMN? Jangan ditanya, generasi muda negeri ini banyak banget yang terserang gangguan jiwa.
Buktinya bisa ditelusuri di laman CNNIndonesia.com. Pada akhir tahun lalu, 2,45 juta remaja Indonesia didiagnosis mengalami gangguan jiwa selama 12 bulan terakhir. Data ini bukan data kaleng-kaleng, tetapi data berdasarkan pada penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (12/12/2022).
Enggak hanya itu, Guys. Penelitian yang diprakarsai I-NAMHS juga menemukan 15,5 juta remaja mengalami gangguan kesehatan jiwa dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Ngeri enggak, tuh? Ngeri pakai banget. Sementara Kemenpora menyatakan bahwa jumlah anak muda Indonesia yang berusia 16-30 tahun berjumlah 65,82 juta jiwa. Wow, hampir 30% generasi muda yang mengalami gangguan mental. Naudzubillah.
Ngomong-ngomong, kesehatan mental ini didalangi oleh WHO alias World Health Organization. Bagi WHO, Hari Kesehatan Mental Sedunia 2023 merupakan kesempatan bagi masyarakat luas untuk bersatu dalam tema “Kesehatan Mental adalah Hak Asasi Manusia Universa” untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan kesadaran, dan mendorong tindakan yang mendorong dan melindungi kesehatan mental setiap orang sebagai hak asasi manusia universal. Wuih, masuk hak asasi manusia, Guys. Kesehatan, termasuk kesehatan mental memang hak asasi tiap manusia, lho. Jaminan kesehatan ini kudu dipenuhi oleh negara sebagai wujud tanggung jawabnya pada seluruh rakyat.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO kini tampil seolah menjadi dewa penolong dan penyelamat dalam urusan kesehatan, Guys. Negara tampaknya sangat tunduk pada organisasi internasional itu. Balada kesehatan dan kesehatan mental terus bertalu-talu dikampanyekan, Guys. Artinya, kesehatan mental ini bukan sebatas isu, tetapi sudah menjadi permasalahan darurat yang kudu diselesaikan.
Apakah peringatan yang dilakukan setiap tahun bakal menyelesaikan masalah kesehatan mental generasi muda? Big no. Pada kenyataannya, nih, banyak generasi muda yang mengalami mental illness sampai pada tingkat mengkhawatirkan, yakni bunuh diri, Guys.
Kenapa Sampai Gangguan Mental?
"Tak ada asap jika tak ada api," begitulah peribahasa yang lazim terjadi di dalam kehidupan. Begitu pula dengan gangguan kesehatan mental pada generasi muda bukan tanpa sebab, Guys. Nah, kenapa generasi muda sampai terkena gangguan mental? Ini harus ditelusuri, Guys. Faktor internal dan eksternal tentu turut meramaikan sebab itu.
Faktor internal memang bisa menjadi pemicu utama, Guys. Stres kerap menyapa generasi muda saat banyak tugas sekolah atau pekerjaan yang menumpuk. Selain itu, ada sedikit masalah dengan teman, sudah stres. Lebih parah lagi, generasi muda banyak yang kurang iman karena memang tidak terbentuk sejak dini di lingkungan keluarga. Benar enggak, sih? Ya, generasi muda zaman now mudah rapuh karena tak punya daya tahan iman yang kokoh.
Ada pula faktor yang bisa menyebabkan mental illness akut, yakni faktor eksternal berupa gaya hidup dan cara pandang kapitalisme tentang kehidupan ini. Di mana kebebasan didewakan, Guys. Segala sesuatu dipandang dengan sebebas-bebasnya tanpa ikatan norma ataupun aturan agama. Prinsip ini dikenal sebagai akidah sekularisme. Apa itu? Pemisahan agama dari kehidupan dan negara, Guys. Faktor eksternal inilah yang menjadikan banyak manusia kuman alias kurang iman bermunculan.
Hura-hura, foya-foya, senang-senang, pesta-pesta, dan seabrek kegilaan harta benda lainnya menjadi ciri khas generasi muda zaman now. Duh, mesti hati-hati, Guys. Hal ini nyata adanya, lho. Karena gaya hidup bebas ini, banyak generasi muda salah langkah dan salah arah. Jiwa mereka terikat dengan yang namanya gemerlap dunia, tak ingin menghadapi masalah, maunya yang senang-senang saja. Begitu ada sedikit masalah, alamat langsung patah jiwanya.
Perundungan akan bermunculan kala ketenaran dan kekayaan tak menempel pada diri. Selain itu, mencintai lawan jenis yang kebablasan akan berdampak pada gangguan jiwa jika cinta laknat mereka berujung kehamilan dan lepasnya pertanggungjawaban pasangan. Gilanya lagi, nih, Guys, mental illness ini juga kerap datang di dunia pendidikan. Bukan hanya perundungan dari teman atau guru saja, tetapi pendidikan agama yang amat kurang memadai, tak mampu memberikan imun dan nutrisi pada keimanan mereka. Pola pikir dan pola sikap pelajar yang notabene generasi muda jauh dari napas-napas agama (Islam).
Insecure kerap bermunculan saat generasi muda merasa dirinya tak bergelimang harta, tidak tenar, tidak viral, bukan selebgram, dan lainnya. Berangkat dari kebebasan itu juga, mereka juga memandang kebahagiaan adalah banyaknya materi dan hidup dalam ketenaran, Guys. Jika kekayaan, rasa dicintai, atau ketenaran tak menempel pada diri, apa pun akan dilakukan demi kebahagiaan semu itu. Begitu ada cobaan mengadang saat berupaya mewujudkan kebahagiaan semunya, patah hati menghampiri.
Saat patah hati, stres melanda tanpa bisa dicegah karena asupan iman sangatlah kurang. Parahnya lagi, nih, Guys, mereka dengan enteng mengakhiri hidupnya. So far, kesehatan mental generasi muda yang begitu rapuh tak lepas dari tata kehidupan yang beredar di alam semesta ini.
Kesehatan Mental dalam Pandangan Islam
Apa yang menimpa generasi muda berupa mental illness ini sungguh memprihatinkan. Bayangkan, Guys! Jika mereka rapuh dan mudah terkena gangguan mental, bagaimana masa depan mereka dan bangsa ini? Sebenarnya masalah kesehatan mental ini sudah ditangani, bahkan diperingati secara internasional 'kan? Namun nyatanya, kesehatan mental generasi muda sangatlah memprihatinkan. Selama kebebasan yang digawangi kapitalisme diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara, sungguh kesehatan mental tak akan terjaga.
Jauh sebelum WHO menyebutkan bahwa kesehatan mental adalah hak asasi manusia, sungguh Islam telah memandang kesehatan, termasuk kesehatan mental, merupakan kebutuhan asasi yang wajib dijamin pemenuhannya oleh negara. Tahu enggak, Guys? Islam telah menetapkan kewajiban negara untuk menjaga fisik, akal, jiwa dan darah tiap individu rakyat. Jika ada satu saja orang yang cacat akalnya, negara akan segera menangani dengan memberikan pelayanan dan akses kesehatan yang memadai, Guys.
Bukan hanya upaya kuratif, upaya preventif juga akan dilakukan oleh negara, Guys. Dalam Islam, negara tuh penjamin dan pemelihara urusan umat. Maka dari itu, mulai urusan tauhid alias keyakinan beragama sampai pemenuhan kebutuhan asasi akan dipelihara oleh negara, Guys. Keren 'kan?
Negara akan menjaga suasana keimanan dengan memberikan edukasi di tengah masyarakat secara intensif, baik formal ataupun nonformal. Kontrol dan penjagaan negara akan berjalan sesuai tatanan syariat, bukan atas dasar kepentingan, Guys. Tayangan media juga akan membangun suasana keimanan dengan tsaqofah Islam.
Tak hanya itu, Guys, kurikulum pendidikan juga berasaskan akidah Islam. Negara benar-benar menjadikan masyarakat untuk terus mengingat Allah dalam segala aktivitasnya agar merasakan hidup tenteram. Sebagaimana firman Allah dalam surah Ar-Ra'du ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."
Dengan demikian, celah kebebasan ataupun pandangan dan gaya hidup bebas dan rusak akan tertutup rapat. Serangan budaya kafir lewat media akan ditutup aksesnya. Jika ada pelaku perundungan atau penyebar video berkonten merusak akal generasi ataupun rakyat, negara akan memberikan sanksi tegas sesuai ketentuan syariat, Guys. Pastinya, nih, negara tidak akan membiarkan kesehatan mental menimpa seorang pun rakyat, termasuk pemuda, bahkan di awal gejalanya, Guys. So, generasi muda akan terhindar dari gangguan kesehatan mental.
Penutup
Guys, kita kudu berpikir jernih dan cemerlang. Jangan sampai kita sebagai agent of change salah langkah dan ikut berkontribusi dalam menambah suramnya masa depan. Naudzubillah. Kalau enggak mau terserang kesehatan mental, kita wajib kembali pada fitrah manusia di dunia, yakni bersandar sepenuhnya pada Zat Yang Maha Menggenggam kehidupan.
Wallahu a'lam bishawab. []
saat generasi muda jauh dari fitrahnya sebagai manusia, akibat mengabaikan petunjuk SANG PENCIPTA, maka mental illnes akan terus menjerat.
Ada banyak faktor penyebab mental illness ini, dari internal maupun eksternal.
Semuanya akan berlarut-larut penyembuhannya kalau tidak dengan sistem Islam.
Yuk, generasi muda, mengkaji Islam dan berdakwah bersama kelompok dakwah ideologis
Tertarik dengan istilah generasi "kuman" kurang iman.. Benar cikgu pemikiran sekuler- liberal telah menjangkiti remaja. Hidup foya- foya, penuh hura - hura, mati masuk surga mungkin itu impian mereka. Padahal surga akan teraih jika.manusia melakukan aktivitas yang diridai-Nya. Yakni menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang dilarang-Nya.
Jarang banget ketemu anak2 muda di kajian. Entah dimana mereka berkumpul tapi nyatanya kesehatan mental mereka pun rapuh. Menyerah pada sistem yang sangat tidak manusiawi. Ayok, atuh anak muda. Merapat ke kajian ilmu biar masa depan lebih baik di tangan kalian. Islam menjadi rahmatan lil'alamin
Memang ya, mengejar dunia itu melelahkan, lelah fisik dan mental. Makanya, lebih baik mengejar akhirat saja.
Tenan, Mbak. Lelah pakai banget ngejar dunia itu
Yo guys, yuk segera merapat dalam kajian-kajian Islam biar kita tau jati diri kita sebagai pemuda calon pemimpin masa depan dan pewaris kejayaan Islam bukan hanya generasi alay dan letoy.. mudah meleyot hingga depresi...bahaya banget..
Sepakat..generasi muslim bangkit menjadi pemimpin peradaban mulia
Memang sih dunia mengakui bahwa genZ saat ini mentalnya kiat lembek kaya stroberi. Katanya sih beda sama yang dulu. Yach kesimpulannya, makin kesini makin terlihat kerusakannya. Generasi makin nda karuan.
Capitalism effect, Mbak. Hiks
Peringatan hari kesehatan mental, hari antinarkoba, dan hari ini dan itu terus saja digaungkan, sayang cuma sebatas seremonial. Realitasnya kerusakan semakin menjadi. Ah, memang demokrasi tak mampu memberi solusi.
Itulah solusi semu Mbak.
Baru tahu kalau tanggal 10-10 hari kesehatan mental sedunia.
Tapi nyatanya makin kesini banyak yang sakit jiwa.
Tenan, kian banyak yang gangguan mental, Mbak. Hiks