Pemerintah Islam juga menetapkan dalam setiap kegiatan investasi harus mengedepankan kemaslahatan seluruh pihak baik pelaku bisnis itu sendiri, masyarakat, bahkan negara. Oleh sebab itu, investasi tidak boleh dilakukan pada sektor SDA milik umat, melainkan harus dikelola oleh negara.
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Di era digital hari ini, generasi Z (Gen Z) memiliki peluang yang besar dalam melakukan bisnis berbasis investasi. Berbekal informasi digital, mereka dengan mudah memperdalam pengetahuannya terhadap literasi keuangan secara online. Dengan cara ini, Gen Z berkesempatan meningkatkan prospek bisnis, membangun portofolio investasi di pasar saham, obligasi, hingga properti.
Menjamurnya bisnis investasi di dalam negeri, juga dibarengi dengan naiknya angka kejahatan di pasar modal, Guys. Misalnya, dalam bulan Januari kemarin saja, nih, Satgas Waspada Investasi (SWI) telah menemukan 60 investasi bodong, 10 entitas yang melakukan penawaran investasi tanpa izin dan 50 pinjaman online tanpa izin. Dikutip cnnindonesia, Kamis (2/2/2023)
Lantas bagaimana caranya agar kawula muda tidak terjebak dalam investasi bodong? Apa yang harus dipahami oleh pemula?
Risiko dan Prinsip Dasar Investasi
Memang, risiko dalam bisnis investasi sangat mungkin terjadi, Guys. Dalam dunia persahaman, bukan hanya entitas ilegal yang akan kita temui, tetapi ada banyak tindak pidana lainnya seperti praktik perdagangan pasar modal yang tidak sesuai dengan ketentuan bursa, manipulasi harga saham, hingga pemalsuan dokumen atau informasi yang berkaitan dengan pasar saham.
Namun, sebagian investor tidak terlalu ambil pusing dengan risiko-risiko ini. Mereka lebih terfokus pada risiko berupa fluktuasi yang dipengaruhi oleh perubahan suku bunga, inflasi, juga nilai valas. Jika nilai investasi turun, investor akan kesulitan menjual kembali produk investasinya. Risiko ini yang paling ditakutkan oleh para investor.
Oleh karena itu, jika ingin berkecimpung di ranah ini, kita wajib memiliki keterampilan dan penguasaan literasi keuangan yang kuat. Risiko investasi bisa dikurangi dengan cara mengkaji portofolio investasi dan mempelajari jenis-jenis investasi yang menguntungkan. Jika satu instrumen mengalami keuntungan, maka bisa menutupi instrumen lainnya yang mengalami kerugian. Jika kondisi pasar kondusif dan mengalami pertumbuhan, pebisnis bisa mendapat keuntungan dari beberapa instrumen yang memiliki prospek yang sehat.
Nah, untuk merealisasikan tujuan ini, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan sebelum terjun ke bisnis investasi. Pertama, tentukan arah dan tujuan investasi terlebih dahulu. Investor perlu menetapkan pilihan investasi untuk jangka pendek atau jangka panjang, Guys. Jangan lupa pula menetapkan jenis return yang diharapkan dari investasi tersebut.
Kedua, memahami profil risiko investasi yang dipilih. Di sini, investor perlu mempertimbangkan profil risiko investasi, risiko konservatif (risiko kecil), moderat (tingkat risiko sedang), atau agresif (tingkat risiko tinggi). Hal ini penting untuk menentukan instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko investor.
Ketiga, memilih entitas yang bisa dipercaya. Kepercayaan pada pengelola investasi bisa dilihat dari track record yang perusahaan miliki. Pilihan harus berdasarkan analisis data keberhasilan, bukan sekadar rekomendasi dari influencer atau selebritas tertentu, Guy!
Keempat, analisis pasar secara menyeluruh. Investor perlu melakukan analisis pasar dan mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi dan politik yang berhubungan dengan investasinya. Jangan dulu mengajukan bisnis menggunakan dana cadangan, di saat kondisi politik dan ekonomi sedang kacau. Sebab, bisnis investasi hanya akan berjalan baik jika didukung oleh kondisi ekonomi dan politik yang baik pula.
Nah, ini adalah beberapa prinsip yang harus dipahami oleh pemula yang ingin terjun ke bisnis investasi. Hanya saja, perlu kita pahami, Guys. Sebagus apa pun perencanaan dan politik keuangan, kita tak bisa menebak dengan pasti permainan pasar saham yang spekulatif dan manipulatif. Risiko ini bersifat sistemis karena lahir dari sistem sekuler kapitalisme yang menjadi asas sistem ekonomi hari ini. Dalam sistem kapitalisme persaingan bisnis di pasar modal berfokus pada sektor nonriil seperti saham dan obligasi yang spekulatif dan rawan terjadi inflasi. Hal Inilah yang menyebabkan harga saham bisa naik, atau bahkan turun secara tiba-tiba.
Oleh karena itu, Guys, memahami profil dan risiko instrumen investasi wajib dibarengi dengan pengetahuan mendasar tentang prinsip kehalalan muamalah dan produk investasi. Perlu diingat, kita adalah generasi muslim yang terikat dengan aturan syariat, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Khususnya dalam melakukan aktivitas muamalah, Islam telah menetapkan berbagai prosedur dan prinsip-prinsip yang harus dipatuhi. Jangan sampai karena tergiur keuntungan yang instan, malah terlibat bisnis haram yang dilaknat Allah Swt. Untung belum tentu, azab sudah pasti. Semoga Allah jauhkan!
Investasi yang Sesuai Syariat
Dalam Islam bisnis investasi dihukumi mubah, selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Kaidah syarak menyebutkan,
الأَصْلُ فِي الْمُعَامَلاتِ الإبَاحَة إِلا أَن يَدُلُّ دَلِيلٌ عَلَى تحريمها.
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
Islam telah menetapkan asas perekonomian wajib dibangun atas landasan Al-Qur'an dan sunah, di mana dalam setiap kegiatan muamalah wajib berdiri atas prinsip-prinsip syariat, melarang segala praktik ribawi (bunga), maisir (spekulasi), dan garar (ketidakpastian). Oleh karena itu, Guys, Islam menetapkan investasi hanya boleh dilakukan pada aset riil yakni komoditas yang ada wujudnya, seperti emas, bisnis properti, dan komoditas-komoditas halal lainnya. Atas dasar ini, Islam melarang segala bisnis haram apa pun jenisnya seperti minuman keras, judi, dan pornografi. https://narasipost.com/opini/02/2021/islam-lindungi-generasi-z-dari-liberalisme/
Untuk menghindari fluktuasi harga komoditas yang rawan inflasi, sistem keuangan Islam menetapkan bahwa uang yang beredar di tengah masyarakat adalah benda yang memenuhi ilat moneter, diterbitkan oleh lembaga legal, dan diterima oleh seluruh pihak bahkan dunia internasional. Uang yang memenuhi standar seperti ini adalah logam mulia yakni emas dan perak, bukan uang kertas, atau surat-surat berupa obligasi. Karena itu, Guys, negara Islam hanya akan menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang yang sah, bukan fiat money atau Criptocurrency.
Tidak hanya itu, pemerintah Islam juga menetapkan dalam setiap kegiatan investasi harus mengedepankan kemaslahatan seluruh pihak baik pelaku bisnis itu sendiri, masyarakat, bahkan negara. Oleh sebab itu, investasi tidak boleh dilakukan pada sektor SDA milik umat, melainkan harus dikelola oleh negara. Dengan cara ini, negara mampu membangun kedaulatan politik keuangan yang kuat, serta membiayai berbagai kegiatan perekonomian nasional, termasuk mendanai bisnis UKM yang diprakarsai oleh pebisnis kecil dan menengah, juga para investor sebagai mitranya.
Khatimah
Nah, keren, 'kan, pengaturan ekonomi berdasarkan ideologi Islam? Sistem ekonomi yang berlandaskan syarak ini hanya bisa direalisasikan oleh negara yang bernama Khilafah Islamiah, bukan negara sekuler dengan asas kapitalismenya. Oleh karena itu, jika ingin berbisnis di pasar modal dengan cara halal, hanya sistem ekonomi Islam solusinya. Jadi, yuk berdakwah lebih giat lagi. Sistem batil ini, harus segera dicampakkan dari kehidupan agar dunia kembali dalam naungan Islam.[]
Hanya sistem ekonomi Islam yang bisa menyelamatkan keterpurukan ekonomi saat ini.
MasyaAllah bener banget mba Yana, kalau Islam sudah bertindak, maka pasti menentramkan hati dan jiwa, termasuk dalam masalah investasi. Generasi saat ini harus paham investasi yang dibolehkan oleh Islam, jangan asal main ikut investasi tanpa tau dasarnya.
investasi dengan iming-iming untung besar, jelas akan banyak peminatnya meskipun terkterbukti menabrak syariat Islam. sekularime kapitalisme menjadikan keuntungan finansial di atas segalanya.
Bagus ya seandainya setiap orang yang terjun ke dalam bisnis investasi itu paham tentang aturan investasi dengan standar Islam. Ya, tapi ini perlu didukung juga oleh sistem yang sahih. Tanpa itu, investasi yang hanya berburu untung tetap akan menjamur.
Iming-iming keuntungan dalam berinvestasi memang mudah menarik perhatian kawula muda. Padahal, banyak hal yang harus diperhatikan sebelum seseorang melakukan investasi. Barakallahu fiik untuk penulis. Tulisannya keren banget.