"Jika kesadaran ini dimiliki oleh mahasiswa/generasi muda, tentu tak akan ada lagi aksi-aksi viral yang norak dan sia-sia. Keimanan dan ketakwaan membuat mereka berpikir berkali-kali ketika bersikap dan bertindak. Mereka akan memahami bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt."
Oleh. Isti Rahmawati, S.Hum.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Heboh! Tahu gak, Sis video yang lagi viral? Yups! Video sekelompok mahasiswa UIN Kyai Haji Achmad Siddiq berkoplo ria di dalam masjid membuat keresahan di media sosial. Tak hanya menyanyikan lagu koplo ‘ojo dibandingke’ mereka juga berjoget mengikuti alunan lagu.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN KHAS, Saihan membenarkan kalau mahasiswa yang viral tersebut memang mahasiswanya. Ia menduga mereka joget lantaran jenuh mengikuti rangkaian acara PBAK yang berlangsung sejak pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB. Ia juga membenarkan lokasi kegiatan dalam video tersebut memang berlangsung di salah satu bagian dari Masjid Sunan Kalijaga UIN KHAS Jember.
Miris ya, Sis? Mahasiswa yang notabene intelektual dan akademisi malah berkerumun, asyik berkoplo sampai berjoget di dalam masjid. Apa pun alasannya, tetap tidak dibenarkan melakukan aktivitas seperti itu di dalam masjid. Meski begitu, mereka beralasan, lokasi itu merupakan bagian bangunan masjid yang masih dalam tahap pembangunan.
Nitizen pun banyak yang mengecam aksi mereka. Pasalnya, mereka adalah mahasiswa kampus Islam. Seharusnya mereka menjunjung nilai-nilai religi bukan melakukan aktivitas yang sia-sia. Malu banget gak sih!
Memang ya, Sis, titel mahasiswa kampus Islam tidak menjadi jaminan mereka akan melakukan aktivitas yang sesuai dengan syariat. Pasalnya, generasi muda saat ini memang sedang mengalami krisis identitas. Mereka seolah kebingungan mencari jati diri. Senantiasa melakukan sesuatu sesuka hati tanpa berpikir baik-buruk. Mereka seolah tak lagi merasa malu berjoget, bernyanyi di tempat ibadah.
Bicara soal krisis identitas, kira-kira kenapa ya generasi hari ini makin tak bermoral dan minus rasa malu? Yuk, kita cari tahu!
Pertama, fun. Kesenangan memang banyak melenakan generasi muda hari ini. Mereka memenuhi kesenangan mereka dengan berbagai aksi. Tak sedikit yang berniat melakukan sesuatu dengan tujuan viral. Demi kesenangan, mereka mengikuti segala tren yang sedang ramai. Termasuk tembang ‘ojo dibandingke’ yang kini tengah ramai. Rasanya, sayang untuk melewatkan tren yang tengah ramai.
Kedua, sekularisme. Tak banyak yang menyadari kalau generasi muda saat ini digerus dengan ide sekularisme. Ide pemisahan agama dan kehidupan membuat mereka menyampingkan syariat dalam kehidupan dunia. Ide inilah yang membuat generasi muda bebas bertindak tanpa aturan agama. Berkerumun antara laki-laki dan perempuan menjadi sesuatu yang wajar. Bahkan, berjoget-joget pun mereka tak lagi merasa risih/malu.
Ketiga, lingkungan bebas. Lingkungan yang bebas menjadi tempat paling nyaman bagi generasi muda yang krisis identitas. Ya gimana ya, Sis, joget di lingkungan kampus dianggap wajar. Nantinya, segala aktivitas selama ‘tidak merusak’ akan dianggap boleh. Ini bahaya, Sis, khawatir kebebasan ini membuat mereka kebablasan.
Keempat, peran negara. Secara khusus, negara tak menerapkan aturan yang baku tentang pergaulan. Akibat penerapan demokrasi yang mengagungkan ide ‘kebebasan’, membuat generasi muda saat ini ikut menyuarakan kebebasan saat melakukan segala aktivitasnya. Alhasil, seruan baik-buruk terhadap aktivitas mereka akan mental ketika bersinggungan dengan ide ‘kebebasan’ itu sendiri.
Mirisnya, mahasiswa atau generasi muda yang menyerukan Islam justru distigmatisasi radikal. Mahasiswa yang berdakwah di dalam kampus dianggap antipancasila dan berbagai stigma negatif lainnya. Aneh ya, Sis? Dunia udah kebalik.
Suka tidak suka, cermin rusaknya sistem hari ini bisa terlihat dari rusaknya generasi kita saat ini. Ekspresi kebebasan yang diagungkan banyak aktivis justru menjadi akar kerusakan generasi hari ini. Nah, Sis, jelas ya akar krisis identitas yang mendera generasi kita hari ini?
Back to Identity
Manusia sebagai makhluk yang diberikan akal seharusnya mampu menemukan jati dirinya melalui ayat-ayat Allah. Telah dijelaskan oleh Allah lewat surah Adz-Dzariyat ayat 56:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Jelas ya, Sis, tugas manusia itu untuk beribadah. Maka, kita tentu bisa menilai perbuatan sia-sia seperti berkerumun sambil berjoget sangatlah jauh dari aktivitas ibadah. Selain itu, generasi muslim harus memahami bahwa Islam bukanlah agama yang hanya mengurusi ibadah saja seperti salat, zakat, dll, melainkan agama yang mengatur seluruh kehidupan.
Islam adalah sebuah sistem paripurna yang mengatur segala tingkah laku manusia. Maka, dalam hal ini, generasi muda pun telah diatur sedemikian rupa dalam hal pergaulan. Islam melarang aktivitas ikhtilat (campur baur dengan nonmahram kecuali untuk hal yang diperbolehkan syarak) apalagi sambil bernyanyi dan berjoget, di lingkungan kampus pula.
Masjid di dalam kampus seharusnya menjadi sarana syiar Islam. Setiap bagiannya dipergunakan untuk aktivitas yang berfaedah bagi seluruh civitas kampus. Jangan sampai, sarana kampus justru digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Jika kesadaran ini dimiliki oleh mahasiswa/generasi muda, tentu tak akan ada lagi aksi-aksi viral yang norak dan sia-sia. Keimanan dan ketakwaan membuat mereka berpikir berkali-kali ketika bersikap dan bertindak. Mereka akan memahami bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
"Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (TQS. Al-Mudatsir: 38)
Islam Mencetak Generasi Tangguh
Sejarah telah mencatat bagaimana kegemilangan Islam mencetak generasi tangguh. Generasi yang memiliki pola pikir dan sikap yang agung. Sebagaimana saat Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khaththab, Mus’ab bin Umair, serta pemuda muslim lainnya yang berjuang di Makkah bersama Rasulullah saw.. Mereka menjunjung sistem Islam di tengah kafir Quraisy.
Tak hanya Umar bin Khaththab, Mus’ab bin Umair, ada pula pemuda lain pada zamannya yang menyerahkan sepenuh hidupnya untuk menyerukan lslam dan melindungi Rasulullah. Hal ini tak lain karena tingginya keimanan dan ketakwaan mereka, juga sistem Islam yang mampu memberikan tempat yang kondusif demi lahirnya generasi tangguh pejuang Islam.
Semestinya, para mahasiswa kembali menyadari peran strategis mereka. Masa depan bangsa dan negara ini adalah tanggung jawab mereka. Apalagi bagi para mahasiswa dan generasi muslim. Selain sungguh-sungguh menuntut ilmu, identitas keislaman mereka menuntut adanya kepedulian terhadap nasib umat dan agamanya. Wallahu a'lam bishawab.[]