Jungkir Balik Intelektual

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-Isra: 36)"

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sob, menurut kamu kaum yang intelektual itu seperti apa sih? Yang cerdas? Yang jago matematika? Yang hafalannya kece badai? Atau, yang punya segudang prestasi di berbagai bidang pelajaran?

Kalau jawabanmu, ya, berarti persis dengan pengertian dalam KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia. Di kamus onlinenya arti intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan.

Sayang seribu sayang, Sob, kenyataan berbicara kini ada yang menjungkirbalikkan istilah intelektual. Kok bisa?

Cek aja faktanya di pertengahan bulan kemarin. Tepatnya saat negeri ini merayakan 77 tahun kemerdekaannya. Di istana negara ada seorang anak kelas 6 SD menyanyikan lagu dewasa yang sedang viral. Eh, tetiba terdengar kabar bahwa ia jadi duta intelektual. Aneh gak itu?

Aneh banget 'kan ya? Seperti gak ada lagi di negeri ini anak yang asli cerdas, berakal, dan punya prestasi di bidang akademik yang dibanggakan. Padahal, aslinya sangat banyak anak-anak negeri ini yang punya segudang prestasi, hanya saja mereka gak viral. Bahkan, intelektualitas mereka sering diremehkan. Miris!

Beberapa waktu kemudian pemahaman terkait intelektual kembali dijungkirbalikkan oleh para mahasiswa. Masih dengan lagu yang sama, mereka berjoget ria. Mirisnya bukan di cafe atau diskotik. Aksi puluhan mahasiswa dari salah satu kampus berlabel Islam ini malah dilakukan di masjid. Padahal, masjid adalah rumah Allah. Tempat suci umat Islam untuk melakukan ibadah.

Dari fakta ini kembali dipertanyakan ke mana intelektualitas para mahasiswa? Harusnya dengan status mereka sebagai mahasiswa, kecerdasan mereka di atas rata-rata. Eh, tahunya malah melakukan hal-hal yang tak bermoral di tempat ibadahnya sendiri.

Jungkir balik intelektual bukan berdiri sendiri. Ada upaya masif yang dilakukan musuh-musuh Islam untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya. Mereka menyerang dengan berbagai cara. Kini yang paling ampuh adalah dengan budaya dan medsos sebagai kendaraan untuk merusak pemuda.

Bagaimana hasilnya? Kita bisa melihat sendiri saat ini para pemuda lebih memilih membuat konten yang nirmanfaat dibandingkan belajar atau sekolah agar intelektualitas mereka makin terasah. Tak heran jika beberapa anak jalanan yang punya akun viral ketika ditawari untuk melanjutkan sekolah dengan jaminan beasiswa, mereka enggan. Mereka lebih memilih terkenal daripada mempelajari ilmu pengetahuan untuk masa depan mereka.

Padahal ya, Sob, Islam sangat memperhatikan intelektualitas. Pengetahuan alias ilmu dalam Islam sangat amat dihargai. Bahkan, Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang punya ilmu. Cek aja langsung di Al-Qur'an surah Al-Mujadalah ayat 11 ya! Di situ sudah ada keterangan terang benderang bahwa Allah siap meninggikan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.

Selain itu, sebagai seorang muslim kita gak boleh sok pintar. Kita mesti mempelajari ilmu dulu sebelum beramal. Jangan sampai kita beramal tanpa memiliki ilmunya. Kalau gak rusak, bisa sesat apa yang kita lakukan. Naudzubillahimindzalik.

Sebenarnya, hal ini juga telah diperingatkan oleh Allah dalam firman-Nya surah Al-Isra' ayat 36 yang berbunyi:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."

Nah lho! Dalam ayat ini Allah melarang kita melakukan sesuatu yang kita gak punya pengetahuan tentangnya. Kita gak boleh sok tahu, Sob. Mengapa? Karena Allah bakal meminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan oleh pendengaran, penglihatan dan hati nurani kita.

Lalu, bagaimana solusinya agar jungkir balik intelektual enggak eksis? Mulai dari diri kita, Sob. Tanamkan dalam diri bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban yang tidak bisa ditunda. Kita harus taat syariat Islam yang utuh agar tidak terjebak kemaksiatan pada Allah.

Berikutnya, sampaikan pada sahabat ataupun kerabat agar tak salah langkah. Pahamkan bahwa kecerdasan seseorang bukan diukur dari konten viral nirmanfaat yang ia hasilkan. Namun, bagaimana ia menyikapi segala hal dengan ilmu. Ia memakai standar halal haram dalam kehidupannya.

Terakhir, intelektual muslim butuh dukungan negara. Sehingga, kita berharap dan terus berjuang agar para punggawa negeri ini gak terus-menerus berada dalam kesalahan. Kita pun harus semangat berjuang meyakinkan bahwa hanya Islam yang paling pas sebagai standar intelektual atau tidaknya seseorang. Bukan yang lainnya. Wallahu a'lam.

Batu, 2 September 2022[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Hak Pendidikan Siswi Hamil? Saatnya Dunia Pendidikan Berbenah
Next
Aroma Pengkhianatan di Balik Kerja Sama Turki dan Israel
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram