Jadi Pegiat LaGiBeTe? Ogah!

“Ditambah lagi, liberalisasi pergaulan yang dianut oleh negara-negara besar membuat pegiat LaGiBeTe ini makin banyak. Mereka pun makin masif mengajak orang lain untuk melegalkan dan mengikuti perilaku mereka. Tak ada rasa malu, yang ada malah rasa bangga dengan perilaku kebebasan yang mereka anut.”

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com- Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau, di langit yang biru
Pelukismu agung, siapa gerangan? Pelangi-pelangi ciptaan Tuhan

Yups, lagu yang viral di kalangan anak-anak dan wajib dihafal ini memang menggambarkan keindahan pelangi. Nyatanya, ketika muncul di langit semua mata terkagum-kagum memandangnya. Kamu, iya atau enggak?

Nah, seiring waktu berjalan ternyata pelangi tak indah lagi. Bukan karena warna dan bentuknya berubah, tetapi karena ada yang merusak makna keindahannya. Siapa yang berani ya?

Benar, mereka kaum LaGiBeTe! Mereka benar-benar bete sampai-sampai menggunakan simbol warna pelangi sebagai simbol kebebasan mereka dalam mengekspresikan kelainan seksual yang mereka usung. Kok, kelainan? Lho, mau disebut apalagi kalau bukan kelainan? Penyakit? Virus? Atau, apa? Rasanya semua hal yang hina sangat pantas untuk menyebut kaum penyuka sesama jenis ini.

Bahkan, Allah pun menyebut perilaku menyimpang ini dengan sebutan perilaku keji dalam firman-Nya, surah Al-A'raf ayat 80:

وَلُوْطًا اِذْ قَالَ لِقَوْمِهٖٓ اَتَأْتُوْنَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ اَحَدٍ مِّنَ الْعٰلَمِيْنَ

"Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini)?"

Dalam Al-Qur'an, kaum Nabi Luth yang ingkar ini diberikan azab oleh Allah. Azab yang membuat mereka binasa, enggak bersisa. Eh, lho kok di era modern ini malah bermunculan kembali orang-orang yang mengikuti perilaku keji mereka.

Tak tanggung-tanggung, kini kaum LaGiBeTe memiliki banyak komunitas di dunia medsos, dunia nyata, hingga memiliki kedudukan di jajaran para pejabat di beberapa negara. Gak heran, jika kemudian lahir aturan yang melegalkan perbuatan laknat ini. Bahkan, negeri +62 ini pun menjadi sasaran empuk penyebaran ide sesat mereka.

Ditambah lagi, liberalisasi pergaulan yang dianut oleh negara-negara besar membuat pegiat LaGiBeTe ini makin banyak. Mereka pun makin masif mengajak orang lain untuk melegalkan dan mengikuti perilaku mereka. Tak ada rasa malu, yang ada malah rasa bangga dengan perilaku kebebasan yang mereka anut.

Sungguh, dalam Islam liberalisasi pergaulan bakal dibabat habis. Mengapa? Karena, setiap pergaulan laki-laki dan perempuan pasti ada aturannya. Gak sembarangan dan seenaknya sendiri.

Islam mengharamkan perbuatan yang menyerupai kaum Nabi Luth ini. Bahkan, pelakunya diberikan sanksi tegas yang menimbulkan efek jera bagi sekitarnya dan menjadi penebus bagi pelakunya. Hukuman mati adalah sanksi yang pantas bagi mereka yang melakukan perilaku kaum sodom.

Oleh karena itu, dalam hal ini Allah berfirman:

اَىِٕنَّكُمْ لَتَأْتُوْنَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِّنْ دُوْنِ النِّسَاۤءِ ۗبَلْ اَنْتُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُوْنَ

"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) syahwat(mu), bukan (mendatangi) perempuan? Sungguh, kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)." (QS. An-Naml:55)

Ayat ini adalah pertanyaan retoris bagi kaum LaGiBeTe. Mengapa enggak mau mendatangi lawan jenis untuk menyalurkan syahwatnya? Tentu dengan jalur pernikahan lho ya, bukan pacaran. Nah, Allah pun sudah menerangkan bahwa orang-orang semacam ini adalah kaum yang tidak mengetahui akibat perbuatannya. Mereka enggak sadar bahwa dosa dan azab Allah siap menanti.

Perilaku LaGiBeTe ini juga nggak mungkin eksis tanpa dukungan berbagai pihak. Terutama negara yang maju mundur, eh banyak mundurnya dalam melarang perbuatan keji ini. Bahkan, di beberapa daerah event LaGiBeTe mendapatkan dukungan dari para pejabat di daerahnya. Alhasil, para pegiatnya pun bukannya berkurang, malah semakin bertambah.

Apalagi, kini dimedia sosial, baik cetak maupun elektronik banyak memberikan sokongan. Tontonan berbau kebebasan berperilaku selalu lulus sensor. Apalagi, jika berada di akun pribadi yang bersangkutan. Wah, lebih ngeri lagi.

So, sebagai seorang muslim kita enggak boleh dong ya ikut-ikutan perilaku rusak ini! Terus, jika kita tahu ada sahabat ataupun kerabat atau siapa pun yang mengikuti perilaku sesat ini, kita kudu mengingatkannya. Selain itu, kita juga butuh men- support negara agar segera membuang jauh-jauh liberalisasi pergaulan. Lalu, mengambil Islam kafah sebagai jalan kehidupan, baik diterapkan dalam ranah individu, masyarakat, ataupun negara.

Wallahu a'lam.[]


Photo : Unsplash

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Poligami: Perkara Mubah, namun Berfaedah
Next
Cacar Monyet Merebak, di Mana Keseriusan Negara?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram